🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Sore pun tiba, saat ini Edrik dan yang lainnya sedang berada di Caffe milik Louise.
"Sayang sini dong, kita rayakan hari jadian kita," seru Edrik dengan manjanya.
"Apaan sih Bang bule, gue lagi kerja jangan ganggu gue," ketus Icha.
"Kan kita ngumpul disini untuk merayakan hari jadian kita, masa ceweknya ga ada."
"Iya, tapi kan gue harus kerja kalau si Mister sampai tahu gue berleha-leha bisa di pecat gue."
"Tidak akan, gue yang akan tanggung jawab kalau sampai lo dipecat."
"Enggak ah, gue mau kerja dulu."
Icha pun langsung pergi meninggalkan semuanya dan membuat Edrik cemberut.
"Kok gue geli ya Bang, lihat gaya lo yang sekarang," seru Fiko.
"Iya, serasa anak alay," sambung Juna.
"Alah, bilang saja kalian iri sama gue karena kalian masih jomblo," ledek Edrik.
"Wah mulai songong nih, mentang-mentang sekarang sudah tidak jomblo lagi," sahut Fiko.
Raka dan Riana hanya tersenyum tanpa berniat ikut dalam pembicaraan ketiga cowok tampan itu.
Tidak lama kemudian, pintu Caffe terbuka menampilkan Louise menggandeng seorang wanita tapi wanita itu berbeda dengan wanita yang sebelumnya.
"Hallo Bang," teriak Edrik.
Louise pun menoleh dan tiba-tiba wajahnya berubah menjadi cemberut.
"Astaga, para bocah tengil lagi nongol pasti mau buat rusuh lagi nih," batin Louise dengan menatap tajam ke arah Edrik dan yang lainnya.
"Ayo sayang, kita ke ruanganku saja," ajak Louise.
"Tunggu Bang," teriak Edrik yang langsung menyusul Louise.
"Sudah sayang ayo kita pergi jangan hiraukan bocah tengik itu," seru Louise dengan menarik tangan pacar barunya itu.
"Tunggu Bang, mau kemana? masih sore sudaj mau mojok aja diatas," goda Edrik yanh sekarang sudah berada dihadapan Louise dan pacarnya.
"Masalah buat lo? sana minggir," seru Louise.
"Ya ampun Bang, galak amat sih. Oh iya Mbak, kok Mbak mau sih pacaran sama bule tiang listrik ini?" seru Edrik.
"Woi, apa urusannya sama lo? lagipula siapa yang bakalan nolak gue coba," sahut Louise dengan bangganya.
"Iya Dek, aku itu sangat mencintai Louise selain dia tampan, dia juga sangat kaya, lihat nih baru saja jadian Louise sudah memberikan cincin ini, romantis banget kan?" sahut Sinta dengan manjanya.
Edrik meraih tangan Sinta dan memperhatikan jari manis Sinta. Louise menghempaskan tangan Edrik.
"Jangan sentuh tangan cewek gue."
"Idih, galak amat lo Bang. Maaf Mbak, memangnya Mbak percaya kalau itu cincin emas asli? itu kayanya imitasi deh," seru Edrik dengan tengilnya.
"Hah masa sih? pasti asli dong, iya kan sayang?"
"Wah, lo ngajak ribut sama gue bocah tengil. Sudahlah sayang, jangan di dengerin omongan dia, ayo kita pergi," ajak Louise.
"Mbak, asalan Mbak tahu ya kemarin Bang Louise bawa wanita dan wanita itu dikasih cincin juga sama Bang Louise," teriak Edrik dengan memainkan kuku-kuku jarinya.
"Apa? sayang, apa maksud omongan anak itu?" tanya Sinta.
"Jangan di dengarkan sayang, dia hanya bocah tengil."
"Tapi dia bilang, kemarin kamu bawa wanita lain kesini."
"Enggak kok sayang, jangan percaya."
Sinta berbalik dan menghadap kepada Edrik, sementara Louise berada di belakang Sinta.
"Hai kamu, apa omongan kamu benar? kalau kemarin Louise bawa wanita kesini?" tanya Sinta.
Louise tampak melambai-lambaikan tangannya di belakang Sinta pertanda kalau Edrik harus tutup mulut.
"Iya."
