"Kenapa?" tanya Angel yang melihat raut wajah Kaheza tampak gelisah.
Kaheza mengangkat kepalanya dan melihat Angel sekilas. "Tidak apa-apa."
"Kau yakin?"
"Iya. Setelah ini kita mau ke mana?" Kaheza mengalihkan pembicaraan.
"Kalau nonton bagaimana?"
"Baiklah." Kaheza mengangguk setuju.
Sedangkan orang yang sedang dipikirkan pria itu sudah siap berangkat dengan ketiga orang yang sudah berada di rumahnya. Yang tak lain adalah Nada, Qyza dan Bian-yang akan menjadi supir mereka karena Lian masih sibuk di Griya Dahar.
"Lian Gimana, Nad?" tanya Qyza pada Nada.
"Sebentar lagi katanya. Kita mau tunggu di sini atau menyusulnya ke Griya Dahar?" balas Nada.
Shain, Qyza dan Bian bertukar pandang.
"Susul saja biar cepat. Lagipula dia sudah bawa baju gantinya 'kan?" timpal Bian.
"Iya," angguk Nada.
Mereka pun beranjak keluar dari rumah. Tak lupa Shain mengunci pintu rumahnya sebelum mengikuti yang lain masuk mobil.
___
Di Griya Dahar.
Lian sudah siap dengan setelan jasnya. Pria itu tampak gagah dengan pakaian yang dikenakannya. Kemeja batik gelap dan setelan jas hitam. Melihat itu, Shain merasa iri. Hanya dia yang tidak bersanding dengan suaminya. Ditambah lagi dekorasi di Griya Dahar yang sempat ia lihat begitu meriah, membuat hatinya miris. Hingga tepukan di pundak kanannya membuyarkan lamunannya. Ia menoleh dan mendapati Qyza yang duduk di antara dirinya dan Nada, tersenyum meyakinkan. Shain hanya balas mengangguk pelan. Setelahnya ia menyandarkan kepalanya pada jendela mobil dengan tatapan kosong.
Qyza dan Nada kompak terdiam. Keduanya tenggelam dalam kegiatan masing-masing. Nada dengan bukunya dan Qyza dengan ponselnya.
Mobil perlahan melaju. Lian yang ambil alih kemudi.
Sedangkan Griya Dahar diserahkan sepenuhnya pada karyawan di sana dengan Albert yang diberi kepercayaan sebagai penanggung jawab setelah kepergian Lian dari tempat itu.
___
Waktu berlalu. Langit biru perlahan berubah warna.
Kaheza dan Angel baru saja keluar dari salah satu gedung bioskop. Kaheza menarik tangannya yang tiba-tiba dilingkari tangan Angel.
"Maaf," ujar Angel karena sudah khilaf.
"Iya." Kaheza mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Setelah ini kita mau ke mana, Za?"
"Uh?" Dahi Kaheza mengernyit karena tak jelas mendengar perkataan Angel tadi. Pikirannya dipenuhi oleh Shain.
"Setelah ini kita mau ke mana?" ulang Angel.
"Oh, itu." Kaheza tampak berpikir. Sebenarnya ia ingin menyusul Shain ke pernikahan Gista dan Lukas namun situasi dan kondisi sedang tidak berpihak padanya. Langkah mereka pun terhenti di dekat pembatas balkon lantai dua.
"Pulang saja kali ya, Za? Kelihatannya kau lelah."
"Uh, tidak kok, Angel. Aku hanya bingung mau ajak kau ke mana lagi di hari spesialmu ini."
"Oh .... Aku sih terserah kau saja, Za. Selagi dengamu, aku pasti akan senang."
Kaheza mengangguk dengan mulut yang terkunci.
"Eh, Za. Kita foto ya? Buat kenang-kenangan."
"Tapi, Angel?"
"Satu saja." Angel meyakinkan.
Akhirnya mereka pun mengambil satu foto. Satu foto yang berakhir mereka saling menoleh karena ulah Angel yang tiba-tiba menyentuhkan tangannya di pundak Kaheza yang refleks membuat pria itu menoleh ke arah Angel karena perbuatannya dan Angel juga menoleh tepat di waktu ponsel mengambil gambar mereka berdua.
Angel menarik sudut bibirnya setelah melihat hasil jepretannya. "Foto yang bagus," gumamnya. Kemudian menyimpan kembali ponselnya ke dalam slingbag yang menggantung di pundak kirinya. Sedangkan Kaheza pikirannya masih dipenuhi oleh Shain. Ia tidak mempedulikan foto itu. Ia ingin waktu cepat berlalu agar bisa menemui sang pujaan hati.
"Jadi kita ke mana?" tanya Angel yang bingung hendak melangkahkan kaki ke mana.
"Bagaimana kalau ke rumah makanmu saja, Za?" Angel berucap lagi karena Kaheza belum memberikan jawaban.
"Aku kangen makan di rumah makanmu itu. Kita ke sana ya?"
Kaheza menghela napas sebelum membalas. "Bagaimana kalau ke rumahmu? Uh, maksudku ..., aku kangen kita bermain ps saat dulu." Pria itu mengatakannya begitu tenang. Membuat Angel tidak menaruh curiga sedikit pun.
"Ah, iya, benar juga. Bermain playstation. Sudah lama sekali kita tidak memainkannya."
