🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Satu..
Dua..
Tiga..
Go...
Motor Edrik dan lawannya melesat sangat kencang membuat Icha menutup telinganya karena merasa sangat bising.
Edrik dan ketua geng black kobra saling memacu kecepatan satu sama lain, tidak ada yang mau mengalah karena bagi mereka pantang untuk mengalah.
"Pak, saya pesan nasi goreng satu di bungkus ya," seru seseorang.
"Iya Pak, tunggu sebentar."
Orang yang memesan nasi goreng itu adalah Pak Wahyudi yang merupakan kepala sekolah dimana Icha dan yang lainnya menimba ilmu.
"Pak, kenapa disana berisik sekali ya?" tanya Pak Wahyudi.
"Oh, itu tempat balapan liar Pak."
"Balapan liar?"
Pak Wahyudi pun sedikit menoleh, dan mencoba menajamkan penglihatannya.
"Lah, bukannya itu Juna, Fiko, Riana, dan Raka ngapain mereka disitu?" gumam Pak Wahyudi.
Icha sangat beruntung karena dia berdiri di belakang kerumunan jadi Icha tidak terlihat oleh Pak Wahyudi.
"Pak, saya mau kesana dulu ya nanti saya kesini lagi," seru Pak Wahyudi.
"Iya Pak."
Pak Wahyudi pun dengan berjalan sangat cepat menghampiri kerumunan orang-orang yang saat ini sedang meneriakkan nama Edrik. Icha yang tidak sengaja menoleh ke seberang jalan, melihat Pak Wahyudi mendekat dengan wajah yang sangat horor menurut Icha.
"Astaga, mati gue ada Pak Wahyudi," gumam Icha.
Perlahan Icha mundur sembari membungkukkan tubuhnya dan mengendap-ngendap. Pak Wahyudi saat ini sudah berada di belakang Juna dan Fiko dengan raut wajah merah padam.
Juna dan Fiko belum menyadarinya...
"Ayo Bang Edrik, lo pasti menang," teriak Juna.
"Tidak akan ada yang bisa mengalahkan lo Bang," sambung Fiko.
Dengan geramnya Pak Wahyudi menjewer telinga Juna dan Fiko bersamaan.
"Bagus ya kalian."
"Astaga Pak Wahyudi, ampun Pak ampun," seru Juna.
"Sakit Pak, ampun," sahut Fiko.
Raka dan Riana langsung menoleh saat mendengar teriakkan Juna dan Fiko.
"Mati kita, Raka," seru Riana.
"Kok bisa ada Pak Wahyudi disini?" sahut Raka panik.
Sementara itu, Icha yang melihat Pak Wahyudi sedang memarahi teman-temannya mengambil kesempatan untuk kabur. Icha berlari sangat kencang menuju gerobak nasi goreng Ayahnya.
Sesampainya di gerobak nasi goreng, Icha langsung duduk dan mengambil air kemudian meminumnya dengam sekali tegukkan.
"Ya ampun Icha, kamu kenapa lari-lari begitu seperti di kejar hantu saja."
"Ini lebih seram daripada hantu, Yah."
"Lebih seram dari pada hantu itu apa?" tanya Ayah Bayu.
"Tadi ada kepala sekolah Icha, Yah. Icha sangat terkejut untung Pak Wahyudi tidak melihat Icha."
"Ya ampun Nak, kok bisa seperti itu?"
"Tidak tahu Yah, Icha pusing yang jelas sekarang Icha sudah berhasil kabur."
Ayah Bayu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan itu di tempat balapan liar, Pak Wahyudi sudah membawa keempat anak itu pergi sedikit menjauh dari arena balapan.
"Kalian sedang apa disini? apa kalian ikut balapan liar?" geram Pak Wahyudi.
"Tidak Pak, kami hanya menonton saja," sahut Riana.
"Menonton? masa nonton tapi saya dengar kalian bertetiak menyebut nama Edrik?"
Keempat anak itu menundukkan kepalanya, hingga sorak-sorai pun terdengar, ternyata Edrik kembali memenangkan balapan liar itu.
"Yes, gue menang lagi," gumam Edrik.
Edrik celingukkan mencari teman-temannya, hingga matanya pun terbelalak melihat keempat temannya itu sedang dihakimi oleh Pak Wahyudi.
