🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Icha keluar dari kamarnya, dia mengembangkan senyumannya karena tidaj mau melihat Ayahnya khawatir.
"Ayah, malam ini Icha bantuin Ayah jualan nasi goreng ya," seru Icha.
"Loh, bukannya hari ini kamu harus kerja?" tanya Ayah Bayu.
"Tidak Yah, Icha disuruh libur dulu."
"Disuruh libur? masa baru satu hari kerja sudah disuruh libur?" tanya Ayah Bayu bingung.
"Ga tahu Yah, Icha juga ga ngerti," sahut Icha dengan menundukkan kepalanya.
Ayah Bayu sangat tahu dengan kelakuan anaknya, pasti ada sesuatu yang sudah terjadi tapi Ayah Bayu tidak mau bertanya menunggu anaknya sendiri yang bicara.
"Ya sudah."
Sementara itu di dalam kamarnya, Edrik tampak tersenyum sembari menonton televisi.
"Rasain lo kancil burik, berani-beraninya lo ngelawan sama gue, gue yakin besok pasti lo bakalan ngemis-ngemis sama gue," gumam Edrik.
"Lo kenapa Bang, senyum-senyum sendiri?" tanya Raka yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Kepo aja lo jadi orang," ketus Edrik.
Raka duduk di samping Edrik dengan meminum minuman kaleng.
"Bang, apa tidak keterlaluan lo melakukan itu kepada Icha? kasihan Icha, Bang."
"Apaan sih lo ngebelain cewek itu terus, jangan-jangan lo suka lagi sama dia?" seru Edrik.
"Eng--enggaklah Bang," sahut Raka gugup.
"Ya sudah kalau lo ga suka, diam aja jangan ikut campur urusan gue. Gue pengen dia tahu siapa gue supaya dia ga berani lagi menantang gue," sahut Edrik dengan merebut minuman kaleng dari tangan Raka dan meneguknya.
Raka hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Abangnya.
***
Malam pun tiba, Icha sudah siap-siap membantu Ayahnya untuk berjualan nasi goreng.
"Nak, kalau kamu capek kamu diam saja di rumah, besok kan kamu harus sekolah "
"Tidak apa-apa kok Yah, Icha bantuin Ayah jualan."
"Ya sudah, yuk kita berangkat sekarang."
Icha dan Ayah Bayu pun mulai mendorong gerobaknya menyusuri setiap jalanan untuk mencari uang.
Sementara itu di rumah keluarga Abraham, keluarga bahagia itu saat ini sedang berkumpul di ruangan keluarga setelah sebelumnya mereka makan malam bersama.
"Bagaimana dengan sekolah kalian?" tanya Daddy Raffa.
"Baik Dad seperti biasa," sahut Raka.
"Edrik, kalau kamu bagaimana?" tanya Daddy Raffa.
"Selalu baik Dad."
"Selalu baik apanya?" tanya Daddy Raffa kembali.
"Ya baik semuanya, Dad. Buktinya Daddy sudah tidak dapat amplop lagi kan dari Edrik," sahut Edrik dengan santainya.
"Edrik, Daddy ingin kamu menjadi anak penurut. Daddy tahu kamu itu mempunyai kemampuan dan kecerdasan sama seperti Raka cuma bedanya rasa malas yang berada dalam diri kamu itu lebih besar makannya kamu menjadi anak seperti ini."
"Iya sayang, meskipun itu sekolahan milik keluarga kita tapi kamu tidak boleh terus-terusan tergantung sama kita, pokoknya tahun sekarang kamu harus berusaha sendiri, Mommy ingin lihat kemampuan kamu. Malu dong sayang, masa Mommy seorang guru tapi anaknya naik kelas hanya karena bantuan orang lain," kali ini Mommy Aqila yang ikut bicara.
"Ok Mommy, tenang saja Edrik bakalan belajar kaya si Raka."
"Buktikan jangan hanya omong kosong doang," sambung Daddy Raffa.
"Siap Bos."
"Kamu harus jadi panutan sayang, buktikan kepada semua orang kalau kamu itu bisa jadi anak yang membanggakan kami, kamu dan Raka itu pewaris kerajaan bisnis keluarga Abraham jadi Mommy tidak mau kamu hanya main-main saja dan tidak serius," sambung Mommy Aqila.
"Dengerin tuh Bang, jangan masuk dari telinga kanan keluar dari telinga kiri," seru Raka.
"Diam lo bocil," ketus Edrik.
