Bab 7 (Penawaran)

🎒

🎒

🎒

🎒

🎒

Edrik meregangkan otot-ototnya karena merasa pegal, kemudian dia mendudukkan tubuhnya dan mulai mengumpulkan ingatannya dengan memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Gue kan, tadi pingsan dijalan gara-gara dikejar motor-motor itu," gumam Edrik.

Edrik celingukkan menyapu tempat yang saat ini dia tempati, kamar yang sangat kecil dan sempit namun terlihat bersih dan rapi.

"Gue ada dimana?" gumam Edrik.

Edrik melihat jam dinding dan waktu masih menunjukkan pukul dua dini hari, kemudian Edrik menoleh ke atas nakas dan mengambil sebuah fas foto yang ada disana. Terlihat seorang gadis cantik yang sedang bergelayut manja ditangan sang Ayah dengan senyumannya yang mengembang.

"Lah ini kan foto si kancil burik, berarti ini kamar dia dong," gumam Edrik.

Edrik segera bangun dari tempat tidur yang terasa sangat kecil, bahkan kakinya sedikit kebas karena dari tadi terlihat menggantung.

"Astaga, kasurnya kecil banget beli dimana dia kasur sekecil ini? memang ada ya ukuran segitu?"

Edrik mulai melangkah...

Ceklek...

Edrik membuka pintu kamar itu dan yang pertama dia lihat adalah seorang gadis cantik dengan tubuh mungil sedang tidur meringkuk diatas sofa dengn berselimutkan sarung.

Perlahan Edrik menghampiri Icha dan memperhatikan wajah Icha dengan sekasama.

"Ternyata si kancil burik, cantik juga," batin Edrik.

Tidak lama kemudian, Icha menggeliat dan matanya terbuka hingga mata Icha dan Edrik bertemu.

"Aaaaa....maling, maling.." teriak Icha dengan memukul Edrik menggunakan bantal sofa.

"Aduh, ampun..ampun," sahut Edrik.

"Dasar ya, berani sekali lo masuk ke rumah gue, maling..mali----"

Teriakkan Icha terhenti karena Edrik membekap mulutnya dengan tangannya sendiri.

"Diam lo, teriak-teriak dasar kancil burik," sentak Edrik.

Seketika Icha melotot dan menggigit tangan Edrik yang saat ini sedang membekapnya.

"Aaaa...."

Edrik langsung melepaskan tangannya dan mengibas-ngibaskannya.

"Gila, sakit tahu main gigit-gigit aja," seru Edrik.

"Lagian ngapain lo berdiri disitu, gue pikir lo maling," ketus Icha.

"Dasar cewek bar-bar."

Pletaaakkk...

Icha memukul kepala Edrik dengan sendal rumahannya.

"Sialan lo, malah mukul kepala gue."

"Lo yang sialan, sudah gue tolongin juga bukannya terima kasih malah ngata-ngatain gue."

"Dasar kancil burik."

"Lo bule gila."

Dengan perasaan kesal, Edrik pun kembali ke kamar Icha dan merebahkan kembali tubuhnya.

"Ga nyaman banget tidur disini, mana badan gue udah pegal kaya gini, kaki gue gantung, heran deh tuh si kancil burik bisa tidur nyenyak disini," gumam Edrik yang terus saja membolak-balikkan tubuhnya.

Sedangkan Icha sudah kembali ke alam mimpinya, Icha memang gampang banget tidur. Edrik bisa tidur sudah menjelang subuh karena dia sibuk menata tidurnya yang terasa tidak nyaman.

Adzan subuh pun berkumandang, Icha segera bangun, mandi dan setelah itu menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Icha perlahan membuka pintu kamarnya karena dia mau mengambil seragam sekolah.

Icha segera masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Tok..tok..tok..

"Yah, bangun sudah siang," teriak Icha.

Ceklek...

"Astagfirullah, Ayah kesiangan Cha."

Ayah Bayu segera masuk ke dalam kamar mandi, setelah itu pergi ke kamar untuk menunaikan shalat subuh. Saat ini Icha sedang membuat sarapan nasi goreng karena itu yang ada di rumahnya.

"Cha, apa anak itu belum sadar juga?" tanya Ayah Bayu.