"Sial, kenapa Pak Wahyudi bisa ada disini?" gumam Edrik.
Edrik hendak melarikan diri tapi Pak Wahyudi segera mengetahuinya.
"Edrik, jangan kabur kamu," teriak Pak Wahyudi.
Edrik menoleh ke belakang dan tersenyum manis sembari menganggukkan kepalanya.
"Eh, ada Pak Wahyudi."
"Jangan cengengesan, kesini kamu."
"Iya Pak."
Edrik pun menghampiri semuanya dan berdiri di samping Juna.
"Kalian berlima sudah membuat Bapak malu, sekolahan CITA-CITA BANGSA itu terkenal dengan sekolahan terfavorit dan murid-muridnya berprestasi, tapi kenapa malam ini Bapak merasa sangat malu dengan kelakuan kalian yang mengikuti balapan liar sampai malam seperti ini, pokoknya Bapak tidak mau tahu, besok orang tua kalian suruh datamg ke sekolah," bentak Pak Wahyudi.
"Jangan dong Pak, aku bisa di gantung oleh Papaku," seru Juna.
"Iya Pak, aku bisa dihukum tidak di kasih uang selama satu bulan," sbung Fiko.
"Pokoknya saya tidak mau tahu, besok orang tua kalian harus datang ke sekolah."
Pak Wahyudi kemudian pergi meninggalkan semuanya dan melangkahkan kakinya menuju gerobak nasi goreng yang tadi sudah dibuatkan oleh Bayu.
"Loh, Alisya kamu ngapain disini?" tanya Pak Wahyudi.
"Saya sedang bantuin Ayah saya jualan, Pak."
"Oh jadi, Pak Bayu ini Ayah kamu?"
"Iya Pak."
"Ya sudah, Bapak pulang dulu."
"Iya Pak, hati-hati dijalan."
Setelah Pak Wahyudi pergi, Icha mengelus dadanya merasa sudah aman.
"Aman..aman..."
"Dasar, kamu ini."
Tiba-tiba, rombongan Edrik pun datang tidak lupa semuanya mencium punggung tangan Pak Bayu. Pak Bayu sangat terharu akan anak-anak itu, walaupun mereka anak orang kaya dan suka balapan liar yang terkesan seperti anak urakkan tapi mereka sangat sopan kepada orang tua.
"Kenapa wajah kalian ditekuk kaya gitu?" tanya Icha.
"Kita dapat hukuman Cha," sahut Riana.
"Hukuman apa?"
"Orang tua kita besok di panggil disuruh datang ke sekolah," sahut Juna.
"Ah, gue bakalan ga dikasih uang jajan selama satu bulan," sahut Fiko.
"Iya, ATM gue bakalan diambil," sahut Riana.
"Sama, kayanya gue juga bakalan bernasib sama kaya kalian," sahut Juna.
"Siap-siap, besok kita berangkat sekolah naik angkot," keluh Riana dengan lemasnya.
Sedangkan Edrik dan Raka hanya diam saja..
"Kok kalian diam saja, apa orang tua kalian ga bakalan hukum kalian?" tanya Icha kepada Edrik dan Raka.
"Kalau Raka sama Bang Edrik lebih parah lagi Cha, mereka pasti digantung tuh diatas pohon dan yang paling parahnya lagi, mereka bakalan dipindahkan sekolahnya ke luar negeri," sahut Riana.
"Astaga serem amat," seru Icha.
"Sudah-sudah, ini nasi gorengnya dimakan dulu," seru Ayah Bayu.
"Terima kasih, Pak."
Mereka pun makan dengan lahapnya dan tidak ada yang bicara sedikit pun. Mereka sedang memikirkan nasib mereka setelah esok hari seperti apa.
Setelah mereka menghabiskan nasi gorengnya, mereka pun pamit pulang ke rumah masing-masing, begitu pun dengan Icha dan Ayahnya yang bersiap-siap untuk pulang.
***
Keesokkan harinya...
"Bang, lo ngomong napa," bisik Raka.
"Lo aja yang ngomong," sahut Edrik.
"Lo aja."
"Lo yang paling kecil harus nurut sama Abangnya."
"Lo anak sulung harus menolong yang kecil."
Raka dan Edrik saling bersinggungan dan berbisik satu sama lain membuat Daddy Raffa dan Mommy Aqila saling pandang satu sama lain.
