"Kau tahu sendiri, 'kan, Nak? Angel sudah menyukaimu sejak lama."
Kaheza yang tahu arah pembicaraan ini, sedikit menundukkan kepala.
"Iya, saya tahu. Nak Kaheza sudah menikah. Jadi saya tidak akan memaksakan kehendak saya untuk menikahkan Angel dengan Nak Kaheza. Karena itu saya punya satu permintaan." Tuan Haris menatap dalam netra Kaheza yang menatapnya penuh permohonan maaf.
Tuan Haris menarik sudut bibirnya. "Angel tidak punya siapa-siapa lagi selain saya, orang yang selalu di dekatnya. Karena itu saya meminta Nak Kaheza untuk ikut menjaganya meskipun dari kejauhan. Karena kau tahu sendiri, 'kan, Angel itu seperti apa? Dia sangat susah bergaul. Bahkan sampai usianya sekarang dia tidak memiliki teman dekat selain Nak Kaheza. Ke mana-mana dia selalu pergi dengan saya. Dia bilang takut kalau dekat-dekat dengan orang, apalagi lelaki. Karena ketakutannya itu, sampai sekarang dia belum memiliki kekasih. Saya sudah mengenalkannya pada banyak lelaki yang kebanyakan adalah anak dari rekan bisnis saya, tapi dia selalu menolak. Karena itu saya berharap pada Nak Kaheza agar mau membantunya keluar dari ketakutannya itu. Dan mau membantunya untuk menemukan seorang pria yang bisa menemani hari-harinya." Tuan Haris detail menjelaskan permintaannya. Sedangkan mulut Kaheza masih terkatup rapat.
"Ya sudah. Itu saja yang ingin saya sampaikan terhadap Nak Kaheza. Kalau keberatan dengan permintaan saya, Nak Kaheza tidak perlu melakukannya."
"Tidak, Tuan. Anda sudah sangat baik terhadap keluarga saya. Dan tempat ini bisa berkembang seperti sekarang itu juga berkat bantuan dari Tuan terhadap bisnis ayah saya saat ayah saya masih hidup. Jadi saya akan memenuhi permintaan Tuan. Mengawasi Angel dari jauh dan akan membantunya menemukan kekasih yang bisa menemani hari-harinya."
Raut wajah Tuan Haris tampak senang. "Benarkah? Kau akan melakukannya untuk orang yang sudah tua ini?"
"Iya, Tuan. Lagipula saya dan Angel sudah saling mengenal sejak kecil. Dan saya sudah menganggap Angel seperti saudara saya sendiri. Jadi saya akan melakukannya sesuai permintaan Tuan."
"Syukurlah. Sekarang saya bisa tenang. Meskipun akan jauh lebih tenang kalau Nak Kaheza mau menerimanya sebagai isteri kedua Nak Kaheza."
Deg!
Kaheza seketika mengangkat kepalanya dan menatap Tuan Haris.
Tuan Haris tertawa. "Saya hanya bercanda Nak Kaheza. Silakan dimakan. Saya yang traktir."
Kaheza mengangguk ragu. Jantungnya berpacu cepat dengan candaan Tuan Haris yang tampak begitu serius menurutnya. Ia pun menyesap teh hangat di hadapannya sebelum menikmati sate yang sudah menunggu lama untuk dimakan.
---
"Kenapa?" Shain bertanya pada Kaheza yang melamun di ruang tv dengan tv yang menyala. Ia meletakkan segelas besar wedang jahe di meja kemudian duduk di sisi kiri Kaheza.
Kaheza menoleh sekilas. "Tidak apa-apa."
"Kenapa?" desak Shain yang tahu suaminya sedang ada apa-apa.
"Tidak apa-apa."
"Za?" Shain menyentuh pundak Kaheza, memaksanya untuk bercerita.
Bukan jawaban lisan yang Shain dapat, melainkan jawaban tubuh dari lelaki itu yang malah memeluknya.
"Kenapa, Za? Apa terjadi sesuatu?" Shain mengusap lembut punggung suaminya.
"Jangan pernah meninggalkanku ya, Shain." Kaheza berucap penuh harap.
"Berjanjilah jika ada masalah apapun yang menerpa hubungan kita, kita membicarakannya secara baik-baik. Kita akan memcari jalan keluarnya dengan kepala dingin."
Shain tidak mengerti maksud perkataan suaminya itu. Namun ia mengangguk menyetujui. "Iya."
Kaheza melepas pelukannya dan menatap ragu wajah isterinya.
"Kenapa?" Shain mengusap lembut pipi kiri Kaheza.
Kaheza menarik sudut bibirnya. "Aku sayang kamu."
Salah satu alis Shain terangkat, ada yang aneh dengan suaminya. Kaheza tidak pernah mengatakan hal semacam itu sebelumnya setelah menikah.
