🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Setelah sarapan bersama, Edrik dan yang lainnya pun pergi ke lapangan untuk pelajaran olahraga.
Bagi para murik laki-laki bisa olahraga basket dan untuk para murid perempuan olahraga volly. Semuanya tampak dengan olahraga masing-masing, hingga Kelly mempunyai rencana membuat Icha celaka.
Hingga disaat Icha mau loncat, Kelly sengaja menjegal kaki Icha sehingga Icha terjatuh dan kakinya terkilir.
"Aw..."
"Astaga Cha, lo kenapa?" tanya Riana panik.
Icha menatap tajam ke arah Kelly...
"Kakak ngapain sih, jegal-jegal kaki gue? sakit tahu," bentak Icha.
"Oh, jadi dua racun yang sudah cari gara-gara," seru Riana.
"Apaan sih, memangnya lo punya bukti kalau gue yang jegal kaki lo?" sahut Kelly tak mau kalah.
"Ada apa ini?" tanya Pak Bambang.
"Pak, dia jegal kaki Icha sehingga Icha terjatuh dan kakinya terkilir," sahut Riana.
"Bohong Pak, mana buktinya coba? jangan main nuduh sembarangan," seru Kelly.
Edrik dan yang lainnya menoleh bersamaan ke arah keributan di lapangan tempat murid perempuan berolahraga.
"Ada apaan tuh?" tanya Edrik.
"Ga tahu, lihat yuk."
Akhirnya Edrik dan yang lainnya pun menghampiri kerumunan itu...
"Ada apa nih?" tanya Juna.
Para siswa perempuan pun menyingkir, terlihat saat ini Icha yang sedang meringis kesakitan bahkan pergelangan kakinya pun sudah memerah dan bengkak.
"Kancil burik, lo kenapa?" tanya Edrik yang langsung berjongkok dihadapan Icha.
"Kaki gue terkilir."
"Ini semua gara-gara dia, Bang," seru Riana dengan menunjuk ke arah Kelly.
"Apaan sih lo," sentak Kelly.
"Sudah-sudah, tolong bawa Alisya ke pinggir lapangan biar Bapak urut kakinya," seru Pak Bambang.
Raka sudah maju dan hendak membantu Icha untuk ke pinggir lapangan tapi Edrik menahannya.
"Biar gue saja," seru Edrik.
Edrik langsung mengangkat tubuh Icha dan membawanya ke pinggir lapangan. Semua orang tampak menganga melihat kejadian langka itu, bagaimana tidak Edrik yang terkenal dingin dan tidak mau disentuh oleh wanita kecuali Riana, tiba-tiba dengan entengnya mengangkat tubuh Icha, si anak baru.
"Ih nyebelin, kok malah si anak baru itu beruntung sih, mana pakai di gendong-gendong segala lagi," ketus Kelly.
"Lo sih, ngapain bikin dia kaya gitu," sahut Lala.
Kelly pun memilih pergi dan disusul oleh Lala, sedangkan Edrik menurunkan tubuh Icha di pinggir lapangan. Jantung Icha kembali berdetak tak karuan, sementara Raka tampak sangat kesal melihat Edrik bersikap seperti itu.
"Icha, tolong luruskan kakinya," seru Pak Bambang.
"Sakit Pak," keluh Icha.
"Iya Bapak tahu, tolong kamu tahan sebentar ya mungkin ini memang akan terasa sangat sakit."
"Nih pegang tangan gue, kalau lo butuh pegangan," seru Edrik mengulurkan tangannya.
Lagi-lagi wajah Raka terlihat ditekuk, Icha dengan ragu-ragu memegang lengan Edrik. Pak Bambang mulai mengurut pergelangan kaki Icha.
"Allohuakbar, pelan-pelan Pak sakit."
"Tahan dulu sebentar, Cha," seru Riana.
Icha sudah meringis kesakitan, hingga akhirnya Pak Bambang langsung memutar pergelangan kaki Icha sampai terdengar bunyi krek, mumbuat Icha berteriak dan reflek menggigit lengan Edrik yang dari tadi di pegangnya sebagai pelampiasan rasa sakitnya.
"Aaaaaaaa...." Edrik berteriak sekencang-kencangnya membuat semua orang yang ada disana menutup telinganya.
"Edrik, kamu kenapa?" seru Pak Bambang.
"Ini Pak, saya digigit," keluh Edrik.
Icha yang tersadar langsung melepaskan gigitannya, dan mendongakkan kepalanya melihat wajah Edrik yanh sudah memerah akibat menahan sakit.
"Kancil burik, ngapain lo gigit gue," bentak Edrik.
"Hehehe...sorry Bang, ga sengaja soalnya tadi sakit banget," sahut Icha cengengesan.