"Kalian kenapa?" tanya Daddy Raffa.
Raka dan Edrik diam saja tidak ada yang menjawab.
"Hai, Daddy kalian bertanya kok ga ada yang jawab?" seru Mommy Aqila.
"Anu...anu..."
"Anu-anu apa?" tanya Raffa dengan dinginnya membuat Edrik merinding.
"Mommy dan Daddy disuruh ke sekolah sekarang," sahut Edrik dengan menundukkan kepalanya.
Mommy Aqila dan Daddy Raffa saling pandang, mereka tahu kenapa mereka harus datang ke sekolah, Daddy Raffa sudah mau membuka mulut tapi dengan cepat Mommy Aqila menggenggam tangan Daddy Raffa.
"Baiklah kita akan ke sekolah," sahut Mommy Aqila.
Edrik dan Raka menelan salivanya dengan susah payah melihat raut wajah Daddy mereka yang sangat menyeramkan itu.
Icha baru saja sampai di sekolah, tapi Icha melihat semua teman-temannya sedang melamun di parkiran dengan raut wajah yang menyedihkan.
"Kok pada sedih sih?" tanya Icha.
"Bagaimana kami ga sedih, hari ini adalah hari dimana penentuan nasib kami," sahut Riana dengan wajahnya yang ditekuk.
"Sudahlah jangan dipikirin."
Tiba-tiba mobil sport milik Edrik dan Raka berhenti di parkiran, wajah Edrik dan Raka tidak kalah kusutnya.
Bruuukkk...
Seperti biasa, Edrik melempar tasnya dan kali ini Icha belum siap dan akhirnya mendarat dengan mulus di wajah Icha.
Icha mendengus kesal dengan tingkah Edrik, perlahan Icha mendekat ke arah Edrik.
"Bang, tapi gaji gue ga bakalan di potong kan hanya karena lo dihukum?" seru Icha dengan sangat hati-hati.
Edrik mendelik ke arah Icha dan Icha malah nyengir memperlihatkan barisan giginya yang putih.
Pletttaaaakkkk...
Edrik menyentil kening Icha dengan gemasnya..
"Aw, sakit Bang."
"Dasar kancil burik tidak punya perasaan, gue lagi galau kaya gini, lo malah mikirin gaji," ketus Edrik.
"Ya iyalah, gue ga mau sampai ga di bayar hanya karena gara-gara ATM lo di ambil sama orang tua lo, awas saja kalau gaji gue nunggak apalagi sampai di pending," seru Icha.
Edrik benar-benar gemas dengan tingkah Icha, sudah tahu Edrik lagi deg-degan, Icha malah mikirin masalah gaji. Saking gemasnya Edrik memiting leher Icha.
"Aduh, lepasin bule gila," teriak Icha.
"Rasain lo, di dalam otak lo hanya ada uang, uang, dan uang saja."
"Iya..iya..ampun."
Raka memalingkan pandangannya dan tidak lama kemudian, empat mobil mewah memasuki parkiran sekolah dan Edrik langsing melepaskan Icha.
"Dasar, bule gila," gerutu Icha dan merapikan rambutnya yang acak-acakkan.
Pandangan Icha teralihkan kepada keempat mobil mewah itu, dan keluarlah orang-orang yang sudah berumur tapi masih terlihat tampan dan cantik.
Mereka semua adalah orang tua Edrik dan Raka, Juna, Fiko, serta Riana. Dengan langkah gontai dan menundukkan kepalanya, Edrik dan yang lainnya mengikuti orang tua mereka masing-masing.
"Wahh, orang kaya memang beda dari auranya saja sudah terlihat, tapi tetap tante Aqila idola gue sudah cantik, anggun, lembut, baik lagi," gumam Icha.
Diruangan kepala sekolah...
"Maafkan saya Nyonya dan Tuan sekalian karena sudah mengganggu urusan kalian, tujuan saya memanggil Nyonya dan Tuan karena saya tadi malam menemukan anak-anak ini sedang mengikuti balap liar," jelas Pak Wahyudi.
Semua orang tua mereka sangat terkejut, apalagi Rey dan Ranti mereka geleng-geleng kepala karena hanya anak mereka yang perempuan.