"Edrik, ga boleh gitu sama adiknya," seru Mommy Aqila.
"Mommy, Daddy, Edrik keluar dulu ya."
"Mau kemana malam-malam begini?" tanya Daddy Raffa.
"Biasa cari angin Dad, Edrik ga bakalan pulang larut malam kok Dad. Boleh ya Dad," rengek Edrik.
"Kamu jangan coba-coba bohongin Daddy, pasti kamu mau balapan liar lagi kan?"
"Enggak kok Dad, suwerrrr cuma jalan-jalan doang ga bakalan lama, kalau Edrik bohongin Daddy, Edrik siap dihukum apapun sama Daddy," sahut Edrik dengan mantapnya.
"Alah palingan lo mau nongkrong sama Juna dan yang lainnya, iya kan Bang?" seru Raka.
"Enggak, seriusan gue cuma sendiri ga sama mereka kalau lo ga percaya hubungi saja mereka, gue hanya ingin cari angin saja borring gue di rumah," sahut Edrik.
Kali ini Edrik memang tidak bohong, dia hanya ingin cari angin saja dan tidak berniat untuk ikutan balap liar.
"Ya sudah, tapi kalau kamu bohong Daddy akan langsung pindahin sekolah kamu ke luar negeri," ancam Daddy Raffa.
"Siap Dadddy."
"Pokoknya pulangnya jangan lewat dari pukul sepuluh malam," sambung Mommy Aqila.
"Siap Ndoro Puteri."
Edrik pun segera berlari ke kamarnya untuk mengambil jaket dan kunci motornya. Tidak lama kemudian, Edrik kembali turun dengan memakai jaket kulit kesayangannya.
"Mommy, Daddy, Edrik pergi dulu."
"Hati-hati, ingat apa yang tadi Mommy katakan?"
"Pulangnya jangan lewat pukul sepuluh malam."
"Hati-hati Bang."
"Yoi."
Edrik pun segera mengeluarkan motornya dan langsung tancap gas. Edrik melajukan motornya dengan kecepatan sedang, dia memang ingin jalan-jalan saja tanpa melakukan apa-apa.
Hingga Edrik melewati kumpulan anak muda yang sedanh nongkrong di pinggir jalan.
"Bukannya itu si Edrik ya," seru salah satu anak itu.
"Bener tuh, bentar gue telpon Bos dulu."
Salah satu dari mereka kemudian menghubungi seseorang yang mereka sebut Bos.
"Bos, barusan gue melihat Edrik lewat tapi dia sendirian tidak bersama teman-temannya."
"Bagus, ikuti dia dan kasih sedikit pelajaran tuh anak."
"Baik Bos."
Anak itu memutuskan sambungan telponnya.
"Guys, kita ikuti si Edrik dan Bos suruh kita kasih pelajaran tuh anak."
"Ok, dengan senang hati."
Enam orang anak muda dengan memakai tiga motor karena mereka berboncengan segera menyusul Edrik. Karena memang Edrik mengendarainya dengan pelan-pelan, tidak butuh waktu lama untuk mereka bisa menyusul Edrik.
Ketiga motor itu langsung memepet Edrik dari kiri, kanan, dan belakang.
"Sial, mereka mau cari gara-gara sama gue," gumam Edrik.
Edrik mulai menaikan kecepatannya dan terjadilah kejar-kejaran di jalan raya itu. Edrik yang memang pada dasarnya ahli dalam mengendarai kendaraan, sedikit kewalahan karena ketiga motor itu terus saja mengejarnya.
"Siapa mereka? kenapa mereka mengejar gue?" gumam Edrik.
Hingga akhirnya Edrik menemukan pertigaan dan segera berbelok tapi naasnya ketiga motor itu bisa mengejar Edrik dan salah satu anak yang dibonceng menendang motor Edrik, sehingga Edrik hilang keseimbangan.
Bruuuuukkkk...
Motor Edrik menabrak pohon yang ada di samping jalan, tubuh Edrik terpental dan Edrik tak sadarkan diri.
"M*****s lo Edrik, yuk guys kita pergi," seru salah satu anak muda itu.
Ketiga motor itu pergi meninggalkan Edrik yang sudah terkapar dijalanan itu.
"Astagfirullah, apa tuh Yah?" seru Icha yang mendengar bunyi yang sangat keras itu.
"Ayah juga tidak tahu."
Icha pun keluar dari dalam gerobak yang sudah di set senyaman mungkin untuk pembeli, ada kursi plastik dan meja panjang bagi yang ingin dimakan di tempat.
