Dea I Love You - Episode 3
Oleh Sept
"Gila tuh anak!" rutuk Daniel sembari melangkah keluar kamar. Pria itu merasa tidak tahan, meskipun Dea bukan tipenya, Daniel masih pria normal. Melihat wanita tanpa memakai apapun, pasti sinyalnya ikut mendeteksi.
Sementara itu, Dea yang mendengar suara pintu ditutup dengan kencang, ia pun tersenyum penuh dengan kepuasan, dia merasa dia lah yang menang perang batin barusan.
"Ish ... ish ... ternyata dia tidak tahan juga. Sepertinya aku harus mulai waspada nih!" gumam Dea sembari memakai baju yang ia ambil dari koper warna silver di dekatnya.
Selesai merias diri, Dea berkaca. "Dia bilang aku bukan tipenya? Memangnya typenya itu yang seperti apa?" Dea lantas menatap cermin, gadis itu pun mengerucutkan bibir yang baru ia poles dengan pelembab rasa cery.
"Apa tipenya seperti ini?" Bibir Dea manyun lima senti, gadis itu berpose seksi di depan cermin seperti orang kurang kerjaan.
"Hey apa yang kamu lakukan?" sentak Daniel yang baru masuk ke dalam kamar hotel itu. Ia sudah menunggu lima belas menit di luar pintu. Begitu masuk, malah mendapati pemandangan yang absurd dan membuatnya geli.
"Apa masalahmu? Terserah aku mau begini atau mau begitu!" ledek Dea. "Aduh!"
Karena tidak sopan lagi, Dea mendapat sentilan kembali di dahinya yang lebar.
"Kenapa suka sekali main tangan?" protes Dea.
"Itu peringatan! Nanti di bawah, kalau ada Mama bicara yang sopan!"
Dea mendengus kesal, kemudian ia pun memilih keluar kamar duluan. Perutnya lapar, ia ingin makan. Jam sarapan sudah lewat, dan sudah dari tadi terdengar suara keroncongan dari dalam perutnya.
"Dea! Tunggu!" Daniel menarik tangan Dea.
"Apa lagi, sih?" Gadis itu menepis tangan suaminya.
"Di depan Mama, nanti kamu harus bersikap yang benar!"
"Sikap yang benar? Benar apa dulu? Benar yang bagaimana? Katakan yang jelas."
Daniel langsung melotot, tidak usah diberi tahu, harusnya Dea paham apa yang ia maksud.
"Kamu mau Ayahmu terkena serangan jantung lagi?" ancam Daniel.
Makin kesal lah si Dea, Daniel sudah mulai main ancam.
"Oke ... oke! Mari berakting paling bagus!" Dea langsung melingkarkan tangan ke lengan pria yang kini berstatus sebagai suaminya.
Mulanya Daniel mau melepas tangan gadis itu, tapi dari jauh. Dilihatnya sang Mama jalan mendekat ke arah mereka.
Terlanjur dilihat Mama Rosie, Daniel pun pura-pura membelai rambut Dea dengan mesra.
"Mama kok ke sini? Kami baru mau turun!" tanya Dea.
"Iya, Ma. Kami mau turun," tambah Daniel.
"Mama tunggu kalian lama banget, Mama sampai belum makan apapun karena menunggu kalian."
"Maafin Dea, Ma. Ini gara-gara Mas Daniel!" ujar Dea dengan mengelayut manja pada lengan kekar itu.
Mendengar Dea yang bicara lemah lembut di depan sang Mama. Membuat telinga Daniel jadi gatal. "Pantes banget jadi pemain sinetron!" batin Daniel dalam hati.
"Daniel, Dea masih kuliah. Tahan dikit, jangan dibuat hamil dulu," goda Mama dengan nada bercanda.
Dea langsung kesusahan menelan ludah, melihat wajah Dea yang pucat. Daniel kini merasa yang menang.
Dua pengantin baru itu saling menatap, bukan tatapan penuh cinta. Lebih tempatnya tatapan pura-pura saling menginginkan.
Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam lift, sepanjang di dalam lift, dua pasangan itu terlihat sangat mesra. Hal itu membuat hati Mama Rosie jadi senang dan lega.
Sampai di restaurant di lantai bawah, Daniel masih bersikap manis sekali. Dengan penuh perhatian, pria itu menarik kursi untuk Dea.
"Terima kasih!" Dea melempar senyum paling manis pada suaminya, berdoa semoga Daniel cepat-cepat terkena diabetes.
Sementara itu, Daniel membalas senyum sang istri tak kalah manisnya. Ia juga punya doa yang terselip dalam hati, semoga gula darah Dea juga naik drastis.
"Pengantin baru memang manis banget ... duh, Mama jadi inget Papa," celetuk Mama Rosie yang sejak tadi memperhatikan keduanya.
"Papa udah tenang di surga, Ma. Udah ... Mama fokus saja sama kesehatan Mama."
"Iya Niel! Cuma ... kalian sekarang mengingatkan Mama pada sikap Papa yang sangat romantis pada Mama dulu."
"Cih! Romantis dari apanya?" rutuk Dea dalam hati. "Kalau Mama tahu, bagaimana pria sombong ini melempar bantal ke Dea. Menyuruh Dea tidur di sofa. Ah ... sudahlah!" batin Dea meronta.
"Maaf ya Mama, Dea jadi membuka kenangan sedih Mama!" Dea memegang tangan mertuannya yang ada di atas meja. Wajahnya menyiratkan sebuah rasa sesal.
Entah simpati betulan atau hanya akting, Daniel tidak tahu. Yang jelas ia harus berterima kasih pada Dea, kehadiran gadis di bawah standardnya itu, setidaknya membuat mamanya lebih semangat menjalani hidup.
Mamanya kini jadi sering tersenyum, tidak hanya melamun saja seperti yang sudah-sudah.
Karena pelayan sudah datang, membawa makanan yang mereka pesan, semua pun mulai melahap hidangan sedap dan lezat itu.
Daniel sempat melirik, ada saus tomat di ujung bibir Dea.
"Usap bibirmu!" bisik Daniel di telinga sang istri. Pria itu memang memiliki ketertarikan pada kebersihan yang berlebihan.
Dea pun mengusap bibirnya, sayang ia mengusap ke arah yang salah.
"Bukan di situ!" ucap Daniel.
"Ah sudahlah!" Dea malah melanjutkan lagi makannya. Keduanya tidak sadar sedang diamati oleh Mama Rosie.
Dasar Daniel si pria perfectionist, tangannya spontan mengusap sudut bibir Dea karena tidak tahan. Hal itu malah justru membuat Mama Rosie makin tersenyum lebar, wanita paruh baya itu jadi baper sendiri melihat betapa perhatiannya Daniel pada menantunya.
Dikira romatis, padahal karena Daniel tak bisa melihat ada hal jorok sedikit di sekitarnya.
Setelah selesai makan, Mama Rosie kembali membuka obrolan.
"Untuk apartemen kalian, Mama sudah kirim barang-barang. Sekedar untuk nambah furniture di sana."
"Mama nggak usah repot-repot, biar Daniel urus sendiri."
"Nggak apa-apa sayang, anggap saja ini hadiah buat pernikahan kalian. Oh ya Dea, karena letak apartemen yang jauh dari kampus. Mama punya sesuatu buat kamu."
Mama Rosie meraih tas yang ada di kursi sebelahnya. Ia merogoh sesuatu dari dalam tas kulit buatan Italy tersebut.
"Buat kamu, hadiah dari Mama."
Mata Dea mengamati sebuah benda yang diberikan padanya. "Kunci mobil?"
Mama Rosie mengangguk, "Selamat atas pernikahan kalian."
"Tapi, Ma." Dea merasa tak enak, menerima hadiah yang pasti sangat mahal itu.
"Terima saja, nggak usah malu-malu!" celetuk Daniel.
"Mama akan senang, kalau kamu memakainnya," ucap Mama Rosie dengan tulus.
Sebenarnya, kebetulan banget, ia memang butuh mobil. Di rumahnya hanya ada satu mobil, biasanya ia pakai gantian dengan sang Ayah.
"Terima nggak ya? Rejeki masa ditolak?" batin Dea. Antara mau tapi sungkan.
"Makasih ya, Ma!" ucap Dea kemudian.
Mama Rosie pun hanya mengangguk tidak lupa tersenyum ramah pada anak mantu kesayangannya itu. Karena Mama Rosie masih ada urusan, ia pun meninggalkan mereka berdua.
Baru beberapa menit Mama Rosie pergi, dua orang itu langsung berubah jadi Tom and Jerry kembali.
"Kembali sendiri ke kamar hotel, atau ke mana terserah. Aku mau pergi sekarang." Tanpa menunggu respons dari Dea, Daniel beranjak meninggalkan istrinya sendiri.
Melihat Daniel pergi, Dea masa bodoh. Mau jungkir baling juga terserah. Mumpung Daniel tidak ada, Dea langsung naik ke lantai atas. Ia mau merebahkan tubuhnya, capek setelah resepsi kemarin saja belum istirahat. Malah harus tidur di sofa, Daniel benar-benar sungguh terlalu.
Kamar presidential suite
Dea menyalakan musik keras-keras, berjoget tidak jelas di atas ranjang. Menikmati hentakan musik yang selaras dengan jiwa mudanya. Puas mengekpresikan diri, akhirnya gadis itu tepar juga. Dea tidur karena kelelahan.
Dasar kebo, gadis itu tidur sampai malam menjelang. Sepertinya ia benar-benar kecapekan.
Pukul delapan malam, kalau bukan karena rasa lapar. Sepertinya Dea akan memilih meneruskan tidurnya.
"Jam berapa ini? Laper banget?"
Dea melirik jam yang ada di sampingnya. Ia mengosok matanya, "Buset dah, kok udah jam delapan aja!"
Gadis itu langsung mandi, mau turun ke bawah. Mau makan sekalian keluar kamar, suntuk juga seharian hanya di dalam sana. Sudah wangi, cantik. Meski tidak memenuhi standard Daniel. Dea itu cantik kok, dia seperti batu akik yang belum di poles saja.
Dengan bersenandung lirih, ia turun ke lantai dasar dan menuju lobby. Mau makan di cafe saja. Bosen menu di restaurant tempatnya menginap. Sekalian mau cuci mata.
Bukannya cuci mata, mata itu kini malah terlihat seperti sedang iritasi. Kedua mata Dea tiba-tiba memerah. Ada pemandangan yang mengusik hati. Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
liat Daniel am ceweknya pasti
2023-03-20
0
Malem Sihombing
ini aku baca udah keberapa kali tapi masih tetep ngga bosen, aku suka ceritanya, semangat kak Author
2023-01-16
1
Siti Aisyah
jgn nangis dea...tunjukan ke bar.bar an mu...jgn mau kalah sama si kudanil kampret itu
2022-12-07
0