Louise terus saja memberikan isyarat keada Edrik untuk berhenti bicara tapi Edrik tidak peduli.
"Siapa?" tanya Sinta.
"Kalau ga salah namanya Jessi, bodynya beuh aduhai **** banget dan kemarin mereka turun dari ruangannya Bang Louise," sahut Edrik.
Lemas sudah Louise, sekarang dia tampak menundukkan kepalanya, kencan kali kembali gagal akibat ulah tengil Edrik. Dengan emosi yang memuncak, Sinta membalikkan tubuhnya dan menatap tajam ke arah Louise. Sinta melepaskan cincinnya dan menyerahkannya kepada Louise.
"Dasar playboy, kita putus."
Sinta langsung berlari meninggalkan Louise, sedangkan Edrik tampak tertawa bahkan kali ini dia memegang perutnya sendiri karena sakit akibat dari tertawa terus.
"Edriiiiiiiiiiiikkkkk...."
Louise memiting leher Edrik dengan gemasnya, kemudian Louise menyuruh Icha untuk membawakan pasta dan dikasih cabe rawit yang banyak.
"Ini Mister, pasta pesanan anda," seru Icha.
Edrik tampak menelan ludahnya sendiri, wajahnya terlihat sangat panik melihat pasta yang sangat merah dan pastinya rasanya sangat pedas.
Tiba-tiba Edrik pingsan..
"Jangan pura-pura pingsan deh lo, ayo bangun atau gue guyur lo dengan air perasan cabe rawit," seru Louise.
Edrik langsung bangun dan membuka matanya.
"Kok lo tahu Bang kalau gue hanya pura-pura pingsan?"
"Ya tahulah, mana ada orang pingsan peluk-peluk cewek. Dasar cari kesempatan lo," seru Louise dengan menoyor kepala Edrik.
"Bang, lo serius mau suruh gue memakan pasta ini?" tanya Edrik.
"Iya, itu sebagai hukuman buat lo karena lo selalu saja menggagalkan kencan gue."
"Tapi Bang, kan lo tahu kalau gue ga suka pedas, gue bisa mati kalau makan itu. Sayang bantuin gue napa, malah diam saja," rengek Edrik.
"Itu salah lo sendiri, ngapain lo selalu usilin Mister ya sekarang lo tanggung sendiri akibatnya," sahut Icha.
"Ah, pacar apaan ga bela pacarnya sendiri malah bela laki-laki lain, sungguh sakit hatiku," seru Edrik dengan memegang dadanya.
"Sudah jangan banyak drama deh lo, buruan makan pasta itu," seru Louise.
Edrik tampak melihat satu persatu ke arah teman-temannya, dan mereka tampak mengangkat kedua tangannya tanda menyerah dan tidak mau ikut campur.
"Ah, kalian tega biarin gue menderita sendirian," keluh Edrik.
Perlahan Edrik mengambil garpu dengan tangan yang bergetar, dia benar-benar sangat takut bahkan saat ini seluruh tubuhnya sudah merinding.
"Ah kelamaan lo."
Louise mengambil garpu dari tangan Edrik dan mengambil pasta kemudian dengan paksa Louise memasukan pasta itu ke dalam mulut Edrik.
Edrik benar-benar sudah kepedasan, kalau di gilm kartun mungkin saat ini dari hidung dan telinga Edrik sudah mengeluarkan asap saking pedasnya.
Keringat sudah memenuhi wajah Edrik, membuat Icha kasihan juga.
"Aaaaaa....pedaaaaassss, minum mana minum," teriak Edrik.
Icha dengan sigap mengambilkan minum untuk Edrik.
"Ampun Bang, gue nyerah."
"Lo harus janji kalau lo ga bakalan recokin gue lagi, kalau lo recokin hubungan gue lagi, gue bakalan laporin lo kepada Daddy Raffa supaya lo di lempar ke Alaska sana, mau lo?" sentak Louise.
"Ok..ok..ampun gue nyerah, gue ga bakalan gangguin lo lagi, sumpah, suwer," sahut Edrik yang masih merasa kepedasan.
"Bagus, awas aja lo."
Louise pun dengan senyum penuh kemenangan dan rasa puas karena sudah memberikan pelajaran kepada Edrik kini melangkahkan kakinya meninggalkan semuanya.
"Parah kalian, ga ada yang mau nolongin gue," seru Edrik.
