"Aku berangkat. Assalamu'alaikum." Kaheza memotong kalimat isterinya dan beranjak keluar kamar meninggalkan sang isteri yang menyesali perkataannya barusan.
"Wa'alaikum salam."
-----
"Hey, Bos!" sapa Lian-sahabat dari Kaheza yang dipercaya mengurus bisnis rumah makannya yang bernama Griya Dahar.
Senyum Lian beringsut karena sapaannya diabaikan. Ditambah lagi Kaheza melewatinya begitu saja menaiki tangga menuju lantai dua rumah makan tersebut.
"Kenapa tuh anak? Jangan bilang berantem lagi sama Shain." Qyza-perempuan berambut sebahu, bertanya pada Lian. Ia juga sahabat dari Kaheza. Ia adalah orang kedua yang mendapat kepercayaan mengurus bisnis rumah makan dari Kaheza saat sang pemilik sedang tidak ada di tempat itu.
"Sepertinya gara-gara kemarin," balas Lian.
"Kemarin?" Qyza bertanya antusias.
"Memangnya apa yang terjadi kemarin?"
Lian menghela napas sebelum menjawab. "Kau ingat dengan pelanggan kita yang sering datang saat malam hari?"
"Yang mana, Lian? Pelanggan kita banyak. Apalagi perempuan."
"Ah, iya. Benar juga." Lian menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Euh, gini deh. Kau ingat tidak dengan pelanggan cewek yang datang ke sini selalu pakai kemeja sama blizer yang cukup ketat dan roknya yang terlalu pendek?" Lian detail menjelaskan.
"Oh, perempuan itu. Tahu, Yan. Yang hampir tiap malam makan di sini sampai tempat ini tutup, 'kan?"
"Ah, iya. Dia orangnya. Jadi kemarin," Lian menjeda karena beberapa karyawan yang sudah selesai membersihkan meja dan lantai ikut bergabung.
"Kalian ngapain?" Dahi Qyza berkerut.
"Ikutan, Mbak Qyza. Dari tadi saya perhatikan, kelihatannya seru sekali ngobrolnya," balas salah satu karyawan cewek yang memakai rok hitam selutut dengan atasan kemeja hitam berhias batik dibagian kancing dan ujung lengan pendeknya.
"Memangnya sudah dibersihkan semua meja dan kursinya?" Qyza bertanya pada karyawan itu.
Pegawai itu mengangkat tangan dengan ujung ibu jari dan telunjuk bertemu membentuk 'o.' "Sudah, Mbak," jawabnya disertai anggukkan dan cengiran.
"Bagus."
"Iya, Mbak."
"Jadi kemarin gimana, Yan?" Qyza kembali ke topik pembicaraannya dengan Lian.
"Jadi kemarin itu, pas Kaheza sedang mengantar perempuan itu ke parkiran, pas banget Shain jalan ke sini. Jadi mereka bertemu di pintu masuk. Lalu mereka berkenalan dan ... yah, raut wajah Shain berubah begitu perempuan itu pergi dengan mobilnya," jelas Lian.
"Oh, yang kemarin itu ya, Mas Lian?" seru karyawan yang tadi. Karyawan yang memang terkenal biang gosip di antara para karyawan lainnya.
"Kau tahu?" Qyza bertanya, merasa tertinggal sejuta informasi karena tidak masuk kemarin.
"Tahu dong, Mbak. Apa sih yang Minah enggak tahu?" Karyawan yang bernama Minah itu berbangga diri.
"Benar kata Mas Lian, Mbak Shain kelihatannya sangat marah pada Mas Pangeran--"
"Ekhm!" Qyza berdeham memperingatkan Minah yang menyebut Kaheza dengan sebutan Mas Pangeran.
"Eh, maksudnya Tuan Kaheza," ralatnya.
"Jadi pas waktu itu, Mbak Shain itu datang dengan senyumannya yang indah seperti biasanya. Tetapi senyuman itu tiba-tiba sirna begitu perempuan itu pergi," jelasnya.
"Oh ..., jadi karena itu Tuan Kaheza mengabaikan sapaan Mas Lian?" tanya seorang karyawan lelaki yang memegang tongkat pel.
"Sepertinya, Rif," balas Minah pada rekannya itu yang bernama Syarif.
"Ya sudah. Kembali bekerja!" Qyza memberi perintah.
"Siap, Mbak Qyza!" seru lima karyawan perempuan dan tiga karyawan laki-laki yang ikut berkerumun.
Karyawan-karyawan itu membubarkan diri, kembali membicarakan hal tadi sembari beraktivitas. Sedangkan Lian dan Qyza beranjak naik untuk menemui sang pemilik rumah makan.
-----
Sedari tadi Shain berdecak sebal sembari membuka-tutup novelnya. Ia tidak fokus membaca. Hatinya dipenuhi rasa bersalah atas perkataannya tadi pagi terhadap sang suami. Rambutnya juga sudah berantakan karena berkali-kali diremas olehnya. "Aku yang tersakiti, Za. Tapi kenapa malah kamu yang marah? Argh!" Shain membanting bukunya di atas meja dan berakhir meremas kembali rambutnya.
Setelah cukup lama dengan ketidakjelasan aktivitasnya, perempuan itu merapihkan kembali rambutnya dan meraih ponsel yang terabaikan. Jemarinya mengusap dan menekan layar.
"Hallo, Nad," ucap Shain begitu teleponnya diterima.
"Hallo, Shain?" Suara perempuan di balik telepon. Dia ..., Nada. Sahabat Shain sejak SMA.
"Di mana?" tanya Shain.
"Kedai. Lagi siap-siap mau buka. Kenapa?"
"Aku kesitu ya?"
"Oke."
"Ya sudah, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
-----
Qyza dan Lian saling bertukar pandang setelah mendapati bos sekaligus sahabatnya itu hanya menyembunyikan wajahnya dengan ujung kepala menyentuh tepian meja di depannya dengan posisi duduk di atas kursi.
"Sabar, Za. Kalian 'kan dulu enggak pernah pacaran. Jadi wajar kalau setelah menikah kalian suka berantem meski masalah sepeleh." Qyza memberanikan diri untuk menyampaikan pendapatnya.
"Em. Benar kata Qyza, Za. Meskipun dulu kalian saling suka, tapi kenyataannya hubungan kalian hanya sebatas teman. Belum lagi dulu kau dan Shain beda agama, Za, jadi wajar kalau Shain marah kalau tahu kau dekat dengan wanita lain. Yah, bisa dibilang kalian itu sekarang sedang pacaran tapi setelah menikah. Jadi jalani saja, Za. Dan jangan terbawa emosi. Ingat! Shain punya masa lalu yang kelam. Jadi kau harus lebih banyak bersabar dan mengalah menghadapinya." Lian menasehati panjang lebar. Namun tidak ada sahutan dari orang yang sedang diajaknya bicara.
"Za, cemburu itu tandanya cinta." Qyza berucap lagi. Dan Kaheza masih dengan posisinya.
Qyza bangun dari duduknya. "Ya sudah, Za, hari ini kamu tenangin diri dulu. Pelanggan-pelanggan perempuan yang punya maksud lain datang ke tempat ini, biar saya dan Lian yang urus," ucapnya kemudian memberi kode pada Lian yang masih duduk untuk ikut bersamanya.
Lian menepuk sekali pundak sahabatnya itu sebelum pergi.
"Kau tenang saja, Za. Kalau kau selingkuh, aku juga bisa selingkuh." Perkataan Shain tadi pagi masih terngiang-ngiang di kepalanya.
"Apa maksud perkataanmu itu, Shain?" ucap Kaheza pelan bertanya pada dirinya sendiri setelah dua sahabatnya keluar dari ruangan.
"Apa kau punya lelaki lain di luar sana?
"Atau kau berniat mengkhianatiku?
"Apa Shain?
"Apa maksud dari perkataanmu itu?"
"Sering-seringlah kemari, Shain. Lihat," Nada menoleh gerobak baksonya yang sudah sepi padahal waktu baru menunjukkan pukul 14:30, "habis dengan cepat."
"Itu karena sudah rezekimu, Nad." Shain membalas dengan senyuman tipis menghiasi wajah kalemnya.
"Iya, Bu Ustadzah ...."
"Mana ada ustadzah yang baca Al-Qurannya belum lancar, Nad."
"Ada! Kamu!"
"Terserah deh, Nad." Shain malas berdebat.
"Oh iya, bagaimana kabar suamimu?"
"Baik." Shain membalasnya dengan raut wajah terlihat enggan. Membuat dahi Nada berkerut. "Lagi berantem?"
"Kelihatan banget ya?"
Nada mendekatkan wajahnya yang terhalang meja panjang. "Kenapa?"
Mata Shain terlihat berkaca-kaca. Ia menunduk.
Nada bangkit dari duduknya dan berpindah di sisi kiri sahabatnya. "Kenapa, Shain?" tanyanya sembari mengusap punggung Shain.
"Kaheza, Nad."
"Iya, kenapa dengan dia?"
"Dia terlalu dekat dengan pelanggannya, Nad."
"Bukannya bagus? Itu 'kan baik untuk perkembangan bisnisnya."
"Iya. Tapi masalahnya pelanggan-pelanggan itu cewek, Nad. Dan kemarin aku ke rumah makannya dan enggak sengaja ketemu dia lagi jalan sama cewek di pintu keluar rumah makan itu, Nad."
"Terus?"
"Terus Kaheza ngenalin dia ke aku dan sebaliknya. Aku lupa siapa nama cewek itu. Yang pasti dia cantik dan ...," Shain menghembuskan napas lelah.
"Dan?" Nada tidak sabar dengan kelanjutannya.
"Dia seksi."
Nada tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Nad?"
"Iya, maaf-maaf." Nada berusaha keras mereda tawanya.
"Kalau mendengar ceritamu barusan, sepertinya kau merasa takut."
"Takut?"
"Iya. Takut."
"Takut kenapa?" Shain bertanya dengan raut wajah yang menggemaskan.
"Takut kalah seksi dengan perempuan itu," jelas Nada kemudian melanjutkan tawanya yang reda.
"Ck." Shain berdecak sebal. "Aku serius, Nad."
"Aku juga," sahut Nada dengan sisa tawanya.
Kening Shain tampak berkerut. Benar juga apa kata sahabatnya itu. Apa dia takut kalah saing dengan tubuh seksi yang dimiliki perempuan yang sudah membuatnya panas di dalam hati?
silakan lanjut chapter berikutnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Alyn azzis
bagus ceritanya thoor..😊
2021-12-22
1
Dyana Arsi
😍
2021-11-29
0
Hatake_Kakashi
ceritanya bagus kak, semangat terus!!!
2021-11-04
1