Icha celingukkan ke kanan dan ke kiri, dari kejuahan Icha melihat seseorang sudah tergeletak tak sadarkan diri.
"Astagfirullah," pekik Icha.
"Ada apa Nak?"
"Itu Yah, ada orang pingsan sepertinya kecelakaan deh Yah, Icha kesana dulu ya."
"Tunggu Cha, Ayah ikut."
Icha pun berlari menghampiri Edrik...
"Perasaan gue kenal sama orang ini," batin Icha.
Icha pun membuka helmnya dan benar saja itu adalah Edrik, orang yang paling Icha benci.
"Edrik."
"Kamu kenal Nak, sama anak ini?"
"Iya Yah, dia Edrik kakak kelas Icha di sekolah.'
Ayah Bayu memeriksa denyut nadi Edrik...
"Dia masih hidup Cha, bawa saja ke rumah sakit."
"Lah Ayah, Icha ga tahu dimana rumahnya nanti kalau dibawa ke rumah sakit siapa yang akan bayar. Kan biasanya kalau di rumah sakit harus bayar administrasinya dulu Yah."
"Ya terus, anak ini mau di diemin disini?" tanya Ayah Bayu.
"Edrik kan kayanya cuma pingsan nih Yah, bagaimana kalau kita bawa ke rumah saja, besok biar Icha tanyain rumahnya ke teman-temannya di sekolah."
"Ya sudah, Ayah beres-beres dulu kita pulang sekarang."
Ayah Bayu pun segera membereskan barang-barangnya.
"Ck..dasar bule gila, nyusahin gue aja lo," ketus Icha.
"Cha, kamu duluan saja ke rumah. Tuh, Ayah sudah stopin angkot nanti Ayah nyusul."
"Loh, kenapa ga bareng saja sekarang sama Icha?"
"Ayah kan harus bawa gerobaknya Cha, sudah kamu duluan saja. Mas tolong bantuin angkat anak ini ke dalam angkot," seru Ayah Bayu.
Beberapa orang itu pun membantu mengangkat tubuh Edrik ke dalam angkot.
"Yah, kalau begitu Icha pulang duluan, Ayah hati-hati yah."
"Iya, sudah sana."
Icha pun pulang ke rumahnya dengan membawa Edrik, selama dalam perjalanan Icha tampak memperhatikan wajah Edrik yang saat ini berada di atas pangkuannya.
"Ternyata kalau dilihat-lihat, si bule gila tampan juga," batin Icha.
Tapi semenit kemudian Icha sadar dan memukul kepalanya sendiri.
"Bodoh..bodoh..ngapain gue muji dia, lo sadar Icha kalau orang ini yang sudah membuat lo dipecat dari pekerjaan lo," batin Icha dengan memukul-mukul kepalanya sendiri.
"Dasar bule gila nyebelin," batin Icha dengan menjitak kepala Edrik yang masih belum sadar juga.
Tidak lama kemudian, Icha pun sampai di rumahnya. Icha meminta sopir angkot membantu membawa Edrik ke dalam rumah dan membaringkannya di tempat tidur Icha.
"Terima kasih ya Bang, ini ongkosnya."
"Iya sama-sama Neng."
Sopir angkot itu pun pergi meninggalkan rumah Icha dan Icha pun kembali menutup pintu rumahnya dan menghampiri Edrik.
Icha memperhatikan tubuh Edrik dari atas hingga bawah dan ternyata dia baru sadar ternyata Edrik sangat tinggi sampai-sampai kakinya pun menggantung. Perlahan Icha membuka sepatu Edrik.
"Badan lo gede banget sih, sampai-sampai tempat tidur gue pun terlihat sangat kecil kalau lo yang nidurin," gumam Icha.
Icha melihat tangan Edrik yang terlihat memar dan ada goresan aspal juga membuat sedikit berdarah. Icha segera membawa air hangat untuk membersihkan lukanya, kemudian membawa kotak p3k untuk mengobati dan membungkus tangannya.
Setelah selesai, Icha pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Icha melihat ke kamarnya dan menutupi tubuh Edrik dengan selimut.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Bagaimana Cha, apa sudah sadar?"
"Belum Yah, kita tunggu saja dulu kalau sampai besok tidak ada perubahan kita bawa ke puskesmas saja."
"Ya sudah, Ayah mau mandi dulu. Kamu kalau sudah capek tidur saja di kamar Ayah, nanti biar Ayah tidur di sofa saja."