Menyadari isterinya heran dengan sikapnya, Kaheza memberikan kecupan sekilas di ujung hidung Shain yang membuat wajah perempuan itu seketika merona.
Kaheza terkekeh dengan perubahan raut wajah Shain, ia mengambil gelas dan menyeruput wedang jahe itu. Setelahnya ia menyodorkannya pada sang isteri. Shain menerimanya kemudian buang muka, pura-pura merajuk.
"Ada yang ngambek nih?" Kaheza merangkul pundak Shain, pasang wajah menggoda.
"Ck. Siapa yang ngambek?"
"Shain Oktavianka."
"Siapa dia?" Shain pura-pura tidak mengenal namanya sendiri.
"Isteriku, pacarku dan ...."
Shain menoleh. "Dan?"
Kaheza mendekatkan wajahnya di telinga kanan Shain. "Dan selingkuhanku."
Uhuk! Shain tersedak wedang jahe yang baru saja disesapnya. Kaheza mengambil alih gelas di tangan Shain dan meletakkannya di meja. Ia mengusap lembut punggung Shain yang masih terbatuk-batuk.
"Baru digombalin segituh saja sudah salah tingkah, gimana digombalin yang lain?"
"Ck." Shain menepis tangan Kaheza dari punggungnya setelah membaik. "Siapa yang salting?"
"Kamu."
"Enggak."
"Iya."
"Enggak."
"Iya."
"Iya."
"Enggak. Eh," Kaheza kalah berdebat. Membuat Shain tersenyum penuh kemenangan. Kaheza mengedarkan pandangan, entah mencari apa.
"Eh, Za?"
"Ya?" Kaheza menoleh cepat.
"Itu di mata kamu ada apa?"
"Ada apa?" Alis Kaheza bertaut.
Shain mendekatkan wajahnya, meneliti netra Kaheza. "Oh ..., syukurlah."
"Apa?" tanya Kaheza dengan wajah polosnya.
Shain berdiri dan mendekatkan wajahnya ke samping kanan kepala Kaheza. Ia berbisik, "Cuma ada aku."
Jleb!
Jantung Kaheza terasa lompat dari tempat. Entah wajahnya semerah apa sekarang.
satu sama.
Shain yang sudah berhasil membalas gombalan receh suaminya itu mengambil langkah pergi.
---
Menjelang tidur.
"Jadi tadi kenapa? Ada masalah di Griya Dahar?" Shain bertanya. Ia dan Kaheza tidur dengan wajah berhadapan. Setengah tubuh mereka sudah tertutup selimut.
"Tidak ada apa-apa. Hanya saja ...,"
"Apa?"
"Tadi ayahnya Angel menemuiku untuk membicarakan pesta kejutan untuk Angel."
"Lalu?"
"Dan beliau menyewa tempat kita."
"Bagus kalau begitu. Lalu apa yang membuatmu seperti sedang menghadapi masalah besar?"
"Bahkan ini lebih dari masalah besar."
"Kenapa?"
"Karena ini berkaitan dengan kamu."
"Aku?"
"Iya. Jadi tadi siang 'kan aku sudah bertemu dengan Tuan Haris,"
"Em."
"Nah, beliau memintaku untuk menemani Angel seharian di hari ulang tahunnya dan saat malam baru aku boleh membawanya ke Griya Dahar."
Mimik wajah Shain berubah.
"Kau tenang saja, Tuan Haris tidak memaksaku untuk melakukannya. Beliau bilang, beliau punya rencana lain kalau aku tidak bisa. Dan aku hanya akan melakukannya jika kau mengizinkan," jelas Kaheza menyadari kekhawatiran Shain.
"Dan jawaban apa yang ingin kau dapat?"
"Entahlah. Aku sebenarnya bingung. Aku tidak enak hati jika menolaknya. Karena dulu beliau sudah sangat baik pada keluargaku."
"Kalau begitu lakukan."
"Kau tidak apa-apa?"
"Paling diemin kamu seharian."
"Kalau begitu aku tidak akan melakukannya."
"Jangan. Kau harus melakukannya. Anggap saja itu balas budimu terhadap kebaikan Tuan Haris."
"Ta--"
Kaheza tak mampu berkata lagi karena Shain tiba-tiba menyentuhkan dua benda merah alaminya yang selalu membuat candu pada benda yang sama milik Kaheza.
"Jangan lupa matikan lampunya," tutup Shain kemudian berbalik membelakangi Kaheza yang sedari tadi menahan napas karena aksinya yang tiba-tiba. Dan ia baru menghirup kembali oksigen setelah perempuan itu balik badan.
---
ada yang senyum-senyum sendiri?
ada yang baper?
ngaku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Vira Armelia
di tunggu episode selanjutnya
2021-08-03
1