Bab 4 (Mr.Songong Vs Mrs.Bar-bar)

🎒

🎒

🎒

🎒

🎒

Icha turun dari angkot dan bergegas mandi dan mengganti pakaiannya, hari ini adalah hari pertama dia bekerja di sebuah Caffe. Icha bisa bekerja disana atas rekomendasi temannya.

"Ayah, Icha berangkat dulu ya!!"

"Kamu hati-hati ya Nak, pakai saja motor Ayah."

"Tidak usah Yah, Icha naik angkot saja."

"Kenapa? kamu malu pakai motor butut Ayah?"

"Bukannya begitu Yah, Icha tidak pernah malu dengan apa yang kita miliki karena semua itu memang milik kita, coba lihat diluaran sana banyak orang yang berbondong-bondong pakai kendaraan mewah, tapi nyatanya hanya barang sewaan ataupun minjem dari orang lain. Sebentar lagi kan Ayah pergi ke pasar, Icha tidak tega kalau Ayah harus naik kendaraan umum mana bawa barang belanjaan lagi, sudah Ayah saja yang pakai motornya," seru Icha.

"Maafkan Ayah ya Nak, di usia kamu yang seharusnya merasakan masa-masa remaja yang menyenangkan, main bareng bersama teman-teman kamu, tapi kamu malah harus bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup kita," seru Ayah Bayu dengan raut wajah yang sedih.

Icha langsung memeluk tubuh Ayahnya yang sudah mulai tua itu.

"Ayah tidak perlu meminta maaf, karena selama ini Ayah sudah mengurus Icha dengan sangat baik dan sekarang waktunya Icha membalas semua pengorbanan Ayah. Icha tidak pernah merasa sedih justru Icha sangat senang bisa membantu Ayah," sahut Icha.

"Kamu memang anak yang baik, Ayah sangat beruntung mempunyai anak seperti kamu."

"Oh iya Yah, ini ada uang untuk tambah-tambahin belanja bahan dagangan," seru Icha dengan mengeluarkan uang dari tasnya.

"Kamu dapat darimana uang sebanyak ini?" tanya Ayah Bayu bingung.

"Ayah ingat tadi malam anak yang balapan liar hampir saja menabrak Icha dan bahan dagangan kita tumpah, nah kebetulan anak itu satu sekolah dengan Icha dan Icha minta ganti rugi saja sama dia."

"Astaga Icha, sebenarnya kamu tidak usah melakukan semua itu Nak. Kalau kamu sampai kenapa-napa bagaimana? sekolahan itu adalah sekolahan anak-anak berada, bagaimana kalau dia balik menuntut kamu," sahut Ayah Bayu merasa khawatir.

"Ayah tidak usah khawatir, tidak akan terjadi kenapa-napa sama Icha. Kalau begitu, Icha berangkat dulu ya takut telat, Assalamualaikum," seru Icha sembari mencium punggung tangan Ayahnya.

"Waalaikumsalam."

Icha bergegas menghentikan angkot dan pergi menuju tempat kerjanya. Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai di Caffe yang di maksud.

"Selamat siang, maaf ya barusan jalanan macet," seru Icha.

"Tidak apa-apa, sana lo ganti pakaian dulu," sahut Dudi.

"Iya, kalau gitu gue ke belakang dulu."

Icha dan Dudi dulu bekerja di Caffe cabang yang berada di Bandung. Dudi dan Icha sama-sama anak yang rajin dan pintar, hingga suatu hari Dudi mendapatkan beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi yang ada di Jakarta.

Pemilik Caffe menyarankan Dudi untuk pindah kerja ke Caffe pusat yang ada di Jakarta. Dudi pindah ke Jakarta dan meninggalkan Icha, tapi tiga bulan kemudian Nenek Icha yang selama ini mengurus Icha meninggal dunia dan Icha pun memutuskan pindah menyusul Ayahnya ke Jakarta.

Kebetulan Icha anak yang sangat pintar, jadi dia dengan mudah bisa masuk ke sekolah elit itu yang isinya para anak-anak orang kaya. Mendengar kepindahan Icha, Dudi pun menawarkan Icha untuk kerja part time di Caffe pusat dan Alhamdulillah Icha diterima.

"Cha, kenalin ini Deni teman gue," seru Dudi.

"Hai Deni, gue Icha."

"Hai juga Cha."

"Ya sudah, lo beresin meja yang sudah kosong sana."

"Siap laksanakan."

Icha pun dengan giat dan penuh semangat mengerjakan pekerjaannya.

***

Sementara itu, di rumah mewah nan megah milik keluarga Abraham.

Seperti biasa Edrik sedang main game di kamarnya, tiba-tiba pintu kamar Edrik terbuka membuat Edrik menoleh.

"Sayang, apa Mommy boleh masuk," seru Mommy Aqila.

"Boleh dong Mommy, masuk saja."

Mommy Aqila duduk di samping Edrik dan menatap Edrik dengan seksama.

"Mommy kenapa lihatin Edrik kaya gitu?" tanya Edrik dan Edrik pun menghentikan permainannya.

"Mommy boleh tanya sesuatu ga?"

"Mommy mau tanya apa?"

"Kamu sayang ga sama Mommy?"

"Kok Mommy nanyanya seperti itu? ya jelaslah Edrik sayang banget sama Mommy, bahkan Edrik siap mengorbankan nyawa Edrik buat Mommy."

Mommy Aqila menarik Edrik dan Edrik tidur di pangkuan Mommy Aqila.

"Mommy tahu bagaimana kelakuanmu selama ini, cuma Mommy hanya diam saja tidak mau berkomentar."

Edrik sangat terkejut dan mendongakkan kepalanya melihat wajah sang Mommy yang masih terlihat sangat cantik walaupun sudah tidak muda lagi.

Edrik mengubah posisinya menjadi duduk..

"Kenapa Mommy tidak memarahi Edrik?"

"Buat apa? kamu tahu kan apa profesi Mommy dulu?"

Edrik menganggukkan kepalanya...

"Edrik, Mommy hanya ingin kamu merubah sikap dan prilaku kamu. Daddy kamu itu adalah orang penting di negara ini, dan semua yang Daddy kamu lakukan itu akan menjadi sorotan publik, kalau nanti kamu berbuat onar diluaran sana dan ada yang mengenali kamu, kamu tahu apa taruhannya? taruhannya adalah perusahaan Daddy kamu," seru Mommy Aqila lembut.

Edrik hanya bisa menundukkan kepalanya...

"Mommy tahu, bagaimana Daddy kamu membangun perusahaannya seorang diri hingga sekarang perusahaannya menjadi perusahaan raksasa yang mengakar dimana-mana bahkan sampai ke luar negeri. Selama ini dia berjuang untuk membahagiakan kita dan satu-satunya harapan dia adalah kamu dan Raka. Daddy ingin kalian menjadi anak yang sukses dan nantinya bisa mengurus perusahaannya, apa kamu tidak kasihan kepada Daddy? dia sudah capek mengurus perusahaan dan sekarang di tambah Daddy harus mengurus kelakuan kamu."

"Maafkan Edrik, Mommy," lirih Edrik.

"Apa kurangnya Mommy dan Daddy? perasaan kami mengurus dan mendidik kamu dan Raka itu dengan sangat adil, kami tidak pernah membeda-bedakan kalian."

"Iya Mommy, maafkan Edrik."

Edrik memeluk Mommy Aqila dari samping, meskipun Edrik urakan tapi Edrik sangat menyayangi Mommynya melebihi apapun, Edrik paling tidak suka melihat Mommynya menangis dan itu sudah jelas menurun dari Daddynya.

Raka yang awalnya ingin ke kamar Abangnya untuk mengajaknya keluar, tidak sengaja melihat pemandangan yang mengharukan itu.

"Mommy..." panggil Raka.

Mommy Aqila menoleh dan melambaikan tangannya.

"Sini, jagoan Mommy satu lagi."

Raka menghampiri keduanya dan ikut memeluk Mommynya itu.

"Apaan sih lo, ikut-ikutan meluk Mommy," ketis Edrik.

"Bang, gue juga anaknya Mommy kali," keluh Raka.

"Sudah-sudah, kalian itu kenapa sih tidak pernah akur? kalian adalah jagoan Mommy dan Daddy, tidak terasa kalian sudah dewasa juga dan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan seperti Daddy kalian, Mommy iri kenapa wajah kalian semuanya identik kepada Daddy kalian yang bule, tidak ada salah satu kalian yang menurun kepada Mommy," keluh Mommy Aqila.

"Mungkin dulu Daddy yang ngebet sama Mommy," goda Raka.

"Jelaslah, itu sudah pasti lo ga lihat apa meskipun sudah tua tapi Mommy sama Daddy selalu saja mesra, anak muda mah kalah sama mereka," ledek Edrik.

"Yoi..."

Ketiganya pun tertawa bersama...

"Oh iya Bang, anak-anak ngajak kita ke Caffe," seru Raka.

"Ok kita berangkat sekarang."

"Mommy, kita mau ke Caffe biasa dulu ya," seru Raka.

"Pulangnya jangan terlalu malam, pokoknya sebelum makan malam kalian harus pulang, Mommy tidak mau sampai Daddy marah-marah lagi karena kalian tidak ada di rumah."

"Siap Komandan," sahut keduanya bersamaan.

"Kalau begitu kita pergi dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Edrik dan Raka bergantian mencium punggung tangan dan pipi Mommy Aqila.

Tidak membutuhkan waktu lama, Edrik dan teman-temannya pun sampai di Caffe itu. Dari kejauhan Deni menyiku Dudi.

"Anak-anak itu sudah datang, Bro," seru Deni.

"Astaga, anak-anak itu lagi," sahut Dudi.

"Iya, untung mereka anak-anak sultan kalau bukan anak sultan gue gibeng mereka semua," kesal Deni.

Deni dan Dudi sudah tahu kalau anak-anak itu pasti akan membuat onar dan membuat para pengunjung merasa tidak nyaman karena kelakuan mereka. Tapi sayang, Deni dan Dudi tidak berani menegur karena mereka tahu siapa Edrik dan teman-temannya itu.

Edrik dan teman-remannya memasuki Caffe dengan saling bercanda satu sama lain membuat Deni dan Dudi menatap mereka dengan tatapan kesal.

Mereka duduk di kursi paling pojok, Edrik melambaikan tangannya ke arah Deni dan Dudi.

"Den, lo aja yang kesana, gue malas," seru Dudi.

"Sama gue juga malas," sahut Deni.

Alisya pun yang baru kembali dari toilet merasa aneh dengan kelakuan Deni dan Dudi yang saling melemparkan buku menu.

"Kalian kenapa sih?" tanya Icha bingung.

"Alhamdulillah, kebetulan sekali. Sana lo samperin meja itu dan tanya mau pesan apa?" seru Dudi.

Icha mengikuti arah pandang Dudi dan seketika Icha merasa terkejut.

"Hah, itu kan teman-teman gue," seru Icha.

"Mereka teman lo? sejak kapan lo berteman dengan mereka?" tanya Dudi.

"Mereka teman sekolah gue Bang."

"Serius lo? itu kan sekolahan elit, yang sekolah disana itu semuanya anak-anak sultan, kok bisa lo sekolah disana? mana biaya sekolah disana selangit lagi," seru Deni.

"Gue dapat beasiswa Den, kebetulan sekolah itu lagi membuka penerimaan anak yang berprestasi, jadi gue bisa masuk sana."

"Oh."

"Woi, lama banget," teriak Edrik.

"Sudah sana Cha, kita males meladeni mereka."

"Ya sudah, gue kesana dulu."

Icha pun mengambil buku menu dan membawanya ke meja Edrik dan teman-temannya.

"Hallo, selamat sore silakan mau pesan apa," seru Icha.

"Icha...lo kerja disini?" tanya Riana.

"Iya Ri."

"Lo sudah lama kerja disini? kok perasaan kita baru lihat lo?" tanya Raka.

"Ini hari pertama gue kerja," sahut Icha.

Edrik hanya melihat Icha sekilas dengan tatapan kesalnya dan mengambil buku menu.

"Silakan kalian mau pesan apa?" seru Icha.

"Gue pesan kentang goreng sama milk shake," seru Riana.

"Gue mau spagetti sama fruit yogurt," seru Juna.

"Gue samain sama Juna," seru Fiko.

"Udang goreng tepung sama mocktail," seru Raka.

"Ok, lo mau pesan apa?" tanya Icha kepada Edrik.

"Udang goreng tepung sama milk shake," sahut Edrik datar.

"Baik, silakan di tunggu sebentar."

Icha pun meninggalkan meja itu dan kembali ke dapur untuk menyiapkan semua pesenan Edrik dan teman-temannya.

Dua puluh menit kemudian, Icha pun datang membawa pesanan mereka dibantu oleh Dudi dan Deni.

"Silakan, selamat menikmati," seru Icha dengan ramahnya.

"Lo ga ikut makan disini Cha?" tanya Raka.

"Tidak Rak, terima kasih. Gue lagi kerja saat ini kalau gue ikut makan, bisa-bisa gue dipecat."

Disaat Icha hendak melangkahkan kakinya...

"Tunggu...."

"Iya."

"Lo ga tahu ya, kalau gue itu ga suka kalau udangnya digoreng terlalu garing," ketus Edrik.

"Maaf, gue ga tahu karena lo ga ngomong."

"Ganti."

"Hah..."

"Lo budeg ya, gue minta ganti," seru Edrik.

"Baik."

Icha pun dengan cepat mengambil piring itu dan menggantinya dengan yang baru. Sepuluh menit kemudia, Icha kembali dengan pesanan Edrik, udang goreng tepung dengan tidak terlalu garing.

"Ini pesanannya sudah diganti dengan yang tidak terlalu garing."

Edrik melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.

"Kelamaan, gue sudah ga selera lagi buat makan. Gue minta ganti salad buah saja," ketus Edrik.

"Baik," sahut Icha dengan menahan kesalnya.

"Bang, jangan gitulah kasihan Icha," seru Raka.

"Bodo amat, lagipula dia kan hanya pelayan disini jadi seorang pelayan harus menuruti semua keinginan pelanggan," sahut Edrik.

Sedangkan Juna, Fiko, dan Riana mereka memilih fokus dengan makananya, mereka tidak mau meributkan hal yang tidak penting.

Icha pun kembali dengan salad buah pesanan Edrik. Edrik mengaduk-ngaduk salad buah itu dan terlihat Icha sudah menahan kekesalannya.

"Hai, gue itu ga suka buah Naga," bentak Edrik.

"Kenapa tadi lo ga ngomong," sahut Icha dengan kesalnya.

"Lah, seharusnya lo yang tanya lo kan pelayan disini dan gue pelanggan," bentak Edrik.

"Tuh kan bener, tuh anak mulai buat onar," seru Dudi dari kejauhan.

"Terus sekarang mau lo apa?" tanya Icha dengan menahan kesabarannya.

"Ganti, gue mau fettuccini."

Dengan kesalnya Icha pun kembali ke dapur, kali ini dia sudah kehabisan kesabaran. Icha membawa Fettuccini untuk Edrik.

"Kalau sampai ini salah lagi, awas lo," batin Icha.

"Ini pesanannya satu porsi Fettuccini," seru Icha.

"Hah..Fettuccini, perasaan tadi gue bilang pesan tortellini," sahut Edrik.

Raka mengusap wajahnya dengan kasar, dia tahu Edrik ingin mencari gara-gara dengan Icha.

"Iya kan, tadi gue bilang tortellini," tanya Edrik kepada teman-temannya.

Teman-teman Edrik hanya mengangkat bahunya, mereka tidak mau ikut campur.

"Lo pelayan yang sungguh buruk, gue pesan apa dibawanya apa, sepertinya lo ga pantes jadi pelayan kebanyakan salah," ketus Edrik.

Kali ini Icha sudah tidak bisa menahannya lagi, Edrik sudah keterlaluan. Icha mengambil piring yang berisi pasta dan....

Pllluuuuukkkk....

Icha menumpahkan pasta itu ke wajah Edrik sehingga membuat Edrik terkejut begitupun dengan Raka dan yang lainnya.

"Makan tuh pasta," sentak Icha.

"Dasar kurang ajar," geram Edrik.

"Lo yang kurang ajar, gue tahu lo pengen ngerjain gue kan?" bentak Icha.

Edrik berdiri dengan wajah penuh dengan pasta...

"Lo tidak tahu siapa gue?"

"Gue ga peduli, dan gue ga mau tahu. Meski lo anak presiden sekali pun gue ga bakalan takut sama lo," sahut Icha dan pergi meninggalkan semuanya.

Sementara itu Raka dan yang lainnya tampak tertawa dengan wajah Edrik yang sekarang penuh dengan pasta. Edrik memilih pergi dari sana setelah sebelumnya membayar tagihannya.

🎒

🎒

🎒

🎒

🎒

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

Terpopuler

Comments

Kania Rahman

Kania Rahman

hadeuh gedeg aku,,,, jaga kesehatan Thor,,

2021-11-19

1

Angel Hiatus👻👻👻🌑🌑🌑🌚🌚

Angel Hiatus👻👻👻🌑🌑🌑🌚🌚

Thor aku suka karya mu

2021-10-16

2

hapus akun

hapus akun

keterlaluan kali tu si Edrick kelakuan nya 😡😡

2021-09-24

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Pusing Dengan Tingkahnya)
2 Bab 2 (Murid Baru)
3 Bab 3 (Edrik Yang Songong)
4 Bab 4 (Mr.Songong Vs Mrs.Bar-bar)
5 Bab 5 ( Bule Gila Vs Kancil Burik)
6 Bab 6 (Menolong Edrik)
7 Bab 7 (Penawaran)
8 Bab 8 (Cowok Menyebalkan)
9 Bab 9 (Geng Motor Do'a Ibu)
10 Bab 10 (Perseteruan Kakak Beradik)
11 Bab 11 ( Hukuman )
12 Bab 12 ( Debaran Aneh )
13 Bab 13 ( Kedatangan Louise )
14 Bab 14 ( F4 Somplak )
15 Bab 15 ( Kena Batunya )
16 Bab 16 ( Kejahilan Edrik )
17 Bab 17 ( Di Rumah Sakit)
18 Bab 18 ( Salah Paham )
19 Bab 19 ( Kedatangan Cyra )
20 Bab 20 ( Kemarahan Daddy Raffa )
21 Bab 21 ( Kepergian Edrik )
22 Bab 22 ( Kelulusan )
23 Bab 23 ( Ospek Maba )
24 Bab 24 ( Wanita Yang Mengagumkan )
25 Bab 25 ( Pernikahan Cyra )
26 Bab 26 ( Lost Contact )
27 Bab 27 ( Berita Duka )
28 Bab 28 ( Terbiasa Tanpamu )
29 Bab 29 ( Kepulangan Edrik )
30 Bab 30 ( Hancur Hatiku )
31 Bab 31 ( Mencintaimu Sungguh Menyakitkan )
32 Bab 32 ( Perasaan Bersalah )
33 Bab 33 ( Penjelasan Edrik dan Niken )
34 Bab 34 ( Merindukanmu )
35 Bab 35 ( Pura-pura Lupa )
36 Bab 36 ( Sandiwara Yang Gagal Total )
37 Bab 37 ( Kekonyolan Bule Gila & Kancil Burik )
38 Bab 38 ( Cari Perhatian)
39 Bab 39 ( Menyusun Rencana )
40 Bab 40 ( Amukan Singa Betina )
41 Bab 41 ( Pertemuan Tak Terduga )
42 Bab 42 ( Pasangan Yang Manis )
43 Bab 43 ( Ketar-ketir Seperti Kebakaran Jenggot )
44 Bab 44 ( Kemarahan Edrik )
45 Bab 45 ( Sakit Aku Sakit)
46 Bab 46 ( Keputusan Niken )
47 Bab 47 ( Edrik Terkejut )
48 Bab 48 ( Tunangan )
49 Bab 49 ( Liburan Di Kampung Part I )
50 Bab 50 ( Berlibur Di Kampung Part II )
51 Bab 51 ( Juna Dan Perasaannya )
52 Bab 52 ( Persiapan Pernikahan )
53 Bab 53 ( Godaan Juna )
54 Bab 54 ( Kemanjaan Edrik )
55 Bab 55 ( Ujian Sebelum Nikah )
56 Bab 56 ( Jangan Usik Keluarga Abraham )
57 Bab 57 ( Keseruan Tim Somplak )
58 Bab 58 ( Pernikahan )
59 Bab 59 ( Balada Malam Pertama )
60 Bab 60 ( Kejar Target Membuahkan Hasil )
61 Bab 61 ( Pasangan Jendes dan Duren )
62 Bab 62 ( Hancur Hatiku )
63 Bab 63 ( Kalian Belahan Jiwaku )
64 Bab 64 ( Aku Mencintai Kelebihan dan Kekuranganmu )
65 Bab 65 ( END )
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 ( Pusing Dengan Tingkahnya)
2
Bab 2 (Murid Baru)
3
Bab 3 (Edrik Yang Songong)
4
Bab 4 (Mr.Songong Vs Mrs.Bar-bar)
5
Bab 5 ( Bule Gila Vs Kancil Burik)
6
Bab 6 (Menolong Edrik)
7
Bab 7 (Penawaran)
8
Bab 8 (Cowok Menyebalkan)
9
Bab 9 (Geng Motor Do'a Ibu)
10
Bab 10 (Perseteruan Kakak Beradik)
11
Bab 11 ( Hukuman )
12
Bab 12 ( Debaran Aneh )
13
Bab 13 ( Kedatangan Louise )
14
Bab 14 ( F4 Somplak )
15
Bab 15 ( Kena Batunya )
16
Bab 16 ( Kejahilan Edrik )
17
Bab 17 ( Di Rumah Sakit)
18
Bab 18 ( Salah Paham )
19
Bab 19 ( Kedatangan Cyra )
20
Bab 20 ( Kemarahan Daddy Raffa )
21
Bab 21 ( Kepergian Edrik )
22
Bab 22 ( Kelulusan )
23
Bab 23 ( Ospek Maba )
24
Bab 24 ( Wanita Yang Mengagumkan )
25
Bab 25 ( Pernikahan Cyra )
26
Bab 26 ( Lost Contact )
27
Bab 27 ( Berita Duka )
28
Bab 28 ( Terbiasa Tanpamu )
29
Bab 29 ( Kepulangan Edrik )
30
Bab 30 ( Hancur Hatiku )
31
Bab 31 ( Mencintaimu Sungguh Menyakitkan )
32
Bab 32 ( Perasaan Bersalah )
33
Bab 33 ( Penjelasan Edrik dan Niken )
34
Bab 34 ( Merindukanmu )
35
Bab 35 ( Pura-pura Lupa )
36
Bab 36 ( Sandiwara Yang Gagal Total )
37
Bab 37 ( Kekonyolan Bule Gila & Kancil Burik )
38
Bab 38 ( Cari Perhatian)
39
Bab 39 ( Menyusun Rencana )
40
Bab 40 ( Amukan Singa Betina )
41
Bab 41 ( Pertemuan Tak Terduga )
42
Bab 42 ( Pasangan Yang Manis )
43
Bab 43 ( Ketar-ketir Seperti Kebakaran Jenggot )
44
Bab 44 ( Kemarahan Edrik )
45
Bab 45 ( Sakit Aku Sakit)
46
Bab 46 ( Keputusan Niken )
47
Bab 47 ( Edrik Terkejut )
48
Bab 48 ( Tunangan )
49
Bab 49 ( Liburan Di Kampung Part I )
50
Bab 50 ( Berlibur Di Kampung Part II )
51
Bab 51 ( Juna Dan Perasaannya )
52
Bab 52 ( Persiapan Pernikahan )
53
Bab 53 ( Godaan Juna )
54
Bab 54 ( Kemanjaan Edrik )
55
Bab 55 ( Ujian Sebelum Nikah )
56
Bab 56 ( Jangan Usik Keluarga Abraham )
57
Bab 57 ( Keseruan Tim Somplak )
58
Bab 58 ( Pernikahan )
59
Bab 59 ( Balada Malam Pertama )
60
Bab 60 ( Kejar Target Membuahkan Hasil )
61
Bab 61 ( Pasangan Jendes dan Duren )
62
Bab 62 ( Hancur Hatiku )
63
Bab 63 ( Kalian Belahan Jiwaku )
64
Bab 64 ( Aku Mencintai Kelebihan dan Kekuranganmu )
65
Bab 65 ( END )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!