"Sorry Bang, kita ga mau jadi korbannya Bang Louise, daripada kita kena getahnya lebih baik kita diam," sahut Juna.
"Dasar, ga setia kawan kalian."
Edrik sudah menghabiskan lima botol air mineral tapi rasa pedasnya masih saja terasa.
***
Malam pun tiba, Edrik dari tadi terus saja mondar-mandir ke kamar mandi, perutnya sangat sakit akibat makan pasta super pedas itu.
"Sial, perut gue sakit banget."
Saat ini Edrik duduk di lantai karena sudah lemas tidak kuat untuk berdiri.
Ceklek...
"Astaga Bang, lo kenapa?" tanya Raka panik karena melihat wajah Edrik yang sudah pucat itu.
"Lo ga lihat apa gue lemes banget, dari tadi mondar-mandir ke kamar mandi, perut gue sakit."
"Sini gue bantuin lo berdiri."
Raka pun memapah Edrik untuk berbaring di kasurnya dan dengan berlari Raka memanggil Mommy dan Daddynya.
"Ya ampun sayang, kamu kenapa wajah kamu pucat seperti ini?" seru Mommy Aqila dengan paniknya.
"Edrik sakit perut Mom."
"Memangnya kamu sudah makan apa?" sekarang giliran Daddy Raffa yang bertanya.
"Tadi, Bang Edrik makan pasta yang super pedas Dad," sahut Raka.
"Kok bisa? kamu kan paling tidak bisa makan pedas?" seru Daddy Raffa.
Edrik dan Raka diam tidak ada yang bicara, tiba-tiba Daddy Raffa berjongkok di hadapan Edrik.
"Ayo naik ke punggung Daddy, kita ke rumah sakit sekarang," seru Daddy Raffa.
Edrik tidak bisa menolak lagi, saat ini memang dirinya sudah sangat lemas karena dari tadu bolak-balik ke kamar mandi. Tanpa ragu, Edrik pun langsung naik ke punggung Daddynya itu.
"Raka kamu siapkan mobil."
"Baik Dad."
Daddy Raffa menggendong Edrik turun ke bawah, ada perasaan hangat menghinggapi hati Edrik. Satu yang Edrik simpulkan, meskipun Daddynya sangat keras kepada dirinya tapi dia tetap menyayanginya.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit dan Edrik langsung mendapatkan penanganan.
"Bagaimana dok, keadaan putera saya?" tanya Daddy Raffa.
"Putera Bapak tidak apa-apa, dia hanya mengalami sakit perut biasa dan dia juga mengalami dehidrasi karena terlalu banyak cairan yang keluar, tapi saat ini putera Bapak sudah baik-baik saja."
"Syukurlah, terima kasih Dok."
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi."
Mommy Aqila, Daddy Raffa, dan Raka memasuki ruangan rawat Edrik dan terlihat Edrik terbaring dengan lemahnya.
"Mommy beli makanan dulu ya, kita kan belum makan malam tadi."
Daddy Raffa menganggukkan kepalanya...
"Raka, ayo antar Mommy beli makanan."
"Iya Mom."
Raka dan Mommy Aqila pun pergi untuk membeli makanan, sedangkan Daddy Raffa tampak duduk di kursi yang berada di samping ranjang Edrik.
Di tatapnya wajah tampan sang putera sulungnya itu, putera pertama yang semuanya sangat mirip dengannya. Wajah, prilaku, sifat, dan kebiasaan Edrik semuanya sangat mirip dengan Daddy Raffa.
"Maafkan Daddy, Nak. Selama ini Daddy sudah terlalu keras kepadamu, Daddy melakukan semua itu bukan berarti Daddy membencimu tapi Daddy ingin kamu menjadi anak yang kuat karena nanti semua beban dan tanggung jawab ada di pundakmu," gumam Daddy Raffa sembari mengusap kepala Edrik.
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Samsuna
dengar itu Edrik kata papa Rafael😢
2022-09-15
1
⚘DewPck🌱Sqd🐛🌽🦃⃝⃡ℱ
terharu part ini ,oh Daddy dibalik sifat kerasnya ternyata sayang
2021-09-11
2
☠☀💦Adnda🌽💫
sebenarnya dady sayang kamu edrik cuman caranya aj mungkin agak keras
2021-08-31
2