Setelah Hanan pergi dari hotel itu, sang mata-mata suruhan Lora langsung meminta tuannya untuk datang kemari.
Bak gayung bersambut, usahanya memata-matai Hanan berhasil total. Apalagi saat mengetahui kamar itu tidak terkunci dan di dalam sana ada seorang wanita yang sudah tak bertenaga, ambruk diatas sofa tanpa sehelai benangpun.
Pastilah keduanya sudah menghabiskan malam bersama.
Dengan menyeringai, pria suruhan Lora itu duduk disana.
Hingga tak lama setelahnya, Lora datang dengan diselimuti apa amarah.
"Menjijikkan, siram wajahnya," titah Lora dengan tatapan sengit. Ia mengepalkan tangannya kuat menahan amarah. Semenjak menikah, Hanan belum pernah sekalipun memyentuhnya apalagi menyetubuhiya. Mengetahui Hanan sudah menghabiskan malam dengan wanita lain membuat ia murka.
Jujur saja, ia pun begitu merindukan sentuhan Hanan.
Byur!
Seember air dingin disiram dengan keras ke wajah wanita itu. Seketika si wanita terbangun, berulang kali ia mengusap wajahnya yang basah dan mencoba sadar.
Bibirnya tersenyum tipis, saat menyadari dihadapannya kini ada seorang wanita yang begitu ia tahu, Lora istri dari Hanan, pria yang sudah membuatnya begitu puas malam ini.
"Dasar ******!" kesal Lora saat melihat wanita itu tersenyum tipis. Ia menjambak rambut si wanita tanpa ampun. Perut buncitnya sama sekali tak menjadi penghalang untuk melampiaskan amarahnya.
"Menjijikkan, berani-beraninya wanita sepertimu menyentuh suamiku! dasar tidak tahu diri, binatang!" sentak Lora tanpa ampun, ia bahkan membenturkan kepala sang wanita di pinggiran sofa.
Sang wanita tak melawan, terlebih saat melihat ada seorang pria bertubuh besar yang menatapnya dengan tatapan tajam, anak buah Lora.
"Cuih!" Setelah puas, Lora meludahi wanita itu.
Merasa terhina, sang wanita akhirnya mengangkat wajah yang sudah lebam itu. Tersenyum meremehkan Lora.
"Harusnya anda berterima kasih padaku Nyonya, Tuan Hanan begitu puas dengan pelayananku. Kata beliau, tubuh anda tidak membuatnya bernafsu," ucap si wanita sambil membusungkan dada. Dada yang masih terbuka.
"Wanita sundal!" geram Lora dan melayanglan tamparan keras di wajah itu.
Bukannya merintih, si wanita malah terkekeh.
"Kasihan sekali Anda, aku yang bukan siapa-siapa saja bisa menikmati tubuh beliau. Ah, rasanya begitu nikmat," rancaunya.
Pengaruh obat itu ternyata masih ada, obat yang membuatnya berhalusinasi. Obat yang diberikan oleh Zaki pada Hanan.
"Laknat! silet wajahnya!" geram Lora, ia mengepalkan tangannya kuat dan segera berlalu dari dalam kamar hotel itu.
"Sialan!" umpatnya sambil terus melangkah pergi.
"Apa yang mau kamu lakukan? ingin merusak wajahku?" tanya si wanita pada pria suruhan Lora.
"Sebelum merusak wajahku, tidak inginkah kamu menikmati tubuhku?" rayunya dengan begitu menggoda.
Melihat tak ada lagi Lora disana, pria itu membawa sang wanita masuk ke dalam kamar, 1mulai memuaskan hasratnya sendiri.
30 menit kemudian.
Ting!
Sebuah pesan masuk ke ponsel Lora, pria suruhannya tadi mengirimkan beberapa foto wajah wanita itu yang sudah tercabik-cabik.
"Nikmatilah wajah buruk rupamu itu," gumam Lora, ia melempar ponselnya diatas ranjang dengan asal.
Lalu mulai mengganti baju dengan lingeri tipis dan mulai memperhatikan tubuhnya di dalam pantulan cermin.
"Kehamilan sialan, gara-gara perut buncit ini aku jadi tidak menarik lagi," gerutunya lalu segera beralih.
Ia duduk disisi ranjang dan mencoba menghubungi Hanaf. Berharap Hanaf bisa memujinya cantik dengan baju tipis ini. Tapi sayang, nomornya malah di blokir oleh Hanaf.
"Ah! sialan!" umpatnya dengan begitu kesal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tiga minggu berlalu.
"Sensen!" panggil Hanan dengan berteriak, pagi itu ia akan mengajak Sena untuk pergi ke Paris.
