🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Waktu istirahat pun tiba...
"Cha, ke kantin yuk," ajak Riana.
"Kalian duluan saja, nanti gue nyusul."
"Ok, tapi lo nyusul ya."
Icha mengacungkan jempolnya...
Riana dan yang lainnya pun menuju kantin dan disana sudah ada Edrik yang sedang duduk dengan mengotak-ngatik ponselnya.
"Hallo Bang," sapa Juna.
"Loh, si Icha kemana?" tanya Edrik.
"Yaelah, sekarang Icha mulu ya yang lo cari Bang," goda Fiko.
"Icha, masih di kelas katanya nanti dia nyusul," sahut Riana.
Tanpa menunggu lagi, Edrik langsung pergi meninggalkan semuanya.
"Bang mau kemana?" teriak Juna.
Edrik tidak menjawab dia terus saja berjalan meninggalkan Kantin.
"Gue curiga deh, kayanya Bang Edrik suka sama Icha," seru Fiko.
"Iya, gue juga berpikiran seperti itu," sahut Juna.
"Berarti, Icha adalah wanita pertama yang mampu meluluhkan hati sang gunung es," seru Fiko.
Sedangkan Riana dan Raka hanya diam saja, ada rasa cemburu di hati mereka masing-masing tapi mereka juga merasa senang kalau Edrik bisa mendapatkan wanita yang dia sukai.
Icha saat ini sedang membaca buku, dia tidak berniat untuk menyusul teman-temannya ke kantin, dia masih kesal kepada Edrik karena sudah merendahkannya.
"Ngapain lo masih di kelas? memangnya lo ga lapar?" tanya Edrik.
Icha tidak menghiraukannya, dia terus saja fokus dengan buku yang sedang dia baca.
Edrik duduk di hadapan Icha dan mengambil buku milik Icha.
"Apaan sih lo, sini buku gue," ketus Icha dengan berusaha mengambil bukunya.
"Gue paling ga suka di cuekin."
Icha tidak mendengarkan ucapan Edrik, dia bangkit dari duduknya dan berusaha mengambil buku yang Edrik sembunyikan.
"Kembalikan buku gue."
Edrik berdiri dan mengangkat bukunya ke atas, Icha sudah berjinjit bahkan melompat-lompat tapi tetap saja tidak bisa meraih bukunya.
"Ih, dasar bule gila nyebelin kesiniin ga bukunya."
"Enggak...gue minta maaf karena sudah menyinggung perasaan lo, gue ga bermaksud seperti itu tadi gue cuma bercanda."
"Iya dan bercanda lo sangat tidak lucu."
Icha tampak kesal karena Edrik tidak mengembalikan bukunya, akhirnya Icha pun naik ke atas kursi berniat ingin mengambil bukunya tapi Icha tidak berhati-hati sehingga membuat dirinya limbung dan terjatuh.
"Aaaa..."
Icha berteriak dan memejamkan matanya, tapi anehnya dia tidak merasa sakit. Perlahan Icha membuka matanya, ternyata Edrik yang sudah menangkap tubuh Icha.
Sesaat kedua mata itu saling tatap satu sama lain, dan getaran-getaran aneh itu kembali mulai muncul pada keduanya.
"Astaga, kalian sedang ngapain?" seru Juna.
Icha dan Edrik tersadar, Edrik pun segera menurunkan Icha dan Icha mengambil buku dari tangan Edrik dan pura-pura membacanya karena merasa sangat malu.
"Hayo, Bang Edrik sama Icha barusan lagi ngapain? pakai gendong-gendong segala," goda Fiko.
"Tidak, tadi itu si kancil burik hampir saja jatuh dari kursi dan gue hanya nolongin dia saja," sahut Edrik dengan wajah yang memerah.
"Kalian jadian ya," goda Juna dengan menaik turunkan alisnya.
"Apaan sih lo, jangan ngaco kalau ngomong," sahut Edrik gugup.
"Nah loh, Bang Edrik gugup mana wajah Bang Edrik sudah memerah kaya gitu lagi," ledek Fiko.
"Iya, jadian juga ga apa-apa kok kalian sangat cocok," sambung Juna.
"Apaan sih kalian, oh gue tahu kalian mau gue tabok ya," sahut Edrik dan bersiap-siap melayangkan tinjunya.
"Wah, ampun Bang kita cuma bercanda."
Edrik pun pergi dari kelas Icha, dia merasa sangat malu dengan godaan Juna dan Fiko.