"Sudah Yah, tapi memang dasarnya dia tidurnya kaya kebo."

"Huss..kamu jangan ngomong seperti itu ah, tidak baik. Lebih baik sekarang kamu bangunin dia, dan ajak sarapan bersama."

"Idih, ga mau ah."

"Icha," seru Ayah Bayu dengan menggunakan penekanan.

"Iya, baik Yah."

Dengan lemas Icha pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya untuk membangunkan Edrik. Sebenarnya dia sangat malas tapi dia sangat takut kalau Ayahnya sampai marah.

Icha sampai geleng-geleng kepala melihat tidur Edrik.

"Bagaimana ini, ogah banget gue nyentuh badan dia, haram dia kan najis mugholadoh," gumam Icha.

Icha celingukkan mencari sesuatu untuk membangunkan Edrik. Disudut kamarnya dia melihat ada sapu dan Icha pun tersenyum, Icha mengambil sapu itu dan mengarahkan gagang sapunya ke tubuh Edrik.

"Woi, bule gila bangun sudah siang," seru Icha dengan mengarahkan gagang sapu itu ke pantat Edrik.

"Sebentar lagi Mommy, Edrik ngantuk," sahut Edrik.

"Woi, ini bukan rumah lo buruan bangun," teriak Icha dan mengguncang pantat Edrik lebih kencang lagi.

Edrik tersentak mendengar teriakkan melengking milik Icha, ditambah pantatnya terasa sangat sakit karena Icha menyodokan gagang sapu terlalu keras.

"Apaan sih lo kancil burik, sakit tahu lagian ngapain lo pegang-paegan pantat gue? wah lo sudah melakukan pelecehan sama gue, gue bisa laporin lo ke KPAI," sentak Edrik.

"Apaan lo ga jelas banget, pelecehan mata lo soek..siapa juga yang ngelecehin lo," sahut Icha dengan kesalnya.

"Buktinya barusan lo nyodok-nyodok pantat gue pake itu."

"Hai bule gila, gue itu haram ya kalau harus pegang-pegang lo, lo itu najis mugholadoh jadi kalau gue nyentuh lo gue harus cuci tangan sama tanah sebanyak tujuh kali, makannya gue bangunin lo pakai sapu itu," ketus Icha.

"Sialan, memangnya lo pikir gue B*** apa."

"Buruan bangun sudah siang, sebentar lagi orang tua lo datang kesini buat jemput lo," sahut Icha.

Icha pun keluar, sedangkan Edrik dengan malas bangun dan menuju kamar mandi. Setelah melaksanakan shalat meskipun kesiangan, Edrik pun menghampiri Icha dan Ayah Bayu ke meja makan.

"Ayo sarapan dulu, Nak."

"Jangan diajak sarapan Ayah, biarin dia sebentar lagi di jemput kok," ketus Icha.

"Pelit amat lo."

"Icha jangan seperti itu, ayo Nak duduk ikut sarapan bareng kita, maaf ya sarapannya hanya nasi goreng saja," seru Ayah Bayu.

"Terima kasih Pak, maaf sudah merepotkan."

"Sudah, tidak apa-apa. Ayo Nak ambil nasi gorengnya jangan malu-malu," seru Ayah Bayu dengan ramahnya.

"Orang beginian mah mana ada punya malu yang ada malu-maluin," gumam Icha.

"Apa lo bilang?" sahut Edrik.

"Icha..."

"Ya..ya..ya..maaf."

Icha pun melanjutkan makannya, begitu pun dengan Ayah Bayu. Setelah mengambil nasi gorengnya, Edrik kemudian memasukan satu sendok penuh ke dalam mulutnya.

"Hmmm...nasi gorengnya enak banget Pak, pasti Bapak yang sudah membuatnya ya?" seru Edrik dengan mulut penuh dengan makanan.

"Enak saja, itu buatan gue," sahut Icha dengan ketusnya.

"Yakin buatan lo? kok gue ga percaya ya," cicir Edrik.

Icha sudah mengangkat sendoknya hendak memukul kepala Edrik tapi tiba-tiba ketukkan pintu menghentikannya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, biar Icha yang buka Yah."

Icha beranjak dari duduknya dan membukakan pintu.

"Hai Cha."

"Raka."

"Kenalkan ini Mommy gue."