"Malah cengengesan, lo lihat lengan gue sampai ada jejak gigi lo," ketus Edrik.
"Sorry Bang."
"Icha, coba kamu gerakkan kaki kamu."
Icha pun mulai menggerak-gerakkan kakinya dan berdiri kemudian menghentak-hentakkannya.
"Ya ampun Pak, sudah ga sakit lagi terima kasih banyak ya Pak," seru Icha.
"Iya sama-sama, kalau begitu ayo semuanya kita lanjutkan lagi olahraganya."
Semuanya pun kembali ke lapangan dan melanjutkan kegiatan olahraga.
"Gaji lo gue potong."
"Kok dipotong sih?"
"Heh, lengan gue butuh diobati dan ini semua gara-gara lo, kalau ga segera diobati takutnya tangan gue kena rabies," seru Edrik.
"Wadaw....." teriak Edrik.
Icha dengan kencangnya menginjak kaki Edrik, sehingga Edrik meringis kesakitan.
"Memangnya lo pikir gue a***** apa, pakai dibilang rabies segala," ketus Icha.
"Emang, malahan gue curiga sama lo, jangan-jangan lo peranakkan a***** karena lo suka banget gigit gue."
"Ih dasar, bule gila nyebelin," seru Icha dan langsung pergi meninggalkan Edrik.
Waktu pun berjalan dengan cepat, sekarang saatnya pulang.
"Cha..." panggil Raka.
"Hai Raka."
"Pulang bareng yuk, gue anterin lo pulang."
"Hah seriusan mau anterin gue pulang?" tanya Icha tak percaya.
"Iya, yuk."
"Asyik, lumayan ga ngeluarin ongkos," sahut Icha dengan senyumannya.
Raka hanya tersenyum melihat tingkah Icha, sesampainya di parkiran, Edrik sudah menunggu kedatang Icha tapi Icha malah datang bareng dengan Raka.
"Ini helmnya."
"Terima kasih."
"Woi kancil burik, lo kemana aja sih? gue sudah nungguin lo dari tadi," teriak Edrik yang keluat dari dalam mobilnya.
"Gue baru keluar kelas."
"Buruan naik."
"Sorry Bang, gue pulang bareng Raka," sahut Icha.
"Apa? wah lo mulai ngelunjak sama gue, buruan masuk," ajak Edrik dengan menarik tangan Icha tapi dengan sigap Raka menahan tangan Edrik.
"Bang, Icha mau balik bareng gue."
Edrik menatap Raka...
"Dia asisten gue, jadi dia harus ikut bareng gue," sahut Edrik dengan menekan setiap kata-katanya.
"Bang, bukannya dia hanya sebatas asisten lo di sekolah? berarti selesai jam sekolah, Icha berhak pulang dengan siapa saja."
"Bukan urusan lo."
Edrik kembali menarik tangan Icha, tapi lagi-lagi Raka menahannya kali ini tangan Icha yang Raka genggam dengan erat membuat Icha meringis kesakitan karena kedua tangannya di genggam sangat erat oleh Raka dan Edrik.
"Icha tetap pulang bareng sama gue," tegas Raka.
"Lo kenapa? lo suka sama dia?" tanya Edrik dengan sinisnya.
"Kalau iya memangnya kenapa," sahut Raka.
Icha melotot dengan ucapan Raka, sedangkan Edrik tampak menatap tajam ke arah Raka. Icha sangat bingung dengan adik kakak ini, yang jelas saat ini Icha ingin melepaskan tangannya karena sudah sangat terasa sakit.
"Sudah stop, lepasin tangan gue kalian menyakiti gue," bentak Icha.
Edrik dan Raka tersadar dan langsung melepaskan tangan Icha bersamaan, terlihat tangan Icha memerah.
"Sorry Cha," seru Raka.
Icha melepaskan helmnya dan memberikannya kepada Raka.
"Sorry, lebih baik gue pulang naik angkot saja."
Icha pun segera pergi meninggalkan adik kakak itu dengan kesalnya. Sementara itu Edrik dan Raka saling tatap hingga mereka pun memutuskan pandangannya dan pergi menggunakan kendaraan masing-masing.
Ada perasaan kesal di hati Edrik saat Raka bilang kalau dia menyukai Icha.
"Aaarrgghhh...sialan," teriak Edrik.
Edrik memukul stir mobilnya melampiaskan kekesalannya.
***
Malam pun tiba...
Seperti biasa, Edrik pergi keluar rumah dengan mengendap-ngendap, malam ini Edrik akan melakukan balap liar lagi. Edrik tidak pamitan kepada Mommy dan Daddynya karena saat ini Edrik sedang tidak akur bersama Raka.
Biasanya Raka yang akan menolong dia kalau Mommy dan Daddynya bertanya tapi kali ini sepertinya Raka tidak akan menolongnya.
