Dea, I Love You - Episode 5 (18+)
Oleh Sept
Gadis itu terperajat ketika ciuman pertamanya dicuri dengan paksa. Daniel merampas bibir suci itu tanpa aba-aba sebelumnya. Meskipun dicium oleh suaminya sendiri, tetap saja ini adalah pencurian. Sebuah tindakan yang tidak mengenakan karena dilakukan tanpa ijin.
Bruakkk
Tubuh Daniel membentur nakas, membuat lampu tidur di atasnya jatuh ke lantai dan pecah. Dea mendorong suaminya dengan keras karena sudah menciumnya dengan paksa. Sembari mengusap bibirnya dengan tangan, Dea berlari keluar kamar.
"Pria gila! Mesum! Menjijikkan!" maki Dea sepanjang lorong hotel, berkali-kali Dea mengosok bibirnya. Berusaha menghilangkan bekas bibir kudanil. Najis, semalam pria itu habis mencium wanita lain. Dea muak, bila harus membagi bibirnya dengan pria seperti Daniel.
Dari belakang, Daniel berlari mengejar gadis itu. Tanpa memakai baju atasan, Daniel berjalan keluar kamar menyusul Dea.
"DEA!" teriak Daniel. Pria itu setengah berlari mengejar Dea.
Dea yang menyadari bahwa Daniel semakin dekat, ia langsung buru-buru masuk ke dalam lift. Begitu pintu lift terbuka, gadis itu bergegas masuk dan langsung menekan tombol close.
"Ish! Dengarkan aku!" sentak Daniel, pria itu menahan pintu lift yang hampir tertutup sempurna dengan menggunakan sebelah kakinya.
Dea yang kesal, dengan geram menginjak kaki Daniel. Membuat pria itu menarik kakinya dan meringis kesakitan.
"Sial!" rutuk Daniel saat pintu lift sudah tertutup dan Dea hilang dari pandangan. Dengan kasar pria itu mengusap wajahnya.
Percuma bila terus mengejar, pasti tidak akan terkejar. Lagian ia hanya memakai celana panjang. Akhirnya Daniel memutuskan balik lagi ke kamar.
Di luar hotel.
Seperti gelandangan, Dea berjalan tanpa arah di depan hotel tanpa membawa apapun. Ia menghentikan taksi, tidak berpikir nanti akan dibayar pakai apa. Yang jelas, pokoknya harus pergi dari sana.
"Antarkan ke jalan Bougenvile nomor 8, Pak!" seru Dea pada driver taksi tersebut.
"Baik, Non!"
Mobil warna biru dengan gambar burung pipit di pintunya itu pun mulai masuk ke jalan besar. Menyusuri jalanan perkotaan yang padat merayap. Bagi penduduk kota metropolitan, macet adalah makanan sehari-hari. Hingga banyak penduduk mengalami banyak stress karena kemacetan di jalan.
Tidak terasa, hampir satu jam akhirnya mobil taksi warna biru itu berhenti di depan sebuah rumah. Rumah lantai dua dengan pagar warna coklat tua.
"Tunggu sebentar, Pak!"
Dea langsung masuk ke dalam rumah, hanya ada Bibi. Mobil ayahnya tidak ada. Sepertinya Ayah masih di pabrik.
Sesaat kemudian, Dea muncul dari dalam rumah. Ia setengah berlari menuju taksi.
"Terima kasih, Pak!" Dea mengulurkan beberapa lembar uang warna hijau. Habis membayar ongkos taksi, Dea kembali masuk ke dalam rumah.
"Sendirian, Non?" tanya Bibi yang kala itu membawa alat pel-pelan.
Dea hanya mengangguk pada wanita paruh baya yang sudah setia mengabdi pada keluarganya sejak ia kecil.
Ibu Dea sendiri sudah meninggal saat melahirkan gadis tersebut. Sejak kecil Dea lebih banyak menghabiskan waktu dengan pengasuh dan Bibi, sedangkan sang Ayah, lebih sering di pabrik.
Mereka memiliki sebuah pabrik tekstil, bukan pabrik yang besar. Hanya usaha kecil yang dirintis Ayah Dea sejak pria itu masih muda.
Kini setelah sampai di rumah masa kecilnya, Dea pun ingin sendirian. Ia mengunci diri di dalam kamar.
"Mau saya siapin makan, Non?"
Tiba-tiba, Bibi mengetuk pintu kamar Dea. Menanyakan, apa Nonanya itu mau makan.
"Nggak, Bi!" jawab Dea dari dalam kamar tanpa membuka pintu kamarnya.
Dea memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Memejam mata, tapi bayangan Daniel saat menciumnya malah menari-nari tanpa permisi.
Kesal, gadis itu menendang bantal, guling dan apa saja untuk melampiaskan rasa kekesalannya. Puas membuat kamarnya seperti kapal pecah, Dea kemudian mandi. Selesai membersihkan diri, gadis itu memilih memakai kaos dan celana pendek di atas lutut.
Tok tok tok
"Kenapa lagi sih ... Bibi?" Dengan malas Dea membuka pintu kamar yang penuh dengan pritilan K-Pop tersebut.
"Ada a ... pa?"
Buru-buru Dea langsung menutup pintunya kembali. Ia tidak mengira bahwa Daniel sudah ada di rumahnya. Pria itu kini berdiri tepat di depan pintu kamarnya.
"Dea buka pintunya!"
"Ngapain ke sini? Pulang sana!" usir Dea.
"Buka atau aku dobrak?" Suara Daniel terdengar tegas dan penuh ancaman.
Kalau didobrak nanti pas ayahnya pulang pasti curiga, dengan berat hati akhirnya ia membuka pintu dengan muka masam.
Klek
Baru dibuka, Daniel langsung menerobos masuk ke dalam kamar gadis tersebut.
"Sekali lagi kamu main kabur-kaburan kaya begini, aku pastikan kamu menyesal!"
Tidak takut, Dea malah mendongak menatap suaminya. Seolah mengatakan, "Aku nggak takut!" tapi cuma dalam hati.
"Sekali lagi kamu cium-cium kaya tadi, aku bakal aduin ke Mama!" Dea balik mengancam pria itu dengan berkacak pinggang.
"Memangnya apa yang akan kamu adukan ke Mama? Hem?"
"Selingkuh! Kamu selingkuh!" jawab Dea spontan.
"Cih!" Daniel menatap remeh. Ia merasa Dea sudah ada rasa. Sebelum Dea jatuh hati, Daniel pun memberikan peringatan pada istrinya itu.
"Aku ingetin jangan sampek kamu jatuh cinta, aku nikahin kamu karena terpaksa!"
"Sorry, pria seperti kamu bukan tipeku!" ucap Dea.
"Kamu yang bukan tipeku!" balas Daniel tidak mau kalah.
"Ya sudah! Sekarang tolong pergi dari kamarku!" usir Dea.
Bukkk
Daniel malah melempar tubuhnya di atas ranjang. "Ingat! Aku nggak suka disuruh- suruh. Apalagi oleh anak sepertimu!"
Sungut Dea langsung keluar, ia tidak suka ketika Daniel menganggap ia bagai anak kecil. Karena Daniel tidak mau keluar dari kamarnya, Dea pun memutuskan ia saja yang pergi.
"Tutup pintunya, dan ambilkan aku minum!" titah Daniel.
Ugh! Dengan geram, Dea keluar kamarnya.
"Dea ... Dea!" teriak Daniel dari dalam kamar, sudah menunggu sepuluh menit lebih, Dea tak kunjung datang.
"DEA!" teriaknya. Sadar sedang berada di rumah mertua, Daniel langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Pria pun itu keluar kamar mencari istri kecilnya.
"Kamu nggak dengar aku manggil-manggil dari tadi?" Daniel marah, lantaran Dea malah asik menonton film di ruang tengah.
"Ambil sendiri!" cetus Dea tak peduli.
Daniel langsung merebut paksa remote TV. "Ambilin sekarang!"
"Ugh!" Dea pun pergi ke dapur.
Setelah Dea menghilang, dengan asal Daniel menganti channel TV kabel.
Tidak lama kemudian Dea datang.
"Ini!" Gadis itu meletakkan segelas minuman dingin di atas meja. Dan telinganya malah samar-samar mendengar suara yang asing dari TV. Suara desahan wanita. Reflect, Dea berbalik lalu mencabut kabel TV-nya.
"Dasar piktor!" cibir Dea.
Daniel malah terkekeh. Bersambung.
Yuk, merapat ke Instagram penulis Dea, I Love You, Istri Gelap Presdir, Rahim Bayaran, kesetiaan Cinta, dan menikah muda. Hanya di Noveltoon.
IG : Sept_September2020
Terima kasih
Lope lope sekebon cabe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
komalia komalia
si danil nnati kamu yang gila sama si dea
2024-02-27
0
Zamie Assyakur
berantem mulu Danil dea
2023-03-20
0
Kendarsih Keken
Daniel pasti akan ke makan omongan nya sendiri dachhh , dia pasti akan menjilad ludah nya sendiri ketika mulai merasa kan bucin ke Dea
2022-10-11
0