Chapter 9

"Memangnya seperti apa?" Qyza bertanya cepat.

Lain dan Bian bertukar pandang.

"Intinya, kami tahu Shain belum tersentuh oleh Kaheza." Bian yang menjawab.

"Jadi kemungkinan semalam adalah yang pertama bagi mereka setelah pernikahan mereka yang sudah tujuh bulan lebih. Itupun kalau mereka melakukannya," jelas Bian.

"Ya Allah, Nad." Qyza menoleh Nada sekilas. "Dosa apa yang saya perbuat sampai memiliki suami seperti dirinya?"

Nada meringis kecil. "Syukuri saja, Za. Mungkin ini yang terbaik dari Allah," balasnya.

"Selalu." Qyza meraih gelasnya dan menyesap es cendolnya hingga sisa setengah.

"Eh, ngomong-ngomong bagaimana dengan kabar hubungannya Gista dengan mata empat ya?" Lian mengganti topik pembicaraan.

"Entahlah," Qyza angkat bahu.

"Katanya bulan depan mereka nikah. Tapi enggak tahu juga sih. Mereka sudah seperti tom and jerry gituh," lanjut Qyza kemudian memasukkan potongan pangsit ke mulutnya.

"Bukannya kalian ya? Yang kayak tom and jerry tapi akhirnya nikah?" Lian menimpali.

Qyza dan Bian beradu pandang. Hingga Qyza yang memutuskan pandangan. "Kalau saya enggak terima dia, bisa-bisa saya gila, Yan. Kau tahu sendiri 'kan? Makhluk tidak tahu malu ini terus saja mengikutiku ke mana pun aku pergi. Dan merengek minta diterima. Jadi saya terima saja," jelas Qyza pada Lian.

"Jadi terpaksa nih, nikah sama aku?" tanya Bian.

"Iya." Qyza menjawab tanpa ragu. Membuat Bian seketika tak bersemangat.

Nada dan Lian hanya bisa menggeleng dengan tingkah keduanya. Qyza yang gengsi menyatakan isi hatinya dan Bian yang mudah sekali percaya dengan ucapan isterinya. Pria itu tidak pandai membaca bahasa tubuh.

"Kalau Yudis, bagaimana, Lian? Apa dia mulai serius dengan Arla?" Nada bertanya pada suaminya.

"Katanya sih, iya. Mau menyusul kita," jawab Lian.

"Kalau Bulan dan Bima? Ada perkembangan?" Nada bertanya lagi.

"Entahlah. Mereka masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing," jawab Lian lagi.

 

Hari sudah gelap. Shain sibuk belajar mengaji pada pacarnya. Ia sudah sampai pada juz-amma. Mulutnya berucap membaca surat-surat pendek. Sesekali Kaheza mengoreksi saat Shain salah baca. Sudah tiga puluh menit lebih mereka melakukannya.

"Sudah cukup, Shain. Kita lanjutkan besok ya? Tidak baik kalau belajar terlalu lama. Sedikit yang penting rutin," ucap Kaheza menyudahi belajarnya. Karena Shain terus saja meminta lanjut.

"Baiklah. Sodaqollahul'adzim ...."

Kaheza meletakkan juz'amma di rak buku paling atas. Bersanding dengan buku-buku agama lainnya. Sedangkan Shain melepas mukenahnya dan merapihkannya. Diletakkannya mukenah dan sajadah itu di rak bagian tengah yang setengah kosong. Setelahnya mereka beranjak duduk bersandar pada kepala ranjang dengan buku masing-masing di tangannya. Shain dengan novelnya dan Kaheza dengan Quran terjemahan.

Melihat sang suami yang juga pacarnya itu begitu fokus dengan Quran terjemahan itu, Shain menutup kembali novelnya dan meletakkannya di atas nakas. Ia kembali duduk. Hanya saja lebih dekat dengan Kaheza dan berakhir menyandarkan kepalanya di pundak sang suami.

"Baca tentang apa, Za?" tanya Shain.

Kaheza melirik sekilas. "Tentang raja firaun dan Nabi Musa."

"Oh ...."

Mendengar Shain hanya ber-oh, Kaheza menutup Quran terjemahannya dan meletakkanya di atas nakas.

"Kenapa?" tanya Kaheza setelah kembali duduk.

"Tidak apa-apa."

"Sekarang jam berapa?"

"Jam delapan lebih." Shain menjawab setelah mengecek waktu di ponselnya.

"Mau keluar?"

"Ke mana?" tanya Shain dengan wajah malas.

"Keliling saja."

"Kapan?"

"Sekarang."

"Tapi kau baru saja sembuh, Za."

"Aku tidak apa-apa, Shain. Lagi pula kita keluar naik mobil, jadi aku tidak akan kedinginan."

"Tapi besok kau harus bertemu dengan ayahnya Angeline, 'kan?"

"Iya. Tapi siang."

Shain terdiam. Raut wajahnya terbaca kalau ia sedang memikirkan sesuatu. Entah apa.

"Shain?" Kaheza mengusap lembut kepala isterinya.

"Baiklah. Tapi hanya sampai jam sepuluh. Setelah itu kita pulang."

"Setuju."