Icha pun mencium punggung Mommy Aqila.

"Hallo Nyonya."

"Jangan panggil Nyonya, tante saja," seru Mommy Aqila dengan senyuman ramahnya.

"Ya ampun, Mommy si bule gila cantik banget mana lemah lembut lagi," batin Icha.

"Hai Cha, lo ga apa-apa kan?" tanya Raka dengan melambaikan tangannya ke arah Icha.

"Ah i--iya maaf, silakan masuk. Silakan duduk, maaf rumahnya kecil."

"Tidak apa-apa."

"Sebentar ya Tante, Icha panggilkan si bule gila dulu," sahut Icha keceplosan

"Apa?" seru Raka dan Mommy Aqila.

"Astagfirullah, maksud aku Edrik."

"Mommy..."

Edrik tiba-tiba muncul sebelum Icha memanggilnya.

"Ya ampun Sayang, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Mommy Aqila dengan memeriksa tubuh Edrik.

"Ga apa-apa Mom, cuma tangannya aja yang sedikit lecet," sahut Edrik.

"Lo kenapa sih Bang, bisa sampai pingsan di jalan gitu?" tanya Raka.

"Ga tahu ada salah satu geng motor yang ngikutin gue dan salah satu dari mereka menendang motor gue akhirnya gue oleng dan jatuh deh."

"Makannya Mommy kan sudah bilang kalau kamu jangan ikutan balapan liar seperti itu."

"Iya Mommy."

"Eh ternyata ada tamu," seru Ayah Bayu yang baru saja datang.

"Oh iya tante, kenalkan ini Ayah Icha."

"Bayu."

"Aqila."

"Icha, kenapa kamu tidak buatkan minuman untuk tamu kita."

"Ah, tidak Pak Bayu kami bukan tamu. Pak maaf ya anak saya sudah merepotkan dan saya mau mengucapkan terima kasih karena Bapak dan Icha sudah menolong Edrik," seru Mommy Aqila.

"Sama-sama Nyonya, itu memang sudah kewajiban kita sebagai sesama manusia untuk saling tolong menolong," sahut Ayah Bayu.

Mommy Aqila mengeluarkan amplop coklat dari dalam tasnya dan kemudian memberikan amplop itu ke tangan Icha.

"Ini sebagai ucapan terima kasih untuk Bapak dan Icha karena sudah menolong anak saya. kalau kalian tidak menolong Edrik, saya tidak tahu bagaimana nasib Edrik sekarang," seru Mommy Aqila.

Icha tersenyum dan kembali memegang tangan Mommy Aqila dan mengembalikan amplop itu.

"Tante, kami ikhlas menolong anak tante jadi tante tidak usah memberikan ini," sahut Icha dengan hati-hati.

"Tapi Nak..."

"Nyonya, kami menolong anak Nyonya benar-benar ikhlas tidak mengharapkan balasan apa-apa dari Nyonya, cuma maafkan kami yang tidak membawa anak Nyonya ke rumah sakit, karena kami tidak tahu alamat rumah Nak Edrik," seru Ayah Bayu.

"Gila, Icha ternyata cantik luar dalam, gue jadi semakin mengaguminya," batin Raka dengan menatap Icha intens dan Edrik menyadarinya.

Mommy Aqila merasa sangat malu karena merasa sudah merendahkan harga diri Icha dan Ayahnya. Mommy Aqila pun kembali masukkan amplop itu ke dalam tasnya.

"Sekali lagi terima kasih ya Icha, Pak Bayu, kalau begitu kami permisi dulu."

"Iya Nyonya sama-sama."

Icha dan Ayah Bayu pun mengantar keluatha Abraham, Edrik langsung masuk ke dalam mobilnya tanpa berbicara sepatah katapun, disusul dengan Raka dan Mommy Aqila.

"Dasar bule gila, pulang gitu aja tanpa ngucapin terima kasih terlebih dahulu," batin Icha.

"Cha, kalau begitu Ayah berangkat ke pasar dulu ya nanti kalau mau berangkat sekolah jangan lupa pintunya di kunci."

"Iya Ayah."

Sementara itu, selama dalam perjalanan Edrik tidak bicara sedikit pun.

"Icha cantik ya, baik pula," seru Mommy Aqila.

