...***Sungguh ......
...Aku harap aku mati saja...
...Daripada melihatnya penuh luka...
...Oleh tangan yang dicintainya*** ......
...~Kaheza~...
Kaheza menjatuhkan payung dalam genggamannya dan memeluk erat tubuh Shain. "Maaf," ucapnya semakin erat memeluk tubuh yang dingin itu.
"Maafkan aku, Shain. Maaf ...."
Pundak Shain terlihat bergetar, terisak.
"Maaf."
Shain masih mengunci rapat mulutnya.
"Maaf." Air mata keduanya sudah tidak bisa dibedakan lagi dengan air hujan karena sudah bercampur.
Dahi Kaheza berkerut saat Shain tiba-tiba mendorong tubuhnya hingga terlepas pelukannya. Bahkan pria itu sampai jatuh terduduk menghantam aspal.
Setelah menatap netra Kaheza dengan tatapan yang sulit diartikan, Shain kembali melangkah dan tentu saja Kaheza menahannya. Namun, Shain menghempaskannya detik itu juga tangan pria itu dari lengannya.
Setelahnya hanya ada dentuman air yang menghujam tanah karena keduanya terdiam.
"Shain!" ucap Kaheza sembari kembali menahan lengan Shain saat perempuan itu kembali mengambil langkah.
"Lepas!"
Kali ini Kaheza tidak melepaskannya, malah mencengkeramnya kuat.
"Aku bilang lepas!"
"Enggak Shain, aku akan jelaskan semua yang terjadi hari ini antara aku dan Angel, Shain."
"Lepas!"
"Shain?"
"Aku bilang lepas, Za!"
Mereka beradu pandang sebelum akhirnya Shain meluruh dengan lututnya yang menekuk ke bawah dan duduk di atas betisnya dengan kedua tangannya masih digenggam oleh Kaheza.
Kaheza ikut turun, menyejajarkan wajahnya dengan wajah Shain setelah melepaskan kedua tangan perempuan itu dari genggamannya.
"Shain?"
Shain hanya menjatuhkan pandangannya pada aspal di bawahnya.
Kaheza menangkup kepala Shain agar menatapnya. "Kita pulang ya? Aku akan ceritakan semuanya."
"Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi, Za." Air mata Shain jatuh bercampur dengan air hujan yang menyentuh wajahnya.
"Kau alasan kenapa aku masih hidup, Za."
"Maaf."
"Aku sudah memberitahumu kalau ayahku yang membesarkanku bukan ayah kandungku."
"Maaf."
"Kalau kau pergi dengan wanita lain lalu aku dengan siapa, Za?"
"Maaf."
"Aku takut.
"Aku takut kembali pada duniaku yang dulu.
"Aku takut duniaku kembali gelap.
"Aku takut sendiri lagi.
"Aku takut jatuh pada lubang yang sama.
"Aku takut.
"Aku tidak mau kembali ke masa lalu, Za.
"Itu menyakitkan."
"Maaf." Kaheza menenggelamkan kepala Shain pada dada bidangnya.
"Maaf, Shain," ucapnya lagi. Sedangkan Shain kembali terisak.
"Aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu. Kalau suatu saat nanti Tuhan memanggilku, yakinlah! Aku selalu bersamamu. Dalam hatimu. Mengawasimu. Dan menemani hari-harimu hingga Tuhan pun akan memanggilmu. Dan akhirnya kita akan bertemu di kehidupan berikutnya, hidup bersama selamanya."
Shain melepaskan pelukkannya dan menatap netra Kaheza. "Aku berharap tidak akan pernah bertemu denganmu lagi di kehidupan kedua."
Jleb. Kaheza bagai tertancap anak panah yang melesat dari arah belakang dan mengenai tepat jantungnya berada.
"Baiklah. Sekarang kita pulang ya ...." Kristal cair yang menggenang lolos satu. Sungguh ..., ia menginginkan wanita yang sudah dilukainya itu adalah teman hidupnya di dunia dan kehidupan berikutnya. Tapi mendengarkan perkataan Shain, rasanya itu hukuman yang tepat atas perbuatannya yang membiarkan wanita itu pergi seorang diri padahal ia memiliki seorang suami, yaitu dirinya.
___
Tolong hapus foto kita di akun media sosialmu.
Setelah mengirim pesan singkat pada Angel, Kaheza tidur dengan posisi terduduk di atas kursi dengan tangan bersedekap karena harus menjaga Shain yang begitu panas suhu tubuhnya. Perempuan itu menolak diperiksakan ke dokter. Jadilah ia hanya mengkompresnya berharap panasnya mereda.
"Bu, Mbak, Nenek," rintih Shain dengan mata terpejam. Rintihannya berhasil membangunkan seorang Kaheza dari alam mimpi pria itu.
Kaheza bangkit dan beralih duduk di sisi ranjang. Badannya dicondongkan ke depan, tangannya terulur mengusap wajah pucat Shain yang terasa panas. Saking panasnya bibir Shain yang merah alami semakin terlihat merah.
"Shain...?" Kaheza berucap lembut sembari mengusap pipi perempuan itu.
Netra mereka beradu begitu Shain membuka kelopak matanya.
"Aku mau ikut Ibu.