___
Hari mulai gelap. Di kediaman rumah Gista tamu undangan masih berdatangan. Di antara keramaian itu ada seorang perempuan yang merasa kesepian meski dikelilingi teman-teman masa SMA-nya dulu. Hingga ponselnya berdering dan menunjukkan sebuah nama 'nafasku,' mata perempuan itu berbinar.
"Cie ..., yang ditelfon pacarnya," senggol Arla-teman SMA Shain yang turut hadir dalam pernikahan Gista dan Lukas.
Qyza, Nada dan yang lainnya turut senang memandang punggung Shain yang menjauh. Alasannya karena perempuan itu hanya menekuk wajahnya sejak tadi. Sesekali tersenyum, namun terlihat pahit.
Shain menjauh untuk menerima telepon.
"Sudah makan?" Suara di balik telepon.
"Sudah."
"Syukur kalau begitu. Pulang kapan?"
Shain melirik ke arah teman-temannya yang duduk berdekatan.
"Sepertinya malam baru pulang."
"Ya sudah. Sampai ketemu di rumah ya?"
"Iya."
Raut wajah Shain kembali murung ketika suara di seberang sana mengucap salam.
"Wa'alaikum salam."
Shain kembali menyimpan ponselnya di slingbag yang menggantung di pundak kanannya dan kembali bergabung dengan yang lain.
"Sudah?" sambut Nada saat Shain kembali. Perempuan itu hanya mengangguk dengan senyum yang dipaksakan.
Qyza yang tengah memainkan ponsel tiba-tiba membulatkan matanya dengan mulut yang terbuka, memicu yang lain untuk mendekat.
"Ada apa sih?" seru Arla dan Bulan-perempuan paling berisi di antara mereka. Mereka melakukan hal yang sama seperti Qyza. Dan setelahnya mereka kompak menoleh ke arah Shain.
Empat pria yang sedang berbincang yang tak lain adalah, Lian, Bian dan dua teman SMA mereka, Yudis dan Bima-pria berbadan agak gemuk kompak membuka ponsel saat ponsel mereka berbunyi. Begitupun dengan Nada yang duduk bersebelahan dengan Shain. Tak terkecuali sepasang pengantin yang tak surut menebar senyum menyambut tamu.
"Luk!" Gista menepuk pundak Lukas yang sudah sah menjadi suaminya.
"Iya, tahu."
"Gawat ini, Luk. Seharusnya kita tidak usah mengundang Shain tahu begini, Luk," sesal Gista.
"Hidup enggak ada yang tahu, Gis. Sudahlah, kita doakan saja yang terbaik untuk kebaikan mereka," balas Lukas dengan wajah lelahnya.
Kini pasang mata teman SMA Shain itu kompak memandang perempuan itu yang kini tengah memainkan ponselnya. Semua pun kompak mengalihkan perhatian ke sembarang dan menghela napas berat, berharap Shain tidak akan membuka aplikasi instagram.
Dengan harap-harap cemas, pandangan mereka masih terfokus pada perempuan yang tengah memainkan ponselnya. Mereka bertukar pandang memberi isyarat agar segera merebut ponsel itu dari pemiliknya.
Kesal tidak ada yang turun tangan, Qyza merebut ponsel itu dari tangan Shain sambil berucap, "Aku pinjam handphone--" Suara Qyza terhenti begitu mendapati sebuah foto yang baru saja dilihatnya beberapa menit lalu dari akunnya sendiri.
Qyza ragu menatap Shain. Bagaimana mungkin wajah Shain setenang itu setelah mengtahui foto itu. Foto Kaheza dengan Angel di akun milik Angel. Dengan caption 'Senangnya jalan bareng dengan teman lama.' Dan di sana terlihat banyak komentar dan like.
Qyza mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya. Dan Shain menerimanya dengan wajah datar. Ekspresi wajah yang tidak terbaca. Marahkah? Entahlah.
Sedangkan di kediaman Tuan Haris, Angel dan Kaheza masih beradu balap sepeda di layar besar di hadapan mereka dengan jemari menekan-nekan stik playstation.
"Yey, akhirnya aku menang darimu," sorak Angel bergembira karena berhasil memenangkan permainan downhill dengan Kaheza. Saking senangnya ia sampai memeluk Kaheza dari samping dan langsung dijauhkan oleh pria itu.
"Maaf," sesal Angel.
Kaheza diam sembari bersandar pada sofa di belakangnya. Angel melakukan hal yang sama. Di luar sana hari sudah gelap.
"Terima kasih sudah mau mengalah, Za," ujar Angel setelah lama hening menelan mereka.
"Kau menang karena usahamu, Angel." Kaheza menoleh sekilas sembari memainkan ponselnya, hendak menelepon sang isteri. Namun nomornya tidak aktif.
"Bohong. Aku menang karena aku memintamu untuk mengalah dariku. Kau terus-terusan menang sejak dari awal kita main."
"Iya, aku mengalah darimu. Sekarang aku lapar. Kau mau makan di luar?"
"Makan di luar? Sekarang? Bagaimana dengan isterimu?"
¿
Next tanggal genap...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Alifiah Nur Azizah
sepertinya angel itu cjma obsesi deh buka cinta
2022-01-31
1