"Cepat katakan apa maumu?" Ujar Velia geram saat Rian tak kunjung melepaskan tangannya.
"Turuti semua kemauanku. Atau aku akan datangkan ayahmu kemari. Agar kau semakin dikurung seperti cerita Rapunzel." Ujar Rian tentu saja dia tau kisah-kisah seperti itu karena setiap Zafrina menginap selalu minta dibacakan kisah dongeng para princess.
"Apa Rapunzel? ha .. ha .. ha" Velia tertawa, sedang Rian sudah memasang wajah garang. --- muka kaya preman bacaannya Rapunzel." Ejek Velia. Rian yang tak terima mendapat hinaan dari gadis itu pun menarik tangan Velia hingga gadis itu membentur dada bidang Rian.
Kini tidak ada lagi jarak diantara keduanya, Velia dapat merasakan hembusan nafas Rian tepat berada di atas kepalanya. Velia mendongak sesaat tatapan mereka bertemu. Seakan tersihir oleh pesona Rian, tatapan Velia terkunci pada mata biru keabu-abuan milik Rian.
Rian mendekatkan wajahnya kearah Velia. Lalu berbisik "Tutup mulutmu agar serangga tidak masuk kedalamnya." Seketika Velia tersadar, wajahnya memerah malu bukan main.
"Apa maumu, cepat katakan dan pergi dari sini." Setelah Velia mengatakan hal itu. Tiba² hujan lebat turun. Memang sedari tadi cuaca disana sudah mendung.
Rian menyeringai. "Kau harus membiarkanku menumpang disini."
"Tapi .." telunjuk Rian sudah menempel di bibir tipis merah muda Velia.
"Diam, atau aku akan buat kau menyesal." Ancam Rian.
Entah mengapa Velia langsung terdiam. Bukan karena takut. Saat ini, berdua dengan pria arogan ini membuat hati Velia tiba-tiba berdebar tak karuan.
"**** ada apa denganku? kenapa aku membiarkan pria arogan ini mengaturku." Batin Velia.
Rian mengitari dalam rumah itu. Rumah yang begitu nyaman dan tenang. Rian menyukainya.
"Aku mau ke kamarku, kau silahkan berbuat apapun yang kau mau." Kata Velia. Lagi-lagi ucapannya akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Dan benar saja, Rian mengekor dibelakang Velia saat gadis itu masuk ke kamarnya Rian langsung ikut menyelinap masuk.
"Sebenarnya apa maumu?" tanya Velia sangat emosi. Namun Rian tetap santai menanggapinya.
"Tidak ada, aku hanya mengikuti saranmu untuk berbuat semauku." Kata Rian. Velia terdiam dia sudah kehabisan kata-kata. Ia memijit pelipisnya yang mendadak terasa pusing. Pasti gula darahnya naik.
"Apa kau baik² saja?" tanya Rian melihat Velia terpejam sambil memijat pelipisnya.
"Diamlah .." Kata Velia. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa memperdulikan Rian yang terus menatapnya.
Di rumah itu sebenarnya ada 2 orang yang selalu datang untuk membersihkan rumah itu. Dan pulang saat sore hari. Velia membeli rumah itu agar memiliki waktu sendiri. Dia gadis kaya yang tidak suka foya-foya. Dia gadis yang apa adanya dan tidak suka berpura-pura.
Velia tertidur karena merasa lelah. Berbeda dengan Velia, Rian justru mendekat ke arah ranjang dan memandang gadis itu.
"Gadis yang unik. Kau bahkan sama sekali tak memperdulikan bahaya yang saat ini mengintaimu.
Rian keluar dari kamar itu dan mencari kamar lain. Dia juga butuh istirahat. Setelah menghubungi Asistennya Rian masuk ke salah satu kamar dan membaringkan tubuhnya disana. Keduanya terlelap. Namun mereka tidak menyadari jika mereka telah melanggar aturan di tempat itu.
.
.
.
"Apa kamu yakin dengan yang kamu katakan Gus?" tanya pak lurah.
"Yakin sekali pak. Rumah yang sering di bersihkan Mak Ijah itu kan pemiliknya perempuan. Dan tadi perempuan itu masuk rumah sama laki-laki ganteng kaya bule. Wong saya lihat sendiri mereka turun dari taksi berbeda. Ya kan Jon?" Ucap Bagus, mencoba meyakinkan pak lurah.
