***********
Bukan Zona Bocil .... !!!
"Apakah kau sudah mencintaiku?" tanya Rian, Velia berbalik, tatapan matanya bertemu dengan mata biru milik Rian. Ada debaran aneh yang ia rasakan. Namun ia belum bisa memastikan itu cinta atau bukan.
"Entahlah." Jawab Velia, dia mulai memiringkan wajahnya dan mengecup bibir Rian yang hangat."
Keduanya saling membelit kan lidah dan bertukar Saliva. Rian membawa tubuh Velia ke kasur king size nya. Ciuman mereka semakin dalam. Rasanya panas tubuh mereka menjalar begitu cepat membakar jiwa mereka.
Rian menciumi seluruh wajah Velia sebelum dia turun mengecup, dan mengh*sap leher jenjang istrinya. Tangannya bergerak aktif mere*mas kedua bola padat berisi di dada Velia. Des*han dari Velia semakin membuat nafas Rian seakan sesak. Ia buru-buru melepas semua kain yang menempel di tubuh Velia. Dan juga kain yang menempel ditubuhnya.
Rian duduk diantara kaki jenjang Velia, dan siap melesakkan pusaka miliknya. Saat ujung pusaka milik Rian menyentuh gerbang inti tubuh Velia, tiba-tiba pintu di gedor dari luar.
"Mami, papi kenapa pintunya dikunci." Teriakan Zafrina melengking di luar Pintu. Rian seketika menjatuhkan tubuhnya di samping Velia karena pusakanya seketika lemas tak bertenaga. Putrinya benar-benar perusak suasana. Dia harus mencari tau cara mengatasi putrinya pada Gerry. Jika tidak rencananya untuk membuat Velia segera hamil akan gagal.
Velia menutupi tubuhnya dengan Selimut. Ia berjalan ke kamar mandi sambil meraih bathrobe di meja samping sebelum kamar mandi.
Rian memakai kembali bajunya dan menyingkirkan pakaian Velia. Rian lupa jika belum ada baju ganti untuk istrinya itu.
Rian segera membuka pintu jika tidak putrinya akan membuat telinga seluruh penghuni mansionnya berdengung.
"Ada apa sayang, kenapa berteriak?" tanya Rian.
"Papi, Oma bilang katanya papi sama mami lagi buat dedek bayi. Ina mau lihat." Ujar gadis itu. Rian benar-benar kesal dengan ibunya.
Nyonya Santika yang mendengar aduan cucunya justru malah sembunyi dan meminta pengasuh mengambil Zafrina.
"Mami sedang lelah sayang. Jadi mami tidak bisa." Kata Rian. Wajah Zafrina tampak kecewa.
"Bagaimana kalo besok mami, papi sama Ina jalan-jalan?" tawar Rian, mata gadis kecil itu langsung berbinar bahagia.
"Mau papi." Kata Zafrina.
"Ya sudah kalo gitu Ina ikut mbaknya ya. Papi mau istirahat. Ina ga boleh ganggu ya." Kata Rian dengan lembut. Gadis itu pun menurut dan pergi dari kamar Rian bersama pengasuhnya.
Rian mendatangi kamar ibunya. Ia mengetuk pintu dengan keras. Nyonya Santika keluar dengan wajah pias. Ia tahu pasti putranya sangat marah saat ini.
"Mama bisa ga sih ga usah pengaruhi Zafrina dengan kata² itu. Sejak kemarin anak itu selalu merengek minta adik bayi. Dan sekarang dia ganggu Veli yang mau istirahat gara² adik bayi. Sebenarnya mau mama apa? Kalo mamah kaya gini terus jangan salahkan Rian kalo Ina akan Rian bawa tinggal di mansion Rian."
"Kamu itu bisanya cuma ngancam mama. Mama juga ga tau kalo si Zafrina bakalan gangguin kalian. Lagian kamu juga nikah ga bilang sama mama. Kamu udah ga anggap mama dan papa ada iya? dua kali nikah sembunyi - sembunyi terus." Kata nyonya Santika ikut meledakkan emosinya.
Rian menyugar rambutnya frustasi.
"Rian nikah gara-gara digrebek warga mama puas." Jawab Rian dengan wajah datar.
"Maksud kamu?"
"Iya Rian digrebek warga waktu Velia ngasih tumpangan ke Rian." Kata Rian.
Wajah nyonya Santika seketika memerah menahan tawanya. Nasib putranya benar-benar sial. Tapi tunggu mereka tidak nampak seperti pasangan yang terpaksa menikah.