"Maaf Tuan Raffa, sebelumnya sekolah ini kan sudah terkenal dengan murid-muridnya yang berprestasi apalagi ini merupakan sekolah favorit, jadi saya tidak mau nama sekolahan anda tercoreng oleh kelakuan kedua putera anda," seru Pak Wahyudi dengan menundukkan kepalanya.
Pak Wahyudi sangat takut dengan tatapan Raffa tapi mau bagaimana lagi memang anaknya yang menjadi biang kerok.
"Maaf saya permisi undur diri, silakan Nyonya dan Tuan selesaikan masalah ini dengan putra putrinya."
Pak Wahyudi keluar dari ruangan itu memberikan waktu antara orang tua dan anak untuk saling berbicara.
Raffa beranjak dari duduknya dan berdiri di depan kelima ABG itu.
"Cepat jelaskan apa yang terjadi?" seru Raffa dingin dengan kata-kata penuh penekanan.
Kelima anak itu saling sikut satu sama lain, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Raffa. Diantara orang tua mereka, semuanya paling takut kepada Raffa.
"Raka, Edrik, jawab atau Daddy langsung pindahkan kalian ke luar negeri," bentak Raffa yang sudah terlihat emosi.
Aqila berdiri dan mengusap lengan Raffa untuk menenangkan sang suami.
"Ma--maaf Daddy," seru Raka.
"Raka, kenapa kamu sekarang ikut-ikutan? bukannya selama ini kamu tidak pernah berbuat macam-macam, apa sekarang Abang kamu yang sudah mengajak kamu?" bentak Raffa.
Edrik mengepalkan tangannya dan mengeratkan giginya.
"Edrik, lihat kelakuan kamu kalau kamu mau bertindak liar, lakukan sendiri saja jangan ajak anak-anak yang lainnya. Daddy sudah tidak tahu lagi apa yang harus Daddy lakukan untuk menasehati kamu. Kamu terlalu urakkan dan tidak mencerminkan seorang putera Raffael Abraham," bentak Raffa menggema diseluruh ruangan itu.
"Sabar Dad, jangan emosi," seru Mommy Aqila.
Edrik pun beranjak dari duduknya dan berdiri dihadapan Daddynya.
"Daddy, Edrik memang ikutan balap liar tapi Edrik tidak pernah melakukan kejahatan yang membuat nama baik Mommy dan Daddy tercoreng, dan satu lagi Edrik tidak pernah mengajak anak kesayangan kalian untuk ikut sama Edrik jadi Daddy jangan melimpahkan semua kesalahan kepada Edrik," seru Edrik.
"Dasar anak kurang ajar."
Buggghh..buugghhh...
"Edrik..." teriak Mommy Aqila histeris.
Edrik tersungkur di lantai dengan sudur bibir yang berdarah.
"Raffa, kamu harus jaga emosi jangan seperti ini," seru Jino.
"Maaf uncle, tapi selama ini Bang Edrik tidak pernah mengajak kami tapi kami sendiri yang mau ikut, jadi jangan salahkan Bang Edrik," seru Riana.
"Iya uncle, ini semua keinginan kami," sambung Juna dan mendapat anggukkan dari Fiko.
Raffa menghela nafasnya...
"Ok, kalau begitu kalian semua dihukum, tidak mendapatkan fasilitas apapun selama satu bulan," seru Daddy Raffa.
Ternyata semua orang tua menyetujuinya dan menganggukkan kepalanya, sedangkan para anak-anak tampak menundukkan kepalanya merasa sedih.
"Sayang, sini biar Mommy obati luka kamu," seru Mommy Aqila.
"Tidak usah Mom, Edrik ke kelas dulu."
Edrik pun langsung pergi dari ruangan itu...
"Ya sudah, kalian juga masuk kelas sana," seru Ayah Fathir.
Semuanya pun pergi dan masuk ke kelas masing-masing, Edrik merasa kesal kepada Daddynya yang selalu membela Raka padahal selama ini dia tidak pernah mengajak Raka.
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ya elah babang rafa,
kejam amat sama anak nya,
2021-09-23
0
⚘DewPck🌱Sqd🐛🌽🦃⃝⃡ℱ
Ayoo pada kerja dikafe aja biar bisa jajan kayak Icha hehehe
2021-09-08
0
kak long
kacian babang endrik, sabar ya
2021-08-09
0