"Iya, persis kaya Mommy," sahut Raka.

"Apaan sih lo, jangan bandingkan si kancil burik itu sama Mommy kita," ketus Edrik.

"Edrik kamu tidak boleh seperti itu, Icha dan Ayahnya sudah baik loh mau menolong kamu."

"Tahu nih Bang Edrik, ga tahu terima kasih banget," sela Raka.

"Diam lo."

"Pokoknya Mami tidak mau tahu, mulai sekarang kamu harus pakai mobil kalau le sekolah jangan pakai motor lagi," seru Mommy Aqila.

"Ya Mommy, ga bisa gitu dong Mom. Edrik lebih nyaman pakai motor dibandingkan dengan mobil," rengek Edrik.

"Nyaman apanya, hanya bikin kamu celaka saja pokoknya tidak ada bantahan atau Mommy aduin kamu ke Daddy, biar Daddy kamu memindahkan sekolah kamu ke luar negeri."

"Ok..ok..ampun Mommy, jangan diaduin ke Daddy, Edrik ga mau pindah sekolah ke luar negeri."

"Nah gitu dong, sekali-kali kamu itu jadi anak penurut jangan membatah terus."

Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah. Edrik cepat-cepat menaiki tangga menuju kamarnya, dia harus segera siap-siap untuk berangkat sekolah.

Edrik segera turun dari kamarnya dan sudah memakai seragamnya.

"Loh, kamu mau ke sekolah? kamu kan masih sakit," seru Mommy Aqila.

"Eggak kok Mom, cuma lecet ini doang. Ya sudah, kalau begitu Edrik berangkat dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Edrik mencium tangan Mommy Aqila, Edrik merasa tidak semangat karena mulai hari ini dia harus memakai mobil, padahal Edrik lebih nyaman memakai motor.

Edrik mulai memasuki mobil sport miliknya, kedua orang tuanya memang sudah lama membelikan mobil sport untuk kedua jagoan mereka, tapi entah kenapa keduanya lebih memilih naik motor. Mobil sport milik Edrik mulai menyusuri jalanan Ibu kota.

Sedangkan Icha saat ini sedang menunggu angkot yang belum datang juga.

"Kemana sih nih angkot, kok ga ada yang lewat sih, mana sudah siang lagi," gumam Icha dengan terus melihat jam yang melingkar ditangannya.

"Bukannya itu si kancil burik," gumam Edrik.

Edrik pun menghentikan mobilnya di depan Icha membuat Icha terlihat bingung. Kemudian kaca mobil itu terbuka, membuat Icha menundukkan kepalanya untuk melihat siapa yang ada di dalam mobil itu.

"Buruan naik," ketus Edrik tanpa melihat ke arah Icha.

"Ih, apaan sih ketus banget, kalau ga niat ngajak ga usah berhenti sekalian," seru Icha tak kalah ketus.

"Lo mau ikut mobil gue atau nungguin angkot sampai lo karatan, sebentar lagi bel masuk kalau lo telat satu menit saja, satpam tidak akan mengizinkan lo masuk."

Icha tampak berpikir..

"Kalau ga mau masuk ya sudah, gue ga bakalan maksa."

Edrik bersiap-siap menancap gasnya..

"Eeeee...tunggu, gue ikut sama lo," seru Icha yang langsung masuk ke dalam mobil Edrik.

Edrik tampak mengangkat sedikit ujung bibirnya, dan Edrik pun mulai melajukan mobilnya. Selama dalam perjalanan, tidak ada pembicaraan diantara mereka.

"Lo sudah ga kerja lagi di Caffe?" tiba-tiba Edrik bertanya hal konyol.

"Cih, pertanyaan konyol. Bukannya lo yang membuat gue di pecat dari Caffe itu," ketus Icha.

"Lo mau kerja lagi ga di Caffe itu?" tanya Edrik.

"Mau..mau..mau banget," sahut Icha dengan antusiasnya.

"Tapi ada syaratnya."

"Kok pakai syarat sih, lo lupa ya kalau tadi malam gue sudah nolongin lo, apa jangan-jangan lo hilang ingatan akibat kecelakaan tadi malam."

"Enak saja, ya itu juga kalau lo pengen kerja lagi disana, kalau ga mau ya sudah."