"Tidak Yah, biar Icha saja yang tidur di sofa."
Icha pun segera mengambil sarung dan batal kemudian merebahkan tubuhnya diatas sofa, saking lelahnya, Icha langsung terlelap saat itu juga.
"Astaga Icha, dasar ***** nempel langsung molor," seru Ayah Bayu tersenyum dengan geleng-geleng kepala.
Ayah Bayu pun pergi ke kamarnya dan menyusul Icha ke dalam alam mimpi.
***
Sementara itu, Raka yang masih membaca buku di kamarnya melihat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Astaga, Bang Edrik kemana? kok jam segini belum pulang? kan tadi dia kan sudah janji kalau dia akan pulang pukul sepuluh malam, apa jangan-jangan dia ikutan balap liar lagi ya," gumam Raka.
Raka pun mulai menghubungi nomor Edrik tapi tidak diangkat-angkat.
"Kok, ga diangkat sih?" gumam Raka.
Raka pun kembali menghubungi Juna, Fiko, dan Riana tapi mereka saat ini berada di rumah masing-masing dan sedang tidak dengan Edrik.
"Ya ampun, lo kemana sih Bang? kok perasaan gue jadi ga enak," gumam Raka.
Raka kembali menghubungi nomor Edrik tapi tetap saja tidak diangkat. Raka terus saja mencoba menghubungi Edrik berharap Edrik akan segera mengangkatnya.
Icha yang saat ini sedang terlelap tidur, merasa tersentak saat mendengar bunyi ponsel yang sangat nyaring di tengah malam.
"Astaga, bunyi ponsel siapa sih itu, berisik banget."
Icha mendudukkan tubuhnya dengan mata yang masih terpejam dan dia baru sadar kalau Edrik berada di rumahnya.
"Ya ampun, itu pasti bunyi ponsel si bule gila."
Icha cepat-cepat masuk ke dalam kamarnya dan mencari-cari ponsel Edrik, hingga akhirnya Icha menemukan ponselnya berada dalam saku jaketnya. Dilihatnya tertera nama Raka, tanpa menunggu lama, Icha langsung mengangkatnya.
📞"Ha----"
📞"Ya ampun Bang, lo dimana sih? gue sudah nelpon lo ratusan kali, lo bikin gue khawatir tahu ga, untung Mommy sama Daddy sudah tidur, sekarang lo dimana? cepetan pulang," cerocos Raka.
📞"Maaf---"
📞"Hah..."
Raka melihat ponselnya, tapi dia benar saat ini sedang menghubungi nomor Edrik.
📞"Lo siapa? ini benar kan nomor Abang gue?" tanya Raka.
📞"Raka, ini gue Icha."
📞"Icha? kok ponsel Abang gue ada di lo?"
📞"Maaf Raka, tadi gue lihat Abang lo pingsan di jalanan, gue bingung harus bawa dia kemana jadi gue bawa dia ke rumah gue aja," sahut Icha.
📞"Apa pingsan? ya sudah, sekarang rumah lo dimana? biar gue ke rumah lo."
Icha melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam.
📞"Raka, lebih baik kamu kesininya besok saja pagi-pagi, sekarang sudah tengah malam. Abang lo biar disini aja, dia ga apa-apa kok gue sudah obatin dia, jadi lo jangan khawatir."
📞"Tapi Cha---"
📞"Lo percaya sama gue, Abang lo ga kenapa-napa, nanti gue kirim alamat rumah gue sekarang lo tulis aja nomor gue."
Icha pun menyebutkan nomor ponselnya dan Raka dengan cepat menulis dan menyimpannya.
📞"Ya sudah kalau begitu, besok pagi-pagi gue kesana sama orang tua gue."
📞"Iya."
Raka pun memutuskan sambungan telponnya, Icha meletakkan ponsel Edrik diatas nakas dan Icha kembali ke sofa untuk melanjutkan tidurnya.
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Sri Ningsih
iiiihhhhhh kerreeeeennnn ceritanya. suka lho kak Poppy.. semangat berkarya ya kak.😉
2023-01-04
1
M⃠∂я𝓦⃟֯𝓓🆁🅰🅹🅰Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❤
icha baek bngt lo,stlh apa yg sdh edrik buat kkmu🙃
2021-11-13
1
Angel Hiatus👻👻👻🌑🌑🌑🌚🌚
Hai Thor pop gue suka cerita mu
2021-10-16
1