Tepat di lampu merah, Kaheza meraih ponsel di dashboard. Diusap layar dan mencari kontak nomor.
"Hallo, assalamu'alaikum, Yan." Kaheza berkata setelah teleponnya diterima oleh Lian di seberang sana.
"Wa'alaikum salam. Ada apa, Za?"
"Tolong kau urus Griya Dahar, ya? Hari ini aku tidak ke Griya Dahar. Tolong ya, Yan?"
"Oke, Za."
"Terima kasih, Yan. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Panggilan berakhir. Detik lampu merah menunjukkan 10 detik lagi. Kaheza mengetuk-ngetuk stir mobil dan tepat setelah lampu hijau menyala, ia memutar arah laju mobil ke jalan sisinya, berbalik dengan kecepatan sedang. Sesekali melaju kencang saat jalanan yang dilewatinya lengang.
"Shain, kau benar-benar membuatku tidak tenang," rutuknya.
-----
Ceklek!
Pandangan suami-isteri itu kembali bertemu di ruang tamu saat Kaheza membuka pintu dengan tergesah tanpa mengetuknya.
Shain yang tengah memegang ponsel menatapnya cengo.
"Kau sudah pulang?" Saking tak bisa berpikirnya, Shain bertanya asal. Padahal belum ada 1 jam suaminya itu pergi namun sudah kembali.
Kaheza yang mendadak kosong pikirannya itu pun malah menjawab, "Iya."
Shain mengerjap-kerjapkan kelopak matanya. Ada yang salah. Sedangkan Kaheza berlalu begitu saja menuju kamar di lantai atas setelah menyadari kebodohannya.
sudah dulu ya. Nanti dilanjut.
Setelah mengirimkan pesan yang sudah diketik pada Nada, Shain bangkit dari duduknya dan beranjak menuju kamar.
"Kau sakit?" Shain bertanya setelah menutup kembali pintu kamar dan mendapati Kaheza yang sudah meringkuk di balik selimut. Bahkan sepatu pantopel hitamnya belum ia lepas.
Kaheza melirik, meneliti pakaian isterinya dari bawahan sampai atasan. Celana training panjang berwarna hitam dan kaos putih. Pria itu akhirnya bisa tenang. Oh, tidak. Masih belum. Saat ia datang, isterinya itu terlihat sedang bermain handphone. Dan isterinya itu sangat terkejut begitu ia datang. Bagaimana kalau sebelum itu Shain sudah melakukan video call dengan seorang lelaki dengan pakaiannya yang ... sangat terbuka itu.
Tak ada jawaban, Shain duduk di tepi ranjang dekat suaminya. "Kau sakit?" tanyanya sembari menyentuh kening Kaheza. Cukup hangat.
"Sepertinya kau sedikit demam, Za. Aku ambilkan air dulu ya buat kompres." Shain kembali berdiri.
"Tidak usah," cegah Kaheza saat Shain sudah mengambil langkah. Membuat perempuan itu berbalik dengan kening yang berkerut, heran memandang suaminya.
"Euh, maksudku ...," Kaheza berpikir keras. Sial! Otaknya benar-benar tak bekerja.
"Kau pasti lapar 'kan? Tadi kau pergi terlalu pagi dan belum sempat makan."
"Ah, iya." Kaheza merasa tertolong.
"Ya sudah, biar sekalian aku bawa makanannya juga ke sini."
"Tunggu!"
"Apa?" Shain menyahut lembut.
"Tadi kau habis menelepon seseorang?"
"Iya."
"Perempuan atau laki-laki."
"Dengan Nada. Kenapa?"
"Tidak apa-apa." Kaheza menenggelamkan dirinya di balik selimut.
Setelahnya, Shain berbalik. Ia tersenyum geli. Apa mungkin saran dari Nada itu bekerja? Entahlah. Yang pasti, sekarang Kaheza-suaminya itu benar-benar terlihat salah tingkah. Kapan lagi Shain bisa melihat suaminya itu yang selalu tenang dan pendiam itu menjadi bersikap seperti sekarang? Ah, itu benar-benar menggemaskan di mata Shain. Hal yang sangat langka.
Sembari tangannya bergerak menyiapkan makanan yang sudah dimasak, Shain sampai tersenyum-senyum sendiri membayangkan sikap Kaheza yang jauh berbeda dari biasanya. Terlintas ide jahil di kepalanya.
"Ini, Za. Makan dulu, ya?" Shain dengan anggun meletakkan nampan di pangkuan Kaheza yang sudah duduk bersandar di kepala ranjang. Pria itu sudah melepas sepatu serta kemejanya dan hanya menyisahkan kaos putih dengan celana hitam yang melekat pada tubuhnya.
Nampan yang dibawakan Shain tadi berisi sepiring nasi dengan lauk tempe dan tahu goreng serta ikan asin di piring kecil, sambal di mangkuk kecil, semangkuk sayur asam dan segelas air putih.
"Maaf merepotkan." Kaheza berucap saat Shain memindahkan gelas dari nampan ke atas nakas.
Shain duduk di tepi ranjang. "Entah kenapa aku sangat senang melakukannya. Ini kali pertamanya kau memintaku untuk membawakan makanan untukmu. Karena sebelumnya, kau selalu melarangku."