"Ck...apa syaratnya?" ketus Icha.

"Lo harus jadi asisten gue selama di sekolah dan melakukan semua perintah gue."

"Whaaaattttt....." teriak Icha.

🎒

🎒

🎒

🎒

🎒

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

Terpopuler

Comments

M⃠∂я𝓦⃟֯𝓓🆁🅰🅹🅰Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❤

M⃠∂я𝓦⃟֯𝓓🆁🅰🅹🅰Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❤

mo jdi asisten,wah bsa naik pngkt lo cha jdi nyonya edrik🤣

2021-11-13

2

⚘DewPck🌱Sqd🐛🌽🦃⃝⃡ℱ

⚘DewPck🌱Sqd🐛🌽🦃⃝⃡ℱ

pake disuruh jadi asisten lagi ,itu trik biar kamu bisa deket trus sama Icha kan Edrik ,isshh dasarrrr

2021-09-07

1

☠☀💦Adnda🌽💫

☠☀💦Adnda🌽💫

dasar bule tengil polah nya y. . ko beda bngt sama raka y 🤭🤔

2021-08-31

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Pusing Dengan Tingkahnya)
2 Bab 2 (Murid Baru)
3 Bab 3 (Edrik Yang Songong)
4 Bab 4 (Mr.Songong Vs Mrs.Bar-bar)
5 Bab 5 ( Bule Gila Vs Kancil Burik)
6 Bab 6 (Menolong Edrik)
7 Bab 7 (Penawaran)
8 Bab 8 (Cowok Menyebalkan)
9 Bab 9 (Geng Motor Do'a Ibu)
10 Bab 10 (Perseteruan Kakak Beradik)
11 Bab 11 ( Hukuman )
12 Bab 12 ( Debaran Aneh )
13 Bab 13 ( Kedatangan Louise )
14 Bab 14 ( F4 Somplak )
15 Bab 15 ( Kena Batunya )
16 Bab 16 ( Kejahilan Edrik )
17 Bab 17 ( Di Rumah Sakit)
18 Bab 18 ( Salah Paham )
19 Bab 19 ( Kedatangan Cyra )
20 Bab 20 ( Kemarahan Daddy Raffa )
21 Bab 21 ( Kepergian Edrik )
22 Bab 22 ( Kelulusan )
23 Bab 23 ( Ospek Maba )
24 Bab 24 ( Wanita Yang Mengagumkan )
25 Bab 25 ( Pernikahan Cyra )
26 Bab 26 ( Lost Contact )
27 Bab 27 ( Berita Duka )
28 Bab 28 ( Terbiasa Tanpamu )
29 Bab 29 ( Kepulangan Edrik )
30 Bab 30 ( Hancur Hatiku )
31 Bab 31 ( Mencintaimu Sungguh Menyakitkan )
32 Bab 32 ( Perasaan Bersalah )
33 Bab 33 ( Penjelasan Edrik dan Niken )
34 Bab 34 ( Merindukanmu )
35 Bab 35 ( Pura-pura Lupa )
36 Bab 36 ( Sandiwara Yang Gagal Total )
37 Bab 37 ( Kekonyolan Bule Gila & Kancil Burik )
38 Bab 38 ( Cari Perhatian)
39 Bab 39 ( Menyusun Rencana )
40 Bab 40 ( Amukan Singa Betina )
41 Bab 41 ( Pertemuan Tak Terduga )
42 Bab 42 ( Pasangan Yang Manis )
43 Bab 43 ( Ketar-ketir Seperti Kebakaran Jenggot )
44 Bab 44 ( Kemarahan Edrik )
45 Bab 45 ( Sakit Aku Sakit)
46 Bab 46 ( Keputusan Niken )
47 Bab 47 ( Edrik Terkejut )
48 Bab 48 ( Tunangan )
49 Bab 49 ( Liburan Di Kampung Part I )
50 Bab 50 ( Berlibur Di Kampung Part II )
51 Bab 51 ( Juna Dan Perasaannya )
52 Bab 52 ( Persiapan Pernikahan )
53 Bab 53 ( Godaan Juna )
54 Bab 54 ( Kemanjaan Edrik )
55 Bab 55 ( Ujian Sebelum Nikah )
56 Bab 56 ( Jangan Usik Keluarga Abraham )
