Duduk di first class dan menikmati perjalanan selama 17 jam ke negara Paris. Sena dibuat tercengang dan begitu bahagia.
Di sebuah ruangan yang yang cukup besar, ia dan Hanan duduk bersebelahan dan menikmati berbagai pelayanan.
Kata Hanan, Bagas duduk di belakang mereka.
Ini adalah pertama kalinya Sena naik pesawat seumur hidup, tapi kegugupannya hilang seketika saat Hanan mengajaknya duduk disini. Tempat yang tidak pernah ia bayangkan.
"Kamu suka?" tanya Hanan dan Sena hanya bisa mengangguk dengan riang. Tak ada kata-kata yang bisa ia ucapkan untuk menggambar kebahagiaannya.
Bahkan Sena sampai melupakan masalahnya di kampung. Kemarin saat ia mengirim uang pada sang ibu, Sarni mengatakan jika kondisi sang ayah makin parah. Darah tinggi yang diderita sang ayah makin sering menyerang.
Sesaat, masalah itu membuat Sena begitu sedih, terlebih ia tak ada disana untuk merawat sang ayah.
Tapi kini, berada didekat Hanan membuatnya melupakan semua itu, ayah yang sakit pun tak diingatnya lagi.
"Perjalanan masih panjang, jika lelah tidurlah," ucap Hanan saat mereka sudah terbang selama 5 jam.
"Memangnya sejauh itu ya sayang ke Paris?" tanya Sena polos, dipikirnya jika menggunakan pesawat, ke Paris hanya membutuhkan waktu 2 atau 3 jam.
"Masih butuh waktu 12 jam lagi untuk sampai di Paris," jelas Hanan apa adanya, tapi Sena seolah tak percaya. Gadis itu sedikit mencebik dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Bohong," desisnya pelan dan mendengar itu Hanan terkekeh, ise usil mulai muncul dikepalanya.
"Hitunglah kalau tidak percaya, tapi kalau kata-kataku benar, hemmm," ucap Hanan menggantung, ia menyipitian matanya dan menatap nakal pada Sena.
"Iih, apasih," kesal Sena, ia melipat kedua tangannya didepan dada.
Hanan terkekeh, namun tawanya mereda saat melihat sang gadis yang mendadak murung.
"Kenapa?" tanya Hanan lebih serius.
Sena tak langsung menjawab, ada rasa yang masih mengganjal dihatinya tentang hubungan ini.
Namun untuk memperjelasnya, Sena tak punya cukup keberanian.
"Aku mau dipeluk," pinta Sena dengan wajah memelas.
Mendengar itu Hanan tersenyum. Lalu merubah tempat duduk mereka menjadi tempat tidur, serta mengambil bantal dan selimut di bagasi bagian atas.
Keduanya tidur, dengan saling memeluk erat.
Sesaat hanya ada keheningan, Hanan dan Sena sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mencari ketenangan dengan memeluk semakin erat.
"Sen," panggil Hanan memecah keheningan.
"Hem," jawab Sena singkat pula, ia menghirup aroma tubuh Hanan dalam-dalam. Aroma yang membuatnya begitu tenang. Jika boleh ia ingin sekali memiliki Hanan sepenuhnya, utuh dalam sebuah ikatan yang jelas.
"Kenapa? kenapa kamu tidak mau melakukan itu lagi denganku?" tanya Hanan pelan, ia bahkan menciumi pucuk kepala Sena dengan sayang. Wanita yang membuatnya tak tertarik pada wanita lain, Hanya Sena lah yang selalu ia inginkan.
Melihat Sena, ia bisa melupakan semua dendam. Hatinya begitu damai, bahkan sampai melupakan bagaimana sakitnya ditinggalkan oleh Airin.
Sena tidak langsung menjawab, ia mendongak dan menatap lekat kedua mata Hanan. Sena bahkan dengan berani menjangkau bibir itu lebih dulu, menyesapnya begitu dalam, menyalurkan semua cinta.
Ya, Sena yakin seyakin yakinnya, jika kini ia sudah mencintai Hanan. Bukan hanya terbiasa dengan sentuhan, tapi semua perlakuan Hanan membuatnya luluh.
