KaShain After Married: Haruskah Kita Berpisah?

KaShain After Married: Haruskah Kita Berpisah?

Chapter 1

...**Saling menjaga hati satu sama lain dalam sebuah ikatan keluarga adalah hal mutlak yang harus dilakukan agar kapal yang sedang berlayar tidak tenggelam....

...~KaShain**~...

Info : Cerita ini **mengandung unsur sakit hati dan ditujukan untuk yang sudah berusia 18+, terutama buat yang akan dan sudah menikah. Jadi harap bijak dalam membaca.

Buat yang masih single atau jomlo apalagi di bawah umur yang tetap nekat baca, nyimak aja ya... :) Inget cuma nyimak**!

♡♡♡

Seorang wanita muda memandang lemah wajah pria di hadapannya. Wajah pria itu pucat dengan mulut tersumbat alat bantu pernapasan. Pada tubuhnya juga menempel banyak alat medis, membuat yang melihatnya terenyuh.

Wanita itu membungkukkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya untuk menatap lebih dekat wajah pria yang sedang tidak sadarkan diri itu. Tangannya terulur mengusap lembut puncak kepala pria itu. "Za?" ucapnya pelan dengan bola mata basah.

Ia menelan ludah sebelum kembali berucap. "Aku ada di sini, Za." Air matanya jatuh.

"Bangunlah." Suaranya terdengar bergetar.

"Bangunlah, Za." Ia terguguh sembari mengecup kening pria itu. "Bangunlah." Pundaknya bergetar.

"Sudah seminggu lebih kau tidur, Za. Apa kau tidak merindukanku? Apa kau tidak ingin melihatku?" Perempuan itu kembali menatap wajah pria yang sudut matanya terlihat berair.

"Aku rindu suaramu.

"Aku rindu senyummu.

"Aku rindu marahmu.

"Aku rindu diammu.

"Aku rindu saat kau tidak pernah lelah memperjuangkanku.

"Aku rindu saat kita makan bersama.

"Aku rindu saat kita bertengkar.

"Aku rindu saat kau menciumku.

"Aku rindu saat kau memelukku.

"Aku rindu tatapanmu.

"Semua yang kau lakukan ..., aku merindukannya, Za.

"Aku mohon bukalah matamu. Beri aku kesempatan, Za." Perempuan itu semakin terisak.

"Beri aku kesempatan untuk menjadi isterimu yang baik. Aku mohon, beri aku kesempatan, Za."

Suara deru mesin alat medis dan bunyi monitor mengisi ruangan itu.

Tit. Tit. Tit. Tit....

Saat telinganya menangkap bunyi melengking panjang, perempuan yang tengah menunduk lemah menyembunyikan wajah lelahnya pada sisi bantal, seketika mengangkat kepalanya, menoleh pada layar yang menunjukkan garis lurus. Pikirannya mendadak kosong. Ia menoleh pada pria yang sudah membuatnya tidak tenang selama seminggu terakhir. Dada pria itu tidak lagi naik-turun.

Hingga ....

Tangan seseorang menyentuh bahu perempuan itu, membuatnya menoleh dan mendapati salah satu dari tim medis yang baru saja datang. Perawat itu membawa perempuan itu keluar ruangan.

Namun saat di ambang pintu, perempuan itu bertanya dengan suara tercekat. "Kenapa dengan suami saya?"

"Suami Anda--"

"Tidak!" Perempuan itu menggeleng tidak setuju dengan apa yang hendak dikatakan sang perawat yang bahkan belum menyelesaikan kalimatnya.

Dan seketika perhatian keduanya teralihkan saat suara dokter memberi perintah pada perawat yang ada di sana. Dilihatnya tubuh suaminya yang terangkat akibat kejutan listrik dari alat yang digenggam oleh sang dokter yang sedang melakukan pertolongan.

"Mbak sebaiknya keluar."

"Tidak!" tolaknya tegas.

Saat perempuan dengan wajah lelah itu hendak mendekati suaminya yang dikelilingi oleh tim medis, tubuhnya tertahan oleh tangan dua orang yang tiba-tiba mendekapnya dari belakang. "Shain!" teriak perempuan dengan rambut sebahu dan rambut terkucir kuda sembari menarik tubuh perempuan yang bernama Shain itu untuk keluar.

"Lepas!" Shain meronta saat dirinya dipaksa keluar.

Perawat yang tadi berhadapan dengan Shain, cepat menutup pintu ruangan begitu perempuan yang masih meronta itu sudah berada di luar ruangan.

"Lepas!"

"Tenang, Shain, Kaheza sedang mendapat pertolongan dari tim medis," ujar perempuan yang terkucir kuda.

"Lepas!" Shain masih meronta.

"Tenang, Shain." Perempuan dengan rambut sebahu memeluk erat tubuh perempuan yang masih meronta meminta masuk.

"Lepas!"

"Tenang, Shain." Perempuan rambut sebahu itu semakin erat memeluk tubuh Shain.

"Lepas!" Shain mulai melemah.

"Tenanglah, Shain."

"Kaheza, Za," lirih Shain. Setelahnya tidak ada lagi suara maupun gerakkan dari perempuan itu karena jatuh pingsan dalam pelukan erat temannya.

...*****...

"Cantik," sindir Shain berucap pada suaminya, Kaheza. Perempuan itu fokus pada novel yang sedang dibacanya.