Sekedar berlibur untuk menyenangkan sang baby yang sudah menghangatkan tiap malamnya.
"Apa sayang?" tanya Sena, ia keluar dari dalam kamar dan menghampiri Hanan. Tadi malam, Hanan tidak tidur disini. Katanya pulang ke rumah sang ibu.
Sudah 3 hari ini pula, Hanan meminta Sena untuk memanggil dengan sebutan Sayang. Sena hanya bisa menurut, meskipun tiap kali mengucapkan kata itu ada desiran aneh dihatinya.
Bergemuruh, merasa gugup.
"Hari ini tidak usah ke kantor, ikutlah denganku ke Paris. Bukankah kamu ingin melihat menara Eifel?" tawar Hanan sambil menarik pinggang Sena. Mendekapnya erat dan menciumi aroma vanila sang baby, aroma yang masih kental tercium karena Sena baru saja selesai mandi. Bahkan rambutnya pun masih setengah basah.
Tak langsung menjawab, Sena malah memperlihatkan wajah murung.
"Mana bisa seenaknya saja seperti itu, bisa-bisa aku dipecat oleh ibu Yoana," cebik Sena, terlihat begitu menggemaskan di mata Hanan.
Yoana tidak akan bisa memecatmu, batin Hanan seraya tersenyum tipis.
"Tenanglah, aku sudah meminta izin untukmu. Sebenarnya, ibu Yoana memintaku untuk menemui kliennya di Paris. Kita tidak hanya pergi berdua, ada satu karyawan lagi yang pergi bersama kita, Bagas namanya," terang Hanan setelah berpikir mencari-cari alasan. Terpaksa, ia mengajak Bagas untuk ikut bersama mereka.
"Benarkah?" tanya Sena dengan mata yang mulai berbinar, pergi ke Paris rasanya hanyalah sebuah mimpi. Meskipun ia sudah memiliki uang, tapi ia tetap tidak berani untuk pergi kesana seorang diri.
Takut tersesat dan malah tidak bisa kembali.
"Benar sayang, kalau tidak percaya kamu bisa menghubungi ibu Yoana," jawab Hanan yakin dan senyum Sena langsung terukir.
Saking bahagianya, Sena sampai berbuat impulsif, ia mencium bibir Hanan sekilas dan memeluk tubuhnya dengan begitu erat.
"Terima kasih sayang," ucap Sena yang wajahnya tenggelam di dada Hanan.
Mendapati perlakuan manis seperti itu, Hanan tersenyum. Membalas tak kalah erat pelukan Sena.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Sena menatap lekat wajah seorang pria yang kata Hanan bernama Bagas.
Seolah wajahnya tak asing, tapi Sena lupa pernah melihatnya dimana.
"Kenapa?" tanya Hanan heran, saat dilihanya Sena terus memperhatikan Bagas.
"Tidak apa-apa Pak," jawab Sena kikuk.
Bagas yang melihat tingkah lugu Sena hanya mengulum senyumnya. Sena tidak tahu, jika Bagas sudah mengetahui semuanya. Tahu jika Sena adalah sugar baby sang atasan.
Tapi seolah tak terjadi apa-apa, disini Sena memanggil Hanan dengan sebutan Pak.
"Bagas, sambil menunggu teleponlah ibu Yoana, katakan kita sudah berangkat," titah Hanan, mencari alasan untuk mengusir Bagas.
Tahu dia diusir, Bagas hanya mengangguk patuh lalu bangkit dari duduknya dan menyingkir. Meninggalkan kedua orang itu berdua duduk bersebelahan di kursi tunggu.
"Jangan melihat pria lain dengan tatapan seperti itu, aku tidak suka," ucap Hanan setelah Bagas menjauh.
Sadar sudah melakukam kesalahan, Sena menarik tangan Hanan dan menyembunyikanya di bawah syal. Menggenggam erat tangan itu dibawah sana.
"Maaf sayangku," jawabnya dengan berbisik, tepat ditelinga Hanan.
Dua kata itu, berhasil meluluhkan rasa cemburu Hanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Dari
hanya di novel2 cem gini nih jd belain pelakor dgn segala pembenaran nya 🤣🤣🤣 tergantung kasus nya deng... 🤭🤣🤣🤣
2024-10-26
1
She Jutex MImi
syukaaaa bgt wlpn sena sm hanan djalur yg salah krn hanan sudah beristri tp hububgan mereka sejauh ini g melulu soal ranjang.... sweet deh...g ky crt sugar yg lain
2023-04-06
1
Imas Maela
jangan jgan macm" sena nanti km dapet hukuman
2022-12-13
0