"Kamu pasti bohong. Ini akal-akalan kamu saja kan?" Nyonya Santika menatap putranya penuh selidik.
"Terserah mama mau percaya atau tidak." Kata Rian putus asa.
"Jelas mama ga akan percaya baik kamu atau Velia terlihat saling mencintai." Ujar nyonya Santika.
Wajah Rian berubah cerah. "Maksud mama Velia kelihatan mencintai Rian?"
"Itu sudah jelas. Kalo dia masih merasa terpaksa pasti wajahnya akan lusuh seperti baju ga disetrika." Kata nyonya Santika.
Rian langsung kembali ke kamarnya mencari Velia. Hatinya begitu senang mendengar perkataan ibunya. Meskipun gadis itu belum mau mengakuinya ia akan berusaha membuat Velia tidak bisa jauh darinya."
.
.
.
Velia merebahkan tubuhnya masih dengan bathrobe tanpa memakai CD dan b*ra. Karena dia tidak membawa apa² selain uang cash yang ada di tasnya.
Dalam mimpinya Velia kembali dibuat terbang melayang. Saat ia merasakan belaian di paha mulusnya.
Nafas Velia semakin memburu saat sesuatu memasuki inti tubuhnya. Velia membuka mata merasakan sesak di inti tubuhnya. Ia terkejut melihat Rian tersenyum miring seraya memacu tubuhnya.
"Kau .."
"Ada apa darling? aku hanya menyelesaikan apa yang tadi tertunda." Kata Rian terus bergerak memacu tubuh Velia dengan tempo cepat. Tak ada lagi protes dari Velia. Kini hanya suara des*han yang saling bersahutan. Velia ikut menggerakkan tubuhnya mengikuti hentakan Rian.
"Aah sayang .. ini sempit sekali." Desah Rian.
"Faster baby .." Desis Velia, Rian semakin bersemangat memacu tubuh Velia yang kini menjadi candunya. Tak lama tubuh Velia menegang disusul Rian dengan ******* panjangnya. Bibit unggulan telah menyebar di rahim Veli. Rian berharap Velia bisa segera hamil.
Rian membelai rambut Velia yang lembab karena keringat. Ia mengusap kening dan leher Velia yang bercucuran keringat.
Velia membuka matanya menatap Manik biru keabu-abuan yang membuat ia selalu tenggelam dalam pesona suami dadakannya itu. Velia mendekat dan memagut bibir Rian dengan lembut.
"Terimakasih .." Ujar Velia.
"Untuk ..?" alis Rian mengernyit.
"Untuk semua pengalaman yang tak terlupakan ini." Kata Velia. Rian tersenyum dan mulai menghimpit tubuh Velia lagi.
"Berterimakasih lah dengan benar." Rian kembali menguasai pertempuran hingga tengah malam. Mereka melewatkan makan malam karena menikmati penyatuan mereka yang berulang-ulang.
Velia bergerak gelisah perutnya terasa lapar. Rian membuka matanya. Ia melihat jam di dinding pukul 2 malam.
"Ada apa sayang?" tanya Rian.
"Aku lapar .." Ujar Velia memegangi perutnya yang terasa sakit.
"Ah .. aku lupa kau memiliki asam lambung akut. Tunggu disini sebentar. Aku akan membuatkan mu sesuatu jangan turun dari ranjang." Kata Rian, ia bergegas memakai piyamanya. Rian turun kebawah mengambil obat untuk Velia di kotak obat. Ia membuat sandwich dengan cepat karena tak ingin membuat Velia terlalu lama menunggu.
"Maaf aku hanya membuatkan dirimu sandwich. Ini untuk menunda lapar. Sebelum itu minum obat ini." Ujar Rian menyodorkan obat dan juga air putih hangat untuk Velia.
"Bagaimana apakah perutmu sudah lebih baik?" tanya Rian dengan nada cemas.
Velia merasa ini seperti mimpi, pria arogan dulu yang ia temui berubah menjadi sosok yang sangat lembut dan penyayang."
"Ini sudah lebih baik. Terimakasih suamiku." Ujar Velia mengecup pipi Rian.
⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅
Maklumin kalo sering telat up.
Jangan lupa vote, like dan komen guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Taengo
gkgkgkgk
2025-03-27
0
Nur Bahagia
wkwkwk 🤣
2024-09-20
0
ira
Ngadon trs biar cpt jadi dedek bayinya 🙈🤭🤭🙈
2024-05-07
0