"Betul begitu Jon?" tanya pak lurah.
"Iya pak." Jawab Joni.
"Ya sudah ayo bawa pak Bukhori sekalian. Jika mereka terbukti belum menikah. Kita nikahkan saja sekalian. Jangan sampai kampung kita kena kutukan karena membiarkan hal seperti ini terjadi." Kata pak lurah. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada di balai warga itu langsung berbondong-bondong mendatangi rumah Velia. Sedang gadis itu tak tau sama sekali jika sebentar lagi nasibnya akan berubah.
.
.
.
"Gimana pa? apa sebaiknya kita lapor polisi saja." Ujar Bianca cemas.
"Tenanglah, anak buahku sedang mencarinya. Semoga saja Velia tidak pergi jauh." Kata Tuan Daniel.
"Aku juga tidak habis pikir dengan tingkah putri kita. Apa sebaiknya kita nikahkan saja Velia." Kata Bianca.
"Kau tau sifatnya sangat keras menuruni sifat ayahku. Jika kita memaksanya bukankah akan membuatnya semakin membenci kita." Ujar Daniel.
Tanpa mereka tau sebentar lagi mereka akan segera mendapatkan kejutan dari putrinya.
.
.
.
Rian yang sedang tertidur merasa terusik dengan suara gedoran pintu. Begitu juga Velia, ia terbangun karena suara gedoran pintu yang tak kunjung berhenti.
Rian dan Velia keluar dari kamar masing-masing dengan wajah bantal mereka. Kerah kemeja Rian bahkan terbuka 3 kancing memperlihatkan dada bidang nan berbulu yang begitu seksi. Velia sama sekali tak memperhatikan penampilan Rian. Dengan masih mengucek matanya Velia membuka pintu diikuti Rian dibelakangnya.
"Masya Allah .." Ucap beberapa ibu-ibu yang melihat dada Rian yang berbulu tampak begitu menggoda.
Velia kaget melihat kerumunan orang berada diluar rumahnya. Seketika rasa kantuknya menghilang, perasaan Velia menjadi was-was.
"Ada apa ini bapak-bapak ibu-ibu semuanya? kenapa kalian berkumpul di rumah saya." Tanya Velia.
Pak lurah maju, didampingi pak Bukhori selaku pemuka agama dikampung tersebut dan juga berprofesi sebagai seorang penghulu.
"Maafkan kami mengganggu istirahat Anda nona .." Pak lurah pun belum begitu hafal nama Velia.
"Saya Velia pak." Ujar Velia --- silahkan masuk dulu pak." Velia membukakan pintunya lebar-lebar. Beberapa perwakilan masuk ke rumah Velia dan sebagian pulang. Rian yang belum terlalu mengenali situasi kehidupan di kampung hanya mengekor.
"Begini nona, apakah anda tahu aturan di kampung ini?" tanya pak lurah. Velia menggeleng.
"Di kampung ini dilarang tinggal bersama satu atap dengan orang yang bukan mahramnya. Jika hal itu terjadi kalian harus dinikahkan." Ujar pak lurah.
"Maaf saya belum mengerti maksud anda pak. Menikah?"Jawab Velia, dia bisa menangkap gelagat tak mengenakkan. Velia mulai cemas.
"Apakah mas bule ini suami nona Velia?" tanya pak Bukhori, dan Velia menggeleng. Semua memandang Velia dan Rian bergantian lalu berseru.
"Astaghfirullah .." Ujar semua yang ada disana kecuali Velia dan Rian yang masih menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kalau begitu kami akan nikahkan kalian sekarang juga. Kami tidak ingin kampung ini terkena kutukan gara-gara ulah kalian." kata Pak lurah. Dan semua yang ada disana mengangguk kecuali kedua orang itu.
Duar ..!! suara petir membahana dari luar.
Velia terdiam, ia tak dapat berkata apa-apa lagi. Bibirnya mendadak kelu. Lelucon apa lagi ini? batinnya.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Ayo ayo semangat donk kasih likenya. jangan bolong-bolong. Ditunggu Vote dan hadiahnya juga guys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Taengo
gkgkkgkgkg
2025-03-26
0
Muawanah
🤣🤣🤣 next aahh
2025-01-28
0
Warni Arni
🤣
2025-01-26
0