"Cie..cie..yang di gendong sama Bang Edrik," goda Riana.
"Ih, apaan sih Ri."
"Tuh kan wajahnya merah kaya gitu, lo suka ya sama Bang Edrik?" tanya Riana.
"Ri, bisa diam ga? lo belum ngerasain ya sepatu mendarat di wajah lo," ketus Icha.
"Busyet deh galak amat, lagi datang bulan ya."
"Gue benar-benar lempar sepatu gue nih."
"Ok-ok gue diam."
Mereka pun kembali mengikuti pelajaran, hingga akhirnya jam pulang pun tiba. Icha dan Riana bergandengan tangan menuju keluar sekolah dan diikuti ketiga pemuda tampan di belakangnya.
Sementara itu diluar sekolah, Edrik sudah menunggu Icha dan yang lainnya di depan sebuah mobil angkot.
"Ya ampun Edrik my prince, kasihan banget dihukum naik angkot, ikut mobil gue aja yuk lebih enak dan nyaman daripada naik angkot panas, berdesak-desakkan pula," seru Kelly dengan bergelayut manja di lengan Edrik.
"Woi..woi..woi..jangan pegang-pegang, gue paling ga suka di pegang sama cewek kegatelan kaya lo, bisa-bisa gue ikut gatel lagi," ketus Edrik dengan menjauh dari Kelly.
"Ih my prince Edrik kok gitu sih, gue dari dulu cinta mati tahu sama lo."
"Idih, amit-amit sana pergi hus..hus.."
"My prince Edrik kejam, yuk La kita cabut."
Akhirnya Kelly dan Lala pun pergi dan Edrik bisa bernafas lega.
"Bang Edrik," teriak Riana dengan melambaikan tangannya.
"Hai..."
"Loh, kok Bang Edrik diam di samping angkot?" tanya Riana.
"Masuk, gue sudah sewa nih angkot buat kita semua dan di jamin kita ga bakalan berdesak-desakkan," sahut Edrik.
"Wah, seriusan Bang?"
"Yoi."
Mereka pun semuanya masuk ke dalam angkot kecuali Icha yang masih diam mematung.
"Ayo masuk, ngapain masih diam?" seru Edrik.
"Tapi----"
Edrik menarik tangan Icha supaya masuk ke dalam angkot itu. Icha dan Edrik duduk bersebelahan, keduanya terlihat canggung satu sama lain.
"Mulai besok, satu bulan ke depan angkot ini yang akan antar jemput kita ke sekolah, gue sudah nyewa angkot ini, iya kan Pak," seru Edrik.
"Iya Dek."
"Wuidih cakep, Bang Edrik memang paling mengerti kita," sahut Riana.
"Oh iya, gue dengar si bule KW sudah pulang nanti sore kita kumpul di Caffe."
"Serius Bang, ok nanti sore kita kesana."
Tiba-tiba saja sopir angkot itu berhenti mendadak karena ada motor yang menyalip dan membuat sang sopir menginjak rem secara mendadak.
Secara spontan tubuh Icha terpental ke depan dan tidak sengaja memeluk tubuh Edrik, mereka berdua kembali saling tatap.
"Cie..cie..sudahan kali pelukkannya," goda Fiko.
Icha dan Edrik terkejut, Icha langsung memundurkan posisi duduknya.
"Sorry..."
"Aduh maaf Dek, barusan ada motor yang nyalip jadi saya terkejut dan menginjak rem secara mendadak."
"Iya tidak apa-apa Pak."
Tidak lama kemudian angkot itu pun sampai di rumah Icha.
"Semuanya gue duluan ya, maaf ga bisa ajak ke rumah dulu soalnya gue juga mau siap-siap kerja," seru Icha.
"Iya, tidak apa-apa bye Icha sampai ketemu di Caffe nanti sore," teriak Riana.
Icha pun melambaikan tangannya, Edrik tersenyum ke arah Icha membuat wajah Icha memerah.
"Astaga, kenapa wajah gue jadi memerah kaya gini sih," gumam Icha dengan memegang wajahnya sendiri.
***
Di Caffe...
Berbeda dengan hari sebelumnya, saat ini para karyawan tampak merasa gugup dan takut karena untuk pertama kalinya mereka bekerja di awasi langsung oleh sang pemilik Caffe.
"Sayang...."
Suara manja seorang wanita **** masuk ke dalam Caffe dan langsung memeluk Louise.