"Maaf. Itu karena--"
"Iya. Aku tahu. Kau tidak ingin menyusahkanku 'kan?" sela Shain.
"Iya."
"Kau bisa makan sendiri 'kan?"
"Iya."
"Kalau begitu aku mau ambil air buat kompres kamu."
"Iya."
Shain beranjak keluar. Dan tak lama kemudian kembali dengan membawa sebaskom air dan handuk kecil. Kaheza tersedak dibuatnya. Bukan tanpa alasan. Shain masuk tanpa mengenakan kaos putih yang tadi dipakainya. Hanya tanktop berwarna hitam dan celana training hitamnya.
Dengan menahan tawa, Shain pura-pura panik. Ia meletakkan baskom di atas nakas dengan handuk yang sudah terendam di dalamnya.
Diraihnya gelas di atas nakas dan diberikannya pada Kaheza. Kaheza meminumnya. Shain mengusap-usap punggung suaminya itu yang terbatuk.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Shain masih dengan kepura-puraannya. Padahal ini ide jahilnya. Tapi ia tidak menyangka kalau itu sampai membuat suaminya tersedak berkepanjangan.
"Kau ke manakan bajumu?"
"Oh, itu. Basah pas tadi ambil air. Jadinya aku lepas."
Kaheza menundukkan pandangannya. "Kalau begitu pakailah yang baru. Nanti bisa masuk angin." Pria itu masih enggan melihat Shain.
"Baiklah." Shain berjalan menuju lemari. Mengambil kaos berwarna merah. Tidak langsung memakainya. Sangat disengaja. Sedangkan di tempatnya, Kaheza susah payah mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Kaheza mendongak dan menyandarkan kembali kepalanya begitu tak sengaja pandangannya menangkap Shain yang malah membuka celananya. Menyisahkan hotpants yang tadi perempuan itu pakai. Sekarang Shain berpakaian sama seperti tadi pagi. Diraihnya kaos merah di atas ranjang dan dipakainya.
Baru saja selesai memakai kaos itu, tiba-tiba tubuh Shain terdorong dan tersudutkan di dinding kamar.
"Kau sengaja melakukannya?" tanya Kaheza. Yah, yang mengurung tubuh Shain adalah Kaheza. Pria itu turun dari ranjang saat Shain tengah memakai bajunya.
"Maksudmu?" Alis Shain terangkat satu.
Netra Kaheza semakin dalam menatap netra Shain. "Semua yang kau lakukan tadi pagi itu sengaja 'kan?"
"Tidak."
"Bohong."
"Tadi pagi aku buru-buru keluar dari kamar mandi karena kau memanggilku. Dan aku lupa kalau belum memakai bajuku."
"Lalu yang barusan? Bajumu yang basah 'kan? Kenapa celanamu juga kau lepas?"
"Celanaku juga sedikit basah. Kalau kau tidak percaya, kau bisa mengeceknya sendiri."
"Tapi kau bisa melepasnya di kamar mandi."
"Ah, itu ...." Shain berpikir keras mencari alasan.
"Itu apa?"
"Aku lapar. Belum makan." Shain berusaha mengeluarkan dirinya dari kukungan sang suami. Namun tubuhnya malah semakin terkurung karena Kaheza menaruh satu tangannya yang menggantung di sisi kanan kepala Shain. Membuat jantung Shain kembali bergemuruh. Ia tidak menyangka Kaheza yang dikenalnya pendiam dan cuek akan bersikap seperti ini.
Kaheza mendekatkan wajahnya, membuat Shain menghindar. Kaheza menyeringai tak terbaca siratnya.
"Jadilah pacarku mulai sekarang dan selamanya," bisiknya.
Shain dan Kaheza saling melirik. "Pacar?" tanya Shain heran. Ia 'kan sudah menjadi isterinya?
"Iya. Pacar. Kau harus menjawab iya. Atau kita akan terus seperti ini."
"Ck. Kalau tahu seperti ini aku tidak akan pernah menjahilimu, Za. Sungguh. Aku bisa mati berdiri jika terus berdekatan denganmu seperti ini," gumam Shain dalam hati.
"Bagaimana? Kau menerimaku 'kan?"
"Bukankah aku sudah menjadi isterimu?"
"Iya." Kaheza semakin mendekatkan bibirnya ke telinga Shain. "Tapi kau belum menjadi pacarku."
"Aku tidak mengerti maksudmu."
"Kalau begitu jawab saja iya. Maka semua ini akan selesai. Kecuali kau menginginkan kita terus seperti ini."
Sorot tajam mata Kaheza benar-benar membuat Shain menciut. Tenaganya seperti terhisap. Tenggorokannya kering dan lidahnya kelu. Ia tidak punya pilihan.
"Aku bisa mendengarnya."
Deg!
Jantung Shain dibuat mencelos. Susah payah ia membasahi tenggorokannya dan kembali melirik suaminya.
"Detak jantungmu." Kaheza menarik sudut bibirnya penuh kemenangan.
Jantung Shain seperti mau copot dari tempatnya. Ia kembali menatap lurus. "Baiklah."
"Baiklah apa?" Kaheza terus menggodanya.
"Kita pacaran." Shain menoleh. "Mulai sekarang dan selamanya."
Kaheza kembali menarik sudut bibirnya dan ....
Dan jangan lupa dukungannya ya :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments