Velia sampai di cafe tempat janjian bertemu sahabatnya. Ia duduk di tempat biasanya dan memesan latte sambil menunggu sahabatnya datang.
Tak butuh waktu lama sahabat Velia datang bersama pacarnya.
"Seriusan mau kabur Vel?" tanya Dina sahabat Veli.
"Iya, udah cepet mana duitnya." Kata Velia tak sabaran.
"Iya sabar dulu kenapa sih?" Dina geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang tak sabaran itu. Ia membuka tasnya dan mengeluarkan amplop coklat yang berisi uang.
Velia langsung mengambil amplop itu tanpa basa-basi. Dia harus bergegas agar tidak tertangkap orang suruhan ayahnya.
"Pesan aja sesuka kalian, aku yang bayar. Waktuku ga banyak. Jadi cepetan." Kata Velia sesekali matanya melirik ke kiri dan ke kanan seperti maling yang takut ketahuan.
"Kamu mau kabur kemana?" tanya Dion pacar Dina.
"Maaf Yon, aku ga bisa kasih tahu kamu. Yang jelas aku harus pergi sekarang. Jangan lupa kabari aku kalo papa atau mamaku menghubungi kalian." Kata Velia, ia memeluk sahabatnya lalu bergegas pergi dari kafe itu.
.
.
.
Rian terus memikirkan caranya mempermalukan Velia, sampai dering ponselnya berbunyi. Menampilkan nama si pemanggil.
"Papi .." Rengek Zafrina saat video call tersambung. Wajah menggemaskan putrinya sungguh membuatnya tak ingin berlama-lama jauh dari gadis kecilnya.
"Ada apa sayang?"
"Papi lupa ya sama janji papi?" Ujar Zafrina kesal.
"No, papi tidak lupa. Tapi papa Gerry tidak memberi ijin sama papi, untuk membawa Zafrina liburan sayang."
"Kata papa Gerry boleh, asal papi bawa mami buat Ina." Rengek gadis itu. Lagi-lagi rival si*alannya itu mengompori putrinya yang suci.
"Sayang, papi harus cari mami yang benar-benar bisa sayang sama kamu. Papi ga bisa sembarangan memilih orang."
Wajah gadis kecilnya mulai berkaca-kaca.
"Papi ga sayang sama Ina, papi ga pengen deket-deket Ina ya? Papi jahat .. " Ujar Zafrina mulai menangis.
Inilah yang dibenci Pria itu. Melihat wajah polos itu menangis. Syarat dari Gerry benar-benar membebani dirinya. Ditambah putrinya yang sudah tidak sabaran ingin tinggal dengannya. Membuat Rian mengacak rambutnya kasar.
Wajah Zafrina sudah berganti menjadi wajah cantik nan teduh Dian. Wanita itu tersenyum. Rian masih saja sering di buat terpesona oleh kecantikan mantan istrinya itu.
"Maaf ya mas, Zafrina seperti itu." Kata Dian.
"Tidak apa-apa Dian. Terimakasih, dan tolong bujuk dia agar tidak marah kepadaku." Ujar Rian. Setelah itu ia mematikan sambungan teleponnya.
Rian mengusap wajahnya, ia benar-benar frustasi. Semua orang mendorongnya untuk menikah. Tapi jujur saja Rian sebenarnya enggan menikah lagi. Bukan karena apa, tapi rasanya Rian sungguh tak membutuhkan pendamping lagi.
.
.
.
Velia duduk di halte. Penampilannya kali ini jauh dari kata mewah. Dia hanya memakai celana panjang jeans dan kaos oblong longgar.
Setelah mencegat taksi Velia berniat mampir dulu ke sebuah mall.
"Veli .." Tegur pria yang mengikutinya tadi.
Velia menoleh menatap pria itu. Wajah Velia berbinar saat melihat Pria yang sempat disukainya ada di depannya.
"Hai kak Michael." Balas Velia.
Michael menatap Velia seperti mangsa yang sangat menggiurkan. Apa lagi gadis itu terkenal kaya raya dan memiliki banyak uang.
"Mau kemana Vel?" tanya Michael basa-basi. Velia awalnya ingin berbasa basi sebentar dengan Michael namun matanya tanpa sengaja melihat rekan bisnis papanya yang beberapa waktu lalu bertingah menyebabkan hingga akhirnya membuatnya dihukum.
"Aku sedang ada urusan kak. Maaf aku buru-buru." Kata Velia, matanya sesekali melirik pria yang berada tak jauh darinya.
Pria itu juga sebenarnya sudah melihat Velia. Ia terkejut melihat penampilan Velia yang berbeda dari saat pertama mereka bertemu.
Michael memegang tangan Velia. "Tunggu Vel, mau kemana kamu?"
"Lepasin kak," Velia meronta-ronta. Tapi karena cengkeraman tangan Michael begitu kuat Velia tak bisa melepaskan diri. Ia diseret Michael ke sudut dekat tangga darurat.
Tangan Michael mengunci kedua tangan Velia keatas. Wajah keduanya sudah sangat dekat. Velia menoleh ke kiri saat Michael hampir mencium bibirnya.
"Kak, jangan seperti ini."
"Kenapa, bukankah kau menyukaiku?" Ujar Michael berbisik di telinga Velia membuat bulu kuduk Velia merinding.
Velia menoleh menatap tajam Michael. Ia tak menyangka jika pria yang sempat disukainya dulu ternyata hanyalah pria ba*jingan.
"Sebenarnya apa maumu?" kini nada bicara Velia mulai terdengar geram.
"Tentu saja aku ingin dirimu dan tentu saja uangmu beb, aku dengar kau pergi dari rumah. Pasti kamu bawa uang kan?"
Rian mengawasi keduanya dari jarak yang sedikit jauh. Ia akan bertindak saat pria itu berbuat lebih jauh pada wanita menyebalkan itu.
Velia tersenyum miring mendengar permintaan Michael. "Dasar parasit." Gumam Velia dan Michael masih dapat mendengarkan ucapannya Velia baru saja.
"Lihat posisimu nona. Kau sudah terpojok." Kata Michael menekan tubuhnya pada Velia.
Velia seketika melayangkan tendangan mautnya ke pusaka Michael. Hingga pria itu terhuyung sangking merasakan kesakitan. Rian sampai menutup pusakanya sendiri dengan tangannya membayangkan tendangan itu.
"Lihat dulu siapa lawanmu bung." Velia merapikan dirinya. Ia menghampiri Michael yang masih berguling-guling merasakan sakit yang teramat sangat. Ia mengeluarkan lima lembar uang merah dan melemparnya ke wajah Michael.
"Ini kompensasi untukmu. Jangan sekali-kali mencari masalah denganku." Kata Velia menepuk-nepuk pipi Michael.
.
.
.
Rian mengikuti kemana Velia pergi. Ia jadi penasaran dengan gadis itu.
Rian melupakan tujuannya datang ke mall itu, ia berencana membeli hadiah untuk Zafrina. Namun gerak gerik Velia membuatnya curiga pada gadis itu.
"Mau kemana dia?" batin Rian. Ia pun masuk ke dalam taksi dan meminta supir taksi mengikuti taksi di depannya yang berisi Velia.
"Pacarnya ya mas?" tanya supir taksi pada Rian.
"Iya .. " Jawab Rian sekenanya.
Rian berinisiatif menghubungi Daniel ayah Velia. Karena taksi yang mereka tumpangi menuju luar kota.
"Maaf mengganggu anda tuan Daniel." Ujar Rian begitu sambungan terhubung.
"Ada apa tuan Rian? apakah ada sesuatu yang penting."
"Aku hanya ingin menanyakan, jam berapa besok anda dan putri anda akan datang?" tanya Rian.
"Maafkan saya tuan Rian. Sepertinya saya tidak jadi menemui anda besok. Karena putri saya kabur dari rumah. Anak buah saya sedang berusaha mencarinya." ujar tuan Daniel tak enak hati pada Rian.
"Oh baiklah jika begitu." Kata Rian langsung mematikan sambungannya. Dia tersenyum miring. Matanya tak berhenti menatap taksi yang terus berjalan meninggalkan ibukota.
"Bingo .." Ucap Rian mendapat ide. Semoga ide yang ia dapat bisa menyelesaikan semua masalahnya.
Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam taksi yang ditumpangi Velia berhenti di sebuah rumah yang bisa dibilang paling megah diantara bangunan yang lain. Rian ikut turun tak jauh dari rumah itu. Saat Velia memutar kunci rumah itu tangannya dipegang oleh Rian.
"Eh apa-apaan ini?" ujar Velia marah, namun saat ia menoleh ia terkejut melihat Rian yang menyeringai.
"Hai .."
"Ka-kamu ..!" seru Velia tergagap. bagaimana bisa pria itu ada disini. Ditempat persembunyiannya yang paling aman."
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Hay jangan lupa like komen dan Vote, beri hadiah juga untuk Velia dan Rian ya.
Love you all 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Nur Bahagia
duh ngapain pake di kasih duit 🤦♀️
2024-09-20
0
Nur Bahagia
muncul penjahat kelamin
2024-09-20
0
Sanjaria Abubakar
sudah dua kali baca tidak bosan
2024-06-12
1