"Jessi, astaga aku rindu sekali padamu," seru Louise.
"Aku juga sangat merindukanmu, sayang."
"Kita ke ruanganku yuk, Alisya tolong kamu bawa makanan dan minuman ke ruangan saya," seru Louise.
"Baik Mister."
Louise pun pergi membawa wanita yang kemungkinan adalah kekasihnya.
"Gila Den, ceweknya Pak Bos **** banget," seru Dudi.
"Iya, bodynya Dud aduhai," sahut Deni.
Icha yang melihat kedua temannya itu langsung mengusap wajah keduanya dengan tangannya sendiri.
"Istigfar, lihat yang bening-bening saja mata kalian langsung melotot," seru Icha.
"Piuuuhhh...kok tangan lo bau sih Cha," seru Dudi.
"Iya, serasa bau-bau apa gitu," sambung Deni.
"Masa sih?"
Icha pun mencium tangannya sendiri dan tampak mengernyitkan keningnya.
"Astaga gue lupa, barusan gue habis bersihin pupnya peliharaan si Mister dan gue lupa belum cuci tangan."
"Apa?" sahut Dudi dan Deni bersamaan.
"Hehehe...sorry."
Icha langsung ngacir kabur karena takut kena semprot kedua temannya yang saat ini merasa sangat geram dengan kelakuan Icha.
Louise mempunyai beberapa peliharaan kucing dibelakang, biasanya ada salah satu karyawan yang ditugasnya membersihkan kandangnya cuman hari ini dia tidak masuk, jadi Louise menyuruh Icha yang membersihkannya.
Setelah mencuci tangannya sampai bersih, Icha pun mengambil pesanan sang Bos dan membawanya ke ruangan Louise.
Tok..tok..tok..
"Masuk."
Icha pun masuk ke dalam dan betapa terkejutnya Icha saat melihat wanita itu duduk dipangkuan Louise dengan manjanya.
"Maaf Mister, ini makanan dan minuman yang tadi Mister pesan."
"Oh, kamu simpan saja di meja."
Icha pun segera menyimpannya di meja...
"Saya permisi dulu Mister."
Icha pun segera keluar dari ruangan Louise..
"Astaga tuh cewek bikin iri saja, mau dong duduk di pangkuan si Mister," gumam Icha dengan menggigit lap yang bersandar di pundaknya.
"Piiiuuuhhh, astaga gue lupa ini kan lap meja. Ah, gara-gara tuh cewek bikin gue mupeng," gumam Icha dengan menuruni anak tangga.
"Kenapa lo gue lihat dari tadi menggerutu terus," seru Dudi.
"Kapan ya gue punya cowok tampan, tajir, dan kebule-bulean kaya si Mister," sahut Icha dengan senyum-senyum.
"Idih, jangan kebanyakan mengkhayal nanti lo bisa gila."
"Ishh..bukannya mengkhayal tapi berharap."
"Hanya keajaiban yang bisa mengabulkan harapan lo."
"Ah resek lo mah Bang, bukannya memberi semangat sama gue malah menjatuhkan harapan gue. Kan kali aja nasib gue kaya cinderella yang mendapatkan pangeran tampan."
"Sudah sana kembali bekerja jangan banyak mengkhayal, ketahuan Pak Bos lo bisa di pecat."
"Huffttt...sudahlah, SEMANGAT," teriak Icha dengan mengepalkan tangannya.
Tidak lama kemudian, dua buah mobil mewah berhenti di depan Caffe milik Louise. Edrik dan teman-temannya keluar dari dalam mobil.
"Yaelah, anak-anak resek itu datang lagi," seru Deni.
"Siap-siap tata hati lo Den, pasti mereka bakalan buat kita darah tinggi lagi seperti kejadian tempo hari yang membuat Icha di pecat," sahut Dudi.
Dengan santainya Edrik dan teman-temannya masuk ke dalam Caffe itu.
"Icha.." teriak Riana.
"Hai Ri, ayo duduk kalian mau pesan apa?" tanya Icha.
Mereka pun satu persatu menyebutkan pesanannya termasuk Edrik.
"Heh, bule gila ini pesanan lo sudah fix kan? jangan sampai nanti pesanan lo salah lagi dan buat gue darah tinggi," ketus Icha.
"Iya, dulu kan memang sengaja buat lo kesal."
"Dasar, ya sudah gue ambilkan dulu pesanan kalian."