Kedua mata Sena bahkan tertutup saat ia menciumi bibir Hanan, berharap Hanan bisa merasakan cinta tulusnya melalui ciuman itu.
Setelah puas, Sena melepaskan pagutannya.
Dengan napas yang memburu, keduanya kembali saling tatap. Kini, Sena sudah berada diatas tubuh Hanan, menindih setengah tubuhnya.
"Apa aku boleh meminta?" tanya Sena setelah deru napasnya kembali normal.
"Apa?" tanya Hanan, ia merapikan beberapa rambut Sena ke kebelakang telinga.
Ragu untuk menjawab, Sena menggigit bibir bawahnya cukup kuat. Hingga bibir itu berubah jadi begitu merah.
"Nikahi aku dulu, setelah itu kita bebas melakukan apapun," jawab Sena lirih, setelah mengatakan itu ia bahkan menurunkan pandangannya. Menghindari tatapan Hanan.
Ada dua hal yang mungkin bisa terjadi di benak Sena atas permintaannya itu, pertama Hanan akan langsung mencampakkannya karena meminta seuatu hal yang mustahil. Kedua, Hanan akan tetap memakai jasanya, namun tak ada lagi kehangatan yang akan ia rasa.
Mendengar permintaan Sena, Hanan tersenyum tipis. Tapi sayangnya Sena tak menyadari senyuman itu. Di bayangan Sena, saat Hanan berwajah bengis.
Menikahi Sena, memang sesuatu yang sudah jadi keputusan Hanan. Tapi bukan sekarang, tidak saat ia masih bersama Lora.
"Lihat mataku," titah Hanan, dengan rasa takut Sena kembali menatap mata itu.
"Aku akan menikahimu, tapi tidak sekarang," jelas Hanan apa adanya.
Mendengar itu, dada Sena bergemuruh, merasa bahagia meskipun kebahagiannya belum utuh, karena ada kata-kata 'Tapi tidak sekarang'.
Sena mencoba memahami, karena pernikahan bukanlah perkara gampang. Ia pun tak bisa memaksakan kehendak Hanan.
"Aku janji," terang Hanan serius, ia bahkan membuat kedua jarinya membentuk huruf V.
Melihat itu, Sena mencebik. Malah seperti main-main.
"Jangan berjanji, tapi lakukan," ketus Sena lalu bergerak menjauh. Kembali berbaring namun dengan menciptakan jarak.
Hanan terkekeh, dengan cepat kini ia yang menindih Sena.
"Kamu tidak percaya?" tanya Hanan dan Sena menggeleng, ia bahkan masih enggan untuk membalas tatapan Hanan.
"Bagaimana caranya agar kamu percaya?" tanya Hanan dengan raut wajah sungguh-sungguh.
Mendengar itu, Sena langsung menatap manik hitam milik sang daddy.
"Caranya, jadikan aku sebagai kekasih, bukan sugar baby lagi, lalu beri tahu aku lebih banyak tentang kehidupan sayang," jawab Sena dengan menggebu dan Hanan mengulum senyumnya.
"Sensen, maukah kamu jadi kekasihku?" tanya Hanan dan Sena mencubit lengan Hanan.
Ya nggak gitu juga, batin Sena dengan memutar bola matanya, jengah.
Hanan terkekeh dan Sena mencebik.
"Baiklah kekasihku, pulang dari sini aku akan mengajakmu bertemu dengan mama," jawab Hanan.
Belum sempat menjawab, Hanan sudah membungkam mulut mungil itu dengan ciumannya. Menelusupkan lidahnya masuk lebih dalam, melilit dan menyesapnya masuk ke dalam mulutnya sendiri.
Dan diatas awan itu, keduanya kembali menyatu. Mengulang percintaan hebat mereka dulu kala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Ida Ulfiana
kataanya nunggu d halalin sen kok udh sekrng menyatu lg
2024-10-10
0
Hamimah Jamal
kurang hot author adegannya😂
2024-01-05
0
Amel Munthe
namanya juga cerita romansa dan bacaan 21+ wajar thor banyak adengan iya iya,,klo ada yg ga suka mending mundur deh,,jgn julid di kolom komentar author nanti jadi ketahuan anda yg julid munafik,,,😍🤣😍
2023-04-29
6