"Aku mau ikut Mbak Kristin.
"Aku mau ikut Nenek."
Kaheza mengalihkan pandangannya begitu buliran bening lolos begitu saja dari pelupuk mata pria itu. Pria itu pun langsung mengusapnya dan kembali menatap Shain. "Kau pasti lapar 'kan? Kau mau makan apa?" tanyanya berusaha mengalihkan pikiran Shain dari orang-orang yang sudah pergi dari alam dunia.
Shain menatap Kaheza dengan tatapan yang sulit diartikan. Detik berikutnya ia menggeleng pelan. "Aku mau ikut mereka."
Kaheza memejamkan mata sejenak untuk meredam kepedihannya. "Iya. Kau boleh ikut mereka, Shain," ucapnya sembari mengusap air mata yang mengalir membasahi pelipis Shain. "Tapi tunggu Tuhan yang memanggilmu, ya?"
"Tapi kapan Tuhan akan memanggilku?"
Kaheza yang sudah tidak bisa lagi menahan air matanya, menenggelamkan wajahnya di sisi kanan kepala Shain dan memeluk kepala perempuan itu.
"Tuhan pasti punya alasan kenapa belum memanggilmu, Shain. Bersabarlah.
"Lagipula tanpa kau minta pun, semua yang hidup akan mati, Shain. Itu sudah menjadi ketetapan Tuhan yang tidak bisa diubah."
"Tapi aku lelah. Aku mau pulang."
Air mata Kaheza semakin berjatuhan mendengar perkataan Shain yang terdengar seperti orang yang sudah putus harapan. Tidak lagi memiliki keinginan untuk bertahan hidup.
Kaheza menarik kepalanya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Shain. Bola mata dan pipi pria itu sudah basah.
"Kalau kau pulang aku juga akan pulang, Shain. Tapi biarkan Tuhan yang menjemput kita ya? Jangan mengambil jalan pintas."
Hanya ada buliran bening yang meluncur kembali membasahi pelipis Shain. Kali ini Kaheza tak mengusapnya dengan ibu jari, melainkan dengan sapuan bibirnya. Kiri dan kanan. Dan berakhir pada ujung hidung perempuan itu. "Sekarang kamu tidur lagi ya? Nanti kalau subuh aku bangunkan."
Shain menatap kosong suaminya.
"Aku bacain Quran ya? Mau surat apa?"
Shain masih dengan tatapan kosongnya.
"Al-Insyirah?" Kaheza menarik sudut bibirnya, berusaha tersenyum.
"Kau sangat suka surat itu, 'kan?"
Shain hanya menatap netra Kaheza tanpa mau membuka mulut.
Mulut Kaheza mulai melantunkan taawudz (A'udzubillahiminassyaithoniirrojim), kemudian basmallah, alfatihah dan mulai membacakan ayat al-insyirah. Ia terus mengulang surat al-insyirah hingga Shain terlelap dan baru berhenti saat dirinya sudah tidak bisa lagi menahan kantuk yang menyerangnya. Dan akhirnya mengambil tidur di sisi Shain yang sudah terlelap.
___
Shain yang tidak sanggup berdiri karena tubuhnya terlalu lemas dan rasa pusing di kepalanya, menjalankan shalatnya dengan posisi duduk. Sedangkan Kaheza yang menjadi imam, suaranya terdengar bergetar. Pria yang berhati lembut itu menangis dalam shalatnya, menyesal.
"Assalamu'alaikum warrohmatullah ...."
Usai menyelesaikan shalat, pria itu langsung mengusap sisa air matanya yang keluar. Berdoa kemudian berbalik. Tanpa suara Shain mencium tangan Kaheza kemudian langsung melepas mukenahnya. Kaheza tak tinggal diam, ikut membantu.
Tiba-tiba Shain menutup mulutnya dan berkata tersirat meminta tolong. "Za?"
"Shain." Kaheza seketika panik. Dengan cepat ia melepas peci dan meletakkan mukenah yang sudah rapih ke rak buku di bagian tengah yang sengaja dikosongkan. Setelahnya ia segera membopong Shain menuju kamar mandi. Perempuan itu muntah-muntah. Kaheza memijat-mijat leher bagian belakang Shain sembari menahan tubuh perempuan itu agar tidak jatuh. Tidak ada yang keluar dari mulutnya. Muntah kering.
Setelah cukup lama di dalam kamar mandi, Shain keluar dengan dibopong Kaheza seperti saat masuk.
"Sepertinya kau masuk angin karena kehujanan kemarin, Shain." Kaheza berujar setelah membaringkan tubuh Shain.
Pria itu mengusap puncak kepala isterinya...
...
Ada yang menitihkan air mata baca chapter ini? Ngaku?
Mau bilang apa sama Shain?
*Atau mau menyampaikan sesuatu sama Kaheza?
silakan*....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Alifiah Nur Azizah
sedih 😭😭
shain hamil ya thor
2022-01-31
1
Farida Wahyuni
aku ga suka sikao kaheza yg lembek bgt. ingat ya kaheza,kamu ga bertanggung jawan sama angel, dia itu orang lain, tp diakhirat kelak yg ditanya itu istri kamu,tanggung jawab kamu, sebel sm laki2 lembek.
2021-08-15
1