Tidak lama kemudian, Louise dan Jessi turun dari ruangannya. Jessi masih tetap sama bergelayut manja di lengan Louise.
"Bang Louise," teriak Edrik.
"Wah, para anak ingusan datang nih," ledek Louise.
"Mereka siapa sayang?" tanya Jessi dengan manjanya.
"Oh, mereka hanya anak ingusan pengganggu."
"Kenalkan saya Juna, sepupunya mantan Bang Louise."
"Saya Raka, tetangganya mantan Bang Louise."
"Saya Riana, keponakan yang cantik dan imut mantannya Bang Louise."
"Saya Edrik, adik kesayangan mantannya Bang Louise."
"Apa?" Jessi sangat terkejut.
"Satu lagi, saya Fiko cucunya mantan Bang Louise."
"Sayang, ini maksudnya apa? kenapa semua yang berhubungan dengan mantan kamu semuanya ada disini?" tanya Jessi geram.
"Sayang, jangan dengerin mereka, mereka adalah anak-anak ingusan yang gila," sahut Louise.
"Apaan, barusan doi titip salam buat lo Bang," seru Edrik dengan senyuman tengilnya.
Louise sudah sangat geram, dia mengepalkan tangannya dan merasa gemas ingin tabok mulut Edrik.
"Sayang, kamu selesaikan dulu urusan kamu sama mantan kamu, nanti kalau sudah selesai baru hubungi aku," ketus Jessi dengan melangkahkan kakinya meninggalkan Louise.
"Sayang kamu mau kemana?" teriak Louise.
"Pulang."
"Aku anterin ya."
"Ga usah, aku bisa pulang sendiri."
Jessi pun benar-benar pergi menggunakan taxi.
"Edriiiiiiiiikkkkk....." teriak Louise membuat semuanya menutup telinga masing-masing.
"Astaga Bang, suara lo kenceng amat kaya toa mesjid," ledek Edrik.
"Kalian benar-benar ya, gue itu sama Jessi sudah susah-susah LDR-an dan barusan baru saja gue ketemu sama dia kangen-kangenan dan kalian semua sudah merusak momen bahagia gue," bentak Louise.
Louise mendudukkan tubuhnya, nafasnya masih terengah-engah karena merasa emosi.
"Tenang Bang, sabar ini ujian," seru Fiko.
"Oh iya, tadi lo ngenalin diri lo sebagai cucunya mantan Bang Louise, berarti Bang Louise pacaran sama Nenek lo dong," seru Raka.
"Astaga, gue baru nyadar," sahut Fiko menepuk jidatnya sendiri.
Semuanya pun tertawa tapi berbeda dengan Louise yang tampak memijat keningnya yang tiba-tiba terasa berdenyut.
"Maaf, ini pesanan kalian," seru Icha.
"Makasih Icha yang cantik," sahut Juna.
"Kok kalian kenal sama dia?" tanya Louise.
"Iyalah, dia kan teman sekolah kita Bang," sahut Raka.
Louise mulai mengingat, kalau kemarin-kemarin Edrik memohon untuk menerima lagi karyawan yang bernama Alisya. Tiba-tiba senyuman licik Louise terbit, ini saatnya dia membalas kelakuan Edrik.
Louise pun beranjak dari duduknya dan mulai memperhatikan Icha.
"Kamu cantik juga, kamu mau ga jadi pacarku?" seru Louise.
Icha melotot sedangkan Edrik yang sedang minum langsung tersedak mendengar ucapan Louise.
"No, enak saja."
Edrik langsung berdiri di depan Louise menghalangi Icha.
"Kenapa? dia cewek lo?" tanya Louise.
"Hah.."
Edrik bingung apa yang harus dia jawab..
"Lo ga bisa jawab kan? berarti Icha itu bukan cewek lo, sana minggir."
Louise menoyor kepala Edrik sehingga posisinya bergeser.
"Icha, kamu mau kan jadi pacar aku?" seru Louise.
Icha tampak bingung dengan ucapan Louise, Raka dan yang lainnya pun saling pandang, mereka tidak tahu kalau Louise hanya bercanda ingin membalas tingkah Edrik saja, sekalian mengetes apa Edrik suka kepada Icha atau tidak.
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Samsuna
😂😂😂😂😂🤦🤭
2022-09-15
1
Isrotin Setia
🤦🤦🤦🤦🤦🤦
2022-03-28
1
Shelviana Marvi
pd koplak abis ...🤣🤣🤣🤣
2021-11-24
2