"Bodo amatlah, urusan Mommy sama Daddy ngamuk urusan belakangan," gumam Edrik.
Edrik kembali ke garasi dan mengambil motornya tapi Edrik merasa ada yang aneh.
"Pak Rusli, kok motor Raka ga ada?" tanya Edrik.
"Den Raka, tadi sudah pergi."
"Apa? pergi kemana?"
"Kurang tahu, Den."
Edrik pun mengeluarkan motornya dan mulai melajukan motornya ke tempat balapan akan diselenggarakan.
Icha sudah berada di pinggir jalan tidak jauh dari tempat balapan, Icha membantu Ayah Bayu jualan bahkan sekarang Raka pun ada disana membantu Icha.
"Nak, sudah jangan bantuin, kamu duduk saja biar Bapak dan Icha yang membereskannya," seru Ayah Bayu.
"Tidak apa-apa Pak, Raka bantuin."
"Lo mau ikutan balapan liar itu?" tanya Icha.
"Iya, gue pengen ngebuktiin kalau gue juga tak kalah hebat dari Bang Edrik."
Icha tidak memperpanjang lagi, dia lebih baik cepat-cepat membereskan semuanya. Tidak lama kemudian, ponsel Icha pun berbunyi dan tertera nama bule gila disana. Raka melirik le arah Icha, dia menebak pasti yang menghubungi Icha adalah Abangnya.
📞"Hallo."
📞"Lo dimana?"
📞"Gue di gerobak nasgor gue, lagi bantuin Ayah."
📞"Buruan kesini."
📞"Tap----"
Tut..tut..tut..
Belum juga Icha selesai bicara, Edrik sudah mematikan ponselnya.
"Dasar bule gila, si tukang perintah," gerutu Icha.
"Yah, Icha kesana dulu ya, mau lihat balapan dulu sebentar," seru Icha.
"Tumben kamu mau lihat, bukannya kamu suka kesal sama geng motor kaya mereka," sahut Ayah Bayu.
"Ada teman Icha disana, Icha cuma mau lihat sebentar saja kok nanti balik lagi kesini."
"Ya sudah jangan lama-lama."
"Yuk Raka."
"Pak, Raka kesana dulu."
"Iya Nak."
Icha pun naik ke atas motor Raka menuju tempat balapan. Sementara itu Edrik tampak celingukan mencari keberadaan Icha yang belum terlihat juga.
"Lo cari siapa, Bang?" tanya Riana.
"Si kancil burik belum datang juga ya."
"Belum kayanya."
Riana tampak sedikit kecewa karena sekarang Edrik lebih banyak bareng sama Icha dibandingkan dengannya. Tidak lama kemudian, motor Raka pun sampai. Edrik tanpa sadar mengepalkan tangannya melihat Icha bareng dengan Raka.
"Raka, tumben lo datang kesini?" tanya Fiko.
"Gue juga mau ikutan balapan," sahut Raka.
"Apa?"
Riana, Juna, dan Fiko tanpak terkejut dengan ucapan Raka, mereka tidak menyangka kalau Raka ingin ikutan balapan liar seperti ini. Berbeda dengan Edrik, walaupun dihatinya dia merasa terkejut dan khawatir tapi perasaan kesalnya membuat Edrik bersikap biasa-biasa saja.
Icha menghampiri Edrik yang saat ini sedang diam tak bersuara sedikit pun.
"Bang, gue nunggu di tempat nasgor saja ya, gue ga suka lihat balapan liar seperti ini," seru Icha.
Edrik hanya diam saja dan itu membuat Icha bingung.
"Prince Edrik, ya ampun lo keren banget sih," teriak Kelly yang baru saja datang.
"Gue pergi dulu," seru Icha.
Tapi disaat Icha melangkahkan kakinya, Edrik menahan tangan Icha membuat Icha terkejut dan jantungnya kembali berdetak tak karuan.
"Jangan pergi, tetaplah berada disini," seru Edrik dingin.
Deg...
Kelly dan Raka sama-sama kesal melihat Edrik dan Icha.
"Astaga, wahai jantung tolong jangan seperti ini," batin Icha.
Edrik pun melepaskan tangannya dan mulai menaiki motornya karena lawan Edrik sudah menunggu dan siap untuk bertarung balapan.
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Jangan lupa
like
gift
voto n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
cinta segitiga ma saudara sendiri ya Allah gimana ya 🙈🙈🙈
2021-10-12
1
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
hehehehh kucing burik
ingat lasung ke nama kucing aku
2021-09-23
1
⚘DewPck🌱Sqd🐛🌽🦃⃝⃡ℱ
aduh saingan nihh ,siapakah yg berhasil mengambil hati Icha nanti
2021-09-08
1