Selesai makan malam, Hanan membawa Sena ke sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota Jakarta. Lantai paling atas gedung itu, semunya disewa Hanan hanya untuk Sena.
"Ambilah apapun yang kamu suka," ucap Hanan saat keduanya sudah sampai di salah satu toko.
"Tapi Mas_" jawab Sena ragu.
"Tidak ada tapi-tapian, jika kita pulang dengan tangan kosong, aku akan menghukummu. Hukuman gang paling yang menyenangkan," Desis Hanan tepat ditelinga Sena, hingga gadis ini merasa kegelian.
Sena, sudah memutuskan untuk memanggil Hanan dengan sebutan Mas, disepanjang jalan kesini tadi, Sena sudah berlatih mengucapkan satu kata itu, harus jelas dan lugas. Karena jika ragu-ragu, Hanan langsung meremati semua tubuhnya yang menonjol.
Baju, sepatu, tas, skincare, cincin berlian, semuanya sudah Sena dapatkan. Tiga jam mereka berkeliling untuk membeli itu semua, Hanan sedikitpun tak merasa lama. Ia menikmati tiap waktu yang dihabiskannya dengan Sena.
Ia malah sering tersenyum, tiap Sena mencebik ketika disuruh berbelanja.
Hanan tahu, Sena tak menyukai belanja berlebihan seperti ini. Tapi Hanan hanya ingin memerakan perannya sebagai sugar daddy, ia ingin membahagiakan Sena dengan semua harta yang ia punya.
"Sudah Mas, Sena capek,"
Tak langsung menjawab, Hanan menarik pinggang Sena dan menjatuhkan sebuah ciuman di bibir ranum itu. Sudah sedari tadi ia ingin menyesap bibir ini.
Cukup lama, bahkan Sena pun membalas cukup dalam ciuman itu. Sena berani membalas ciuman itu, karena di lantai ini hanya ada mereka berdua saja.
Decapan terdengar jelas saat Hanan melepas pagutannya, lalu tersenyum dan mulai menghapus jejak-jejak yang barusan ia buat.
"Aku ingin sekali menyentuhmu kembali, apa boleh?" tanya Hanan dengan mata yang berkabut.
Mendadak Sena jadi takut, ia bahkan langsung mendorong dada Hanan untuk menjauh. Tapi Hanan tak tinggal diam, ia kembali menarik Sena dan mendekapnya lebih erat.
"Baiklah, kenapa?" tanya Hanan lagi, ia tahu Sena menolak.
Ditanya seperti itu, Sena hanya bisa menunduk. Jika boleh meminta, ia ingin sekali meminta Hanan untuk menikahinya jika ingin melakukan hubungan itu lagi, penyatuan kedua mereka.
Tapi Sena cukup sadar diri untuk meminta hal sebesar itu, Hanan terlalu kaya untuk menjadikannya seorang istri, gadis dari kampung, