CINTA PERTAMA DAN TERAKHIR
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Rama Edrik Abraham
Raka Endro Abraham
Alisya Anggun Almira
Riana Puteri Afrizal
Juna Armando
Fiko Rahadian
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Disebuah rumah mewah nan megah, seorang pemuda tampan sedang mondar-mandir di dalam kamarnya sembari di tangannya memegang sebuah amplop berwarna putih.
"Aduh, bagaimana ini?" gumam Edrik.
Edrik melangkahkan kakinya keluar kamar, kepalanya celingukkan entah apa yang dia cari.
"Bi Ria, kesini sebentar," seru Endrik dengan suara pelan.
"Ada apa Den?"
"Mommy kemana?"
"Sepertinya Nyonya sudah tidur Den, ini kan sudah pukul sembilan malam."
"Kalau Daddy?"
"Ada di ruangan kerjanya."
"Selamat-selamat, terima kasih ya Bi."
Edrik segera melangkahkan kakinya menuju ruangan kerja Daddynya.
Tok..tok..tok..
"Daddy, boleh Edrik masuk?" seru Edrik dengan memperlihatkan kepalanya saja.
"Masuk saja, biasanya juga kamu langsung masuk tanpa minta izin," sahut Daddy Raffa tanpa melihat ke arah Edrik.
Perlahan Edrik membuka pintu ruangan kerja Daddynya, dengan ragu-ragu Edrik masuk ke dalam dan berdiri di hadapan Daddy Raffa.
"Ada apa?" tanya Daddy Raffa datar.
"Ini Daddy."
Edrik menyimpan amplop di tangannya ke hadapan Daddy Raffa. Daddy Raffa hanya meliriknya dan kembali melanjutkan pekerjaannya, Daddynya seakan sudah tahu apa isi dari amplop tersebut. Edrik menunggu Daddynya dengan perasaan tegang, hingga akhirnya Daddy Raffa menghentikan pekerjaannya dan menutup laptopnya.
"Ulah apa lagi yang sudah kamu lakukan?" tanya Daddy Raffa dingin.
Daddy Raffa menyandarkan punggungnya dengan mata terpejam sembari tangannya memijat pelepisnya yang tiba-tiba terasa berdenyut.
Edrik hanya menundukkan kepalanya dan tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun, Edrik merasa merinding dengan pertanyaan Daddynya yang menurut Edrik sangat horor.
"Tawuran, membully adik kelas, atau bolos dari sekolah?" tanya Daddy Raffa kembali.
Edrik menggaruk kepalanya yang tidak gatal...
"Tidak tiga-tiganya Daddy, tadi Edrik tidak sengaja memukul Jojo sampai pingsan," sahut Edrik dengan masih menundukkan kepalanya.
Daddy Raffa mengusap wajahnya dengan kasar mendengar jawaban yang di lontarkan oleh putera sulungnya itu.
"Astaga Edrik, Mommy sama Daddy sudah pusing melihat tingkah laku kamu yang urakan seperti ini, perasaan Mommy dan Daddy mendidik kamu dengan benar, tapi kenapa kamu tumbuh menjadi anak yang tidak bisa diatur seperti ini? Daddy malu Edrik harus ke sekolah terus mengurusi kenakalan kamu. Lihat adik kamu Raka, dia begitu penurut bahkan di sekolah dia menjadi anak yang berprestasi," bentak Daddy Raffa.
"Si Raka memang kutu buku dan kuper, dasar anak tidak gaul," gerutu Edrik.
"Mommy dan Daddy itu sangat mengharapkan kamu bisa menjadi anak pintar dan membanggakan kami. Kamu tahu kan Daddy itu siapa? semua gerak-gerik keluarga kita itu ada yang ngawasin, semua media berlomba-lomba ingin mengorek kehidupan keluarga kita, jadi kalau kamu bertindak macam-macam diluaran sana dan sampai ada media yang mengetahuinya, reputasi Daddy bakalan hancur, mau di taruh dimana muka Daddy."
"Maaf Daddy."
"Sudah berapa ratus kali kamu minta maaf dan ratusan kali pula kamu mengulanginya, kamu dan Raka itu adalah penerus perusahaan Daddy jadi tolong belajar yang benar dan jangan membuat onar terus. Coba jelaskan apa alasan kamu sampai kamu memukul teman kamu itu?" tanya Daddy Raffa dingin.
"Waktu di kantin dia menabrak Edrik sampai minumannya tumpah membasahi seragam Edrik, ya jelas Edrik marahlah karena seragam Edrik menjadi basah dan kotor."