57 Bab 57 ( Keseruan Tim Somplak )
58 Bab 58 ( Pernikahan )
59 Bab 59 ( Balada Malam Pertama )
60 Bab 60 ( Kejar Target Membuahkan Hasil )
61 Bab 61 ( Pasangan Jendes dan Duren )
62 Bab 62 ( Hancur Hatiku )
63 Bab 63 ( Kalian Belahan Jiwaku )
64 Bab 64 ( Aku Mencintai Kelebihan dan Kekuranganmu )
65 Bab 65 ( END )
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 ( Pusing Dengan Tingkahnya)
2
Bab 2 (Murid Baru)
3
Bab 3 (Edrik Yang Songong)
4
Bab 4 (Mr.Songong Vs Mrs.Bar-bar)
5
Bab 5 ( Bule Gila Vs Kancil Burik)
6
Bab 6 (Menolong Edrik)
7
Bab 7 (Penawaran)
8
Bab 8 (Cowok Menyebalkan)
9
Bab 9 (Geng Motor Do'a Ibu)
10
Bab 10 (Perseteruan Kakak Beradik)
11
Bab 11 ( Hukuman )
12
Bab 12 ( Debaran Aneh )
13
Bab 13 ( Kedatangan Louise )
14
Bab 14 ( F4 Somplak )
15
Bab 15 ( Kena Batunya )
16
Bab 16 ( Kejahilan Edrik )
17
Bab 17 ( Di Rumah Sakit)
18
Bab 18 ( Salah Paham )
19
Bab 19 ( Kedatangan Cyra )
20
Bab 20 ( Kemarahan Daddy Raffa )
21
Bab 21 ( Kepergian Edrik )
22
Bab 22 ( Kelulusan )
23
Bab 23 ( Ospek Maba )
24
Bab 24 ( Wanita Yang Mengagumkan )
25
Bab 25 ( Pernikahan Cyra )
26
Bab 26 ( Lost Contact )
27
Bab 27 ( Berita Duka )
28
Bab 28 ( Terbiasa Tanpamu )
29
Bab 29 ( Kepulangan Edrik )
30
Bab 30 ( Hancur Hatiku )
31
Bab 31 ( Mencintaimu Sungguh Menyakitkan )
32
Bab 32 ( Perasaan Bersalah )
33
Bab 33 ( Penjelasan Edrik dan Niken )
34
Bab 34 ( Merindukanmu )
35
Bab 35 ( Pura-pura Lupa )
36
Bab 36 ( Sandiwara Yang Gagal Total )
37
Bab 37 ( Kekonyolan Bule Gila & Kancil Burik )
38
Bab 38 ( Cari Perhatian)
39
Bab 39 ( Menyusun Rencana )
40
Bab 40 ( Amukan Singa Betina )
41
Bab 41 ( Pertemuan Tak Terduga )
42
Bab 42 ( Pasangan Yang Manis )
43
Bab 43 ( Ketar-ketir Seperti Kebakaran Jenggot )
44
Bab 44 ( Kemarahan Edrik )
45
Bab 45 ( Sakit Aku Sakit)
46
Bab 46 ( Keputusan Niken )
47
Bab 47 ( Edrik Terkejut )
48
Bab 48 ( Tunangan )
49
Bab 49 ( Liburan Di Kampung Part I )
50
Bab 50 ( Berlibur Di Kampung Part II )
51
Bab 51 ( Juna Dan Perasaannya )
52
Bab 52 ( Persiapan Pernikahan )
53
Bab 53 ( Godaan Juna )
54
Bab 54 ( Kemanjaan Edrik )
55
Bab 55 ( Ujian Sebelum Nikah )
56
Bab 56 ( Jangan Usik Keluarga Abraham )
57
Bab 57 ( Keseruan Tim Somplak )
58
Bab 58 ( Pernikahan )
59
Bab 59 ( Balada Malam Pertama )
60
Bab 60 ( Kejar Target Membuahkan Hasil )
61
Bab 61 ( Pasangan Jendes dan Duren )
62
Bab 62 ( Hancur Hatiku )
63
Bab 63 ( Kalian Belahan Jiwaku )
64
Bab 64 ( Aku Mencintai Kelebihan dan Kekuranganmu )
65
Bab 65 ( END )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!