 -----

Seperti baru keluar dari penjara, Shain yang awalnya enggan keluar rumah begitu bersemangat saat kakinya menginjak taman kota.

Ramai.

Kaheza tersenyum tipis melihat kebahagian terpancar di wajah isterinya. Kini tangannya bebas merengkuh tubuh perempuan itu meski agak canggung, memamerkan kemesraan pada dunia. Karena sebelumnya mereka harus menahan gejolak keinginan yang terbesit dalam hati saat mereka belum sah menjadi suami-isteri.

Shain ikut melingkarkan tangan kanannya pada pinggang Kaheza dan bergelayut manja padanya.

"Kita beli gorengan, ya?" ucap Shain mendongak ke wajah Kaheza, meminta persetujuan.

"Setelah itu kita duduk," lanjutnya.

Kaheza mengangguk pelan.

Beberapa menit kemudian mereka mengambil duduk di bangku taman yang kosong. Kaheza menaruh banyak kantong plastik di bangku itu dan mendelik tak percaya pada Shain yang menghindari tatapannya. Alasannya, karena hampir semua pedagang di taman itu didatangi oleh Shain dan membeli jualannya. Ada siomay, batagor, cilok, gorengan, bakso bakar, popcorn, sosis panggang dan dua cup es cokelat.

Kaheza sengaja tak menghentikannya, takut perempuan itu marah.

Shain tak peduli ia sedang berada di mana, ia duduk bersilah di atas bangku itu menghadap makanannya. Sedangkan Kaheza duduk dengan kaki menyentuh tanah. Ia menghela napas lembut kemudian memakan gorengan di tangannya.

"Za, buka mulut," pinta Shain saat Kaheza sudah menoleh ke arahnya. Pria itu menurut saja. Dan pipi kirinya mengembung karena ulah Shain yang menyuapkan cilok.

Shain tertawa kecil melihat pipi Kaheza.

Mengabaikan tatapan orang-orang yang melintas, Kaheza merubah duduknya menjadi bersilah menghadap makanan dan sang isteri. Berganti menyuapkan cilok yang membuat pria itu gemas terhadap isterinya.

"Aku sudah sangat kenyang, Shain," tolak Kaheza saat Shain hendak menyuapinya siomay.

"Dikit lagi, Za."

"Baiklah. Setelah ini sudah, ya?"

Shain mengangguk. Kemudian menyuapkan siomaynya. Setelahnya ia memakan sisanya, ada satu sosis bakar berukuran besar, bakso bakar dua tusuk, beberapa gorengan dan sebungkus batagor. Karena sebelumnya ia memaksa Kaheza yang memakannya.

"Za, ini gimana?" Shain berucap putus asa menatap batagor di hadapannya yang tersisa sedikit namun ia sudah tidak mampu memakannya lagi karena sudah banyak memasukkan makanan ke perutnya.

Kaheza yang ingin bergegas pulang karena kantuk menyerangnya, meraih sendok plastik dari tangan Shain dan menghabiskan sisanya. Menelan paksa makanan itu.

"Sudah mau jam sepuluh, kita pulang ya?"

Shain hanya bisa mengangguk lemah karena rasa tak nyaman di perutnya.

 

Saat sampai di rumah, Kaheza tidak tega membangunkan Shain yang sudah tertidur. Alhasil ia membopongnya. Melingkarkan tangan Shain ke lehernya. Shain yang sempat terbangun karena ulah suaminya itu kembali memejamkan matanya seperti ada perekat pada kelopak matanya. Tak peduli kalau ia jatuh bersama Kaheza. Ia hanya bisa mempercayakan sepenuhnya pada sang pacar untuk membawa tubuhnya ke tempat yang lebih nyaman.

Kaheza menarik napas panjang setelah berhasil membawa Shain ke atas ranjang. Dipandangnya wajah Shain yang tertidur pulas dan berakhir memberi satu kecupan di pipi kanan perempuan itu.

 

"Baiklah, Tuan. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyukseskan acaranya. Ada lagi yang bisa saya bantu?" ucap Kaheza pada pria yang sudah beruban di hadapannya yang terhalang meja. Mereka duduk di salah satu meja di sisi dinding kaca di Griya Dahar.

"Sebenarnya masih ada, Nak Kaheza," balas Tuan Haris.

"Apa itu Tuan?"

Tuan Haris tertawa kecil. "Sebenarnya ini bukan meminta bantuan, tapi lebih ke sebuah permintaan."

"Permintaan?" Dahi Kaheza berkerut.

"Iya, permintaan Nak Kaheza. Tapi saya ragu untuk mengatakannya." Raut wajah Tuan Haris berubah serius.

"Katakan saja, Tuan. Jangan sungkan. Saya akan melakukannya jika saya mampu."

Tuan Haris manggut-manggut. "Baiklah. Sebenarnya ini tentang Angel, Nak Kaheza."

"Angel? Kenapa dengan Angel, Tuan?"

"Kau tahu sendiri, 'kan, Nak? Angel sudah menyukaimu sejak lama."

***kalau kalian sayang dengan ceritanya, silakan dukung dengan vote, koment dan share ya .... :)

matursuwun***....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!