"Astaga Edrik, cuma itu dan kamu memukulnya sampai pingsan?"
"Iya Daddy," lirih Edrik.
"Daddy angkat tangan, Daddy sudah menyerah menghadapi kelakuan kamu berikan saja amplop itu kepada Mommy kamu," seru Daddy Raffa.
"Ya jangan dong Daddy, ampuni Edrik," sahut Edrik dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.
"Kamu takut sama Mommy kamu?"
"Nah, itu Daddy tahu," sahut Edrik cengengesan.
"Kamu takut sama Mommy kamu, tapi kenapa kamu tidak takut sama Daddy?"
"Karena Mommy kalau sedang marah sangat menyeramkan melebihi setan, jangankan Edrik, Daddy juga kan takut sama Mommy," seru Edrik keceplosan.
"Apa kamu bilang?"
"Ooppsss..sorry Daddy, memang kenyataannya seperti itu. Edrik pernah melihat Daddy merengek kepada Mommy gara-gara Mommy waktu itu marah sama Daddy."
"Apa?"
Daddy Raffa melepas sendalnya dan bersiap melemparnya ke arah Edrik, tapi sayang Edrik sudah lebih dulu kabur ngacir dari ruangan kerjanya.
"Dasar anak nakal," geram Daddy Raffa.
Edrik langsung berlari menuju kamarnya dan mengambil ponselnya untuk bermain game, tiba-tiba pintu kamar Edrik terbuka.
"Bang, kenapa sih lo hobi banget buat Daddy marah? lama-lama Daddy darah tinggi loh ngadepin kelakuan lo," seru Raka dengan merebahkan tubuhnya di samping Edrik.
"Dasar anak Mommy, sana jangan gangguin gue."
"Bang, rubah sikap lo kasihan Mommy sama Daddy mereka sangat berharap kepada kita jangan buat mereka kecewa."
"Aduh berisik banget sih lo, kalau lo datang kesini cuma buat nyeramahin gue, lebih baik lo keluar."
"Terserah lo saja deh Bang, gue sebagai adik lo cuma ngasih tahu lo doang karena gue sayang sama lo."
Raka pun pergi meninggalkan kamar Edrik.
"Sial, anak Mommy itu membuat mood gue tambah hancur saja," gerutu Edrik.
Tiba-tiba ponsel Edrik berbunyi dan tertera nama Juna disana.
"Hallo Jun, ada apa?"
"Bang, lo lupa ya kalau malam ini lo harus balapan sama si Pasha anak SMA sebelah," sahut Juna.
"Astaga gue lupa, Jun."
"Buruan kesini, si Pasha nungguin lo tuh Bang kalau dalam waktu tiga puluh menit lo ga muncul, lo bakalan dianggap kalah."
"Ah sial, ok gue segera kesana."
Edrik cepat-cepat mengambil jaket kulitnya dan mengendap-ngendap keluar rumah.
"Lo mau kemana Bang, malam-malam begini?" tanya Raka yang muncul dari dapur.
"Brengsek lo bikin gue kaget saja, gue mau keluar dulu sebentar."
"Pasti lo mau balapan liar lagi kan Bang?"
"Sudah jangan bawel deh lo, kalau sampai lo ngadu sama Daddy ataupun Mommy, lo bakalan tanggung akibatnya," seru Edrik dengan melangkah keluar pergi meninggalkan Raka.
Raka hanya bisa menghela nafasnya kasar, Edrik mengeluarkan motornya dengan pelan-pelan dan mendorongnya keluar gerbang
"Den Edrik mau kemana malam-malam begini?" tanya Pak Rudsi yang merupakan Satpam rumah Edrik.
"Stttt...Pak Rusli jangan berisik, aku mau pergi dulu sebentar gerbangnya jangan di kunci ya."
"Tapi Den----"
"Pokoknya tidak ada tapi-tapian, aku pergi dulu."
Edrik menyalakan motornya diluar gerbang dan dengan kecepatan tinggi Edrik langsung melesat menuju tempat balapan liar, Pak Rusli hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak majikannya itu.
Sementara itu di tempat balapan, Juna, Fiko, dan Riana sedang menunggu kedatangan Edrik dengan perasaan cemas. Usia mereka memang di bawah Edrik satu tahun, Edrik merupakan siswa kelas dua belas dan mereka semua merupakan siswa kelas sebelas.
Raka adalah yang paling kecil, seharusnya Raka duduk di kelas sepuluh tapi karena kepintarannya, Raka mengalami loncat kelas sehingga saat ini Raka pun sekelas dengan Juna dan kawan-kawan. Edrik tidak mempunyai teman sekelas yang dekat, karena walaupun Edrik dan yang lainnya beda usia, tapi Edrik lebih nyaman berteman dengan mereka semua.
"Mana si Edrik belum datang juga, jangan-jangan dia takut lagi bertanding sama gue," celetuk Pasha.
"Tunggu sebentar lagi, Bang Edrik pasti datang," sahut Fiko.
Sedangkan di tempat lain tidak jauh dari tempat balapan, seorang gadis cantik sedang membantu Ayahnya berjualan nasi goreng. Nasi goreng Ayah Bayu paling laku disana, selain rasanya sangat enak, tempatnya pun tidak jauh berada dari tempat balapan, jadi kebanyakan anak muda makan disitu sembari melihat balapan liar.
"Cha, lebih baik sekarang kamu pulang duluan sana besok kan hari pertama kamu sekolah, nanti kamu kesiangan," seru Ayah Bayu.
"Tidak Yah, Icha akan bantuin Ayah lagipula lihat tuh pembelinya sedang ramai mana tega Icha meninggalkan Ayah sendirian," sahut Icha.
"Tapi Ayah takut kamu kecapean nanti."
"Tidak Yah, Icha tidak capek kok sudah Ayah tenang saja Icha akan bantuin Ayah sampai dagangannya habis."
"Ya sudah terserah kamu saja, kamu memang keras kepala sama seperti ibumu."
Icha hanya menyunggingkan senyumannya mendengarkan ucapan Ayahnya.
***
Kembali ke tempat balapan...
"Sepuluh menit lagi dan si Edrik belum datang juga, kalau sampai si Edrik tidak datang kita anggap dia kalah," seru Pasha.
"Aduh, Bang Edrik kemana sih? lama banget," gumam Fiko.
Tidak lama kemudian, suara deru motor Edrik terdengar semua orang melihat ke arah motor yang baru saja datang itu dan mereka pun kembali bersorak-sorai dengan kedatangan Edrik.
"Bang Edrik," seru semuanya bersamaan.
Ketiga sahabatnya itu menghampiri Edrik dengan senangnya.
"Bang, kita sudah khawatir tahu kalau Abang bakalan telat," seru Riana.
" Tidak ada dalam kamus Edrik bakalan telat, Riana," sahut Edrik dengan mengacak-ngacak rambut Riana membuat Riana tersipu malu.
"Ternyata lo datang juga, gue pikir lo ga bakalan datang," cibir Pasha.
"Memangnya lo mau jadi pemenang tanpa balapan? dasar pengecut," ledek Edrik.
"Gue yakin, malam ini adalah malam keberuntungan gue karena malam ini gue bakalan kalahin lo dan mempermalukkan lo di hadapan anak-anak."
"Kita lihat saja nanti."
Edrik pun kembali menaiki motornya, begitu pun dengan Pasha. Keduanya sudah berada di garis finis, sama-sama saling tatap dengan tatapan yang tajam.
"Ok, kita mulai ya sekarang. Satu...dua...tiga..."
Seorang perempuan melempar syalnya dan dengan hitungan detik kedua motor itu melesat sangat kencang, semua anak-anak tampak bersorak-sorai.
"Ayo Bang, lo pasti jadi juara," teriak Juna.
Alisya atau yang akrab di sapa Icha itu menoleh ke arah jalanan yang terdengar sangat bising, motor Edrik dan Pasha melewati gerobak nasi goreng Icha.
"Astagfirullah, mereka jalanin motor kenceng amat, mereka ga mikirin nyawanya sendiri ya," seru Icha.
"Anak-anak zaman sekarang memang tidak pernah memikirkan perasaan orangtuanya, yang ada di otak mereka hanya kesenangan," sahut Ayah Bayu.
"Ayah tidak takut setiap malam jualan disini? mereka anak-anak brandalan loh Yah, bagaimana kalau mereka malak Ayah? masih mending mereka malak, lah ini amit-amit sampai ngelukai Ayah bagaimana? kan bahaya Yah, lebih baik Ayah cari tempat lagi," seru Icha dengan perasaan cemas.
"Alhamdulillah Nak, selama ini Ayah tidak apa-apa, mereka semua anak orang kaya Nak jadi meskipun mereka brandalan tapi kalau mereka makan di sini, mereka selalu bayar."
"Tapi tetap saja Icha khawatir sama Ayah."
"Sudah ah, sudah terlalu malam ayo bantuin Ayah beres-beres kita pulang."
"Baik Yah."
Tiga puluh menit berlalu, semuanya tampak harap-harap cemas menunggu siapa yang duluan sampai di garis finis.
"Bang Edrik," teriak Riana.
"Yeahhh Bang Edrik, memang the best," teriak Juna.
Edrik pun sampai duluan dari Pasha dan tidak berselang lama motor Pasha pun sampai, semua bersorak.
"Wah, Bang Edrik hebat," seru Riana dengan memeluk Edrik dan Edrik pun membalas pelukkan Riana dan menepuk punggung gadis cantik itu.
"Bang Edrik tidak akan terkalahkan pokoknya," seru Fiko.
"Siapa dulu dong, Edrik," ucap Edrik dengan bangganya.
Pasha dan teman-temannya datang menghampiri Edrik dan langsung mengulurkan tangannya.
"Selamat bro, lo memang tidak terkalahkan."
"Terima kasih," sahut Edrik dengan membalas uluran tangan Pasha.
"Tapi jangan senang dulu, lain kali gue pasti bisa ngalahin lo."
"Ok gue tunggu."
Tapi tiba-tiba suara mobil polisi mengejutkan semuanya, mereka cepat-cepat naik ke atas motor mereka masing-masing dan kabur entah kemana, yang penting mereka terlepas dari kejaran polisi.
"Riana, cepetan naik," seru Edrik panik.
"Iya Bang."
Semuanya berhamburan entah kemana...
"Ayo Nak kita pulang," ajak Ayah Bayu.
"Iya Yah."
Icha membawa wadah berisi sisa bahan-bahan nasi goreng, sedangkan Ayah Bayu mendorong gerobaknya. Disaat Icha mau menyebrang, motor yang dikendarai Edrik pun muncul.
"Bang, awas Bang ada orang nyebrang," teriak Riana dengan memukul pundak Edrik.
"Woi, awas...." teriak Edrik.
"Aaaaaaaaa....."
Icha berteriak sekeras mungkin dengan menutup matanya dan wadah yang dia bawa pun terjatuh sehingga isinya berhamburan dijalan. Dengan cepat Edrik mengerem motornya, dan berhenti tepat di hadapan Icha bahkan ban motornya pun menempel di badan Icha.
Perlahan Icha membuka matanya, dengam nafas yang tersengal-sengal, Icha menatap tajam Edrik yang saat ini memakai helm full face hanya matanya saja yang terlihat.
"Woi, lo kalau pakai motor itu yang benar kalau lo nabrak gue dan gue mati bagaimana?" teriak Icha.
"Lo yang nyebrang ga lihat-lihat, sudah sana minggir," bentak Edrik.
"Lo harus ganti rugi bahan dagangan gue yang tumpah," Icha balik membentak Edrik.
Suara mobil polisi semakin mendekat membuat Edrik dan yang lainnya semakin panik.
"Lo bisa minggir ga?" bentak Edrik.
"Enggak, pokoknya lo harus ganti rugi dulu," sahut Icha.
"Cha sudah, ayo kita pulang," ajak Ayah Bayu dengan mencoba menarik tangan Icha.
"Tidak bisa Yah, lihat bahan dagangan kita tumpah semua."
Edrik semakin panik karena polisi semakin dekat, dengan reflek Edrik menekan klakson dengan kencangnya sehingga membuat Icha dan Ayah Bayu menutup telinganya. Edrik mengambil kesempatan itu untuk kabur.
"Woi, jangan kabur lo," teriak Icha.
"Sudahlah Icha, ayo kita pulang ini sudah terlalu malam."
"Awas kalau sampai gue ketemu sama lo, gue sudah catat nomor plat motor lo," batin Icha dengan kesalnya.
Dengan perasaan kesal dan gondok, Icha pun akhirnya pulang ke rumahnya.
🎒
🎒
🎒
🎒
🎒
Yuhuuuu sebagai permintaan kalian, RAQILA season 2 sudah rilis nih jangan lupa dukungannya yang kenceng ya🙏🙏🤗🤗
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Patrick Khan
.geser sini😃
2023-12-27
2
𝙿𝙾𝙿𝙿𝚈 𝚂𝚄𝚂𝙰𝙽
hallo👋👋
2022-11-27
1
Sumawita
Hadir Kak
2022-11-27
1