Merasa tersindir, Kaheza yang baru saja merebahkan tubuh lelahnya, menarik kembali tubuhnya menjadi duduk. "Harus aku jelaskan berapa kali, Shain, kalau dia itu hanya pelanggan," katanya.

Shain membalas. "Iya, pelanggan." Ia menutup bukunya kemudian menoleh, "Tapi pelanggan spesial!" ketusnya kemudian meletakkan bukunya di atas nakas di sisi kanan ranjang. Dan berakhir menarik selimut dengan merebahkan tubuh membelakangi suaminya.

Melihat sikap isterinya yang begitu dingin, membuat Kaheza ikut merebahkan tubuhnya dengan posisi miring menatap punggung isterinya yang tidak tertutup selimut. Tangannya terulur memeluk tubuh yang membelakanginya itu. "Aku harus gimana biar kamu percaya?" ucapnya pelan. Namun mampu menusuk hati sang isteri. Shain tahu, suaminya sangat baik. Bukan hanya padanya tetapi semua orang. Namun sifatnya yang terlalu baik itu justru membuatnya takut. Takut orang yang menjadi teman hidupnya itu berkhianat.

"Maaf." Kaheza berucap lagi sembari mengikis jarak antara tubuhnya dengan tubuh perempuannya. "Maaf, Shain, kalau aku buat kamu marah."

Tak ada sahutan.

"Shain?"

Menyingkirkan tangan suaminya dan menarik selimut hingga menenggelamkan seluruh tubuhnya di balik selimut adalah respons Shain terhadap suaminya itu.

Yah, usia pernikahan yang masih terbilang baru seumur jagung itu awalnya memang baik-baik saja. Tetapi tidak di saat rasa cemburu terpercik di dalam hati mereka. Ditambah lagi usia keduanya yang sebaya dan masih sangat muda, 27 dan 28 tahun. Dan diperburuk oleh wajah keduanya yang selalu menghipnotis lawan jenis. Shain dengan kulit kuning langsatnya bak bangsawan yang memiliki wajah tidak bosan untuk dipandang, hidung mancung, bibir tipis merah alami, pipi yang tirus dan diperindah oleh rambut kepalanya yang sedikit pirang dan terurai. Belum lagi ia sangat ramah dan murah senyum terhadap semua orang. Dan saat dia tersenyum, hati para kaum Adam dibuatnya meleleh. Dan kerena kecantikan alaminya itu ia mendapat julukan "malaikat berwujud manusia."

Sedangkan suami dari perempuan itu yakni Kaheza, adalah laki-laki tampan yang mendapat julukan "pangeran idaman." Rambut hitamnya yang selalu tersisir rapih miring kanan, kulitnya yang putih bersih, bentuk wajahnya yang sedikit kotak, rahang tegas, sifatnya yang penuh tanggungjawab namun sedikit pemalu, selalu menundukkan pandangan dan sangat hemat bicara, membuat para kaum Hawa sangat gemas terhadap laki-laki itu. Ingin dibungkus dan dibawa pulang kalau saja belum menikah.

Oh, ya, jangan lupakan fakta bahwa banyak yang mendaftar menjadi isteri keduanya. Namun laki-laki itu selalu menolak dengan tegas bahwa ia tidak mau berpoligami. Karena baginya, Shain adalah jantung kehidupannya. Kalau isterinya sakit, maka ia lebih sakit.

Dan saat ini laki-laki itu dibuat frustasi oleh sikap dingin isterinya.

 -----

Diam.

Shain memakaikan dasi kepada suaminya tanpa mau bersuara. Membuat sang suami benar-benar harus putar kepala, cara apa yang harus ia lakukan untuk membuat isterinya itu kembali bersikap baik padanya.

"Maaf."

Tak ada respons.

Dasi sudah rapih. Shain memakaikan jas hitam pada suaminya. Dan suaminya menurut saja. Takut. Takut membuat perempuan itu semakin marah.

"Kali ini kau terlihat sangat tampan. Aku yakin hari ini kau akan mendapatkan banyak pelanggan wanita cantik di rumah makanmu itu." Shain menarik sudut bibirnya. "Sekarang berangkatlah. Pelanggan-pelanggan spesialmu itu pasti sudah menunggumu lama," lanjutnya.

"Kenapa kau semarah ini, Shain?"

"Aku?" Shain menunjuk dirinya. "Untuk apa aku marah?" Kaheza menatap dalam perempuan di hadapannya.

"Kalau kau selingkuh, aku juga bisa selingkuh. Jadi tenang saja."

Tatapan Kaheza yang sendu berubah tajam. Membuat sang isteri sedikit menciut. Ia menurunkan tangannya dari pundak suaminya.

"A-aku--"

"Aku berangkat. Assalamu'alaikum." Kaheza memotong kalimat isterinya dan beranjak keluar kamar meninggalkan sang isteri yang menyesali perkataannya barusan.

"Wa'alaikum salam."

 -----

Gimana pendapat kalian dengan Chapter awal ini?

Sudah penasarankah dengan kelanjutannya?

kalau iya, yuk merapat! Dan kawal sampai ending*. :)

Terpopuler

Comments

Adzana Raisha

Adzana Raisha

Penulisannya rapi. Semangat trus kak autor

2022-05-09

1

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

ceritanya kyny seru nih thor .Semoga aja happy ending

2022-02-13

1

Dyana Arsi

Dyana Arsi

aku mampir baca maraton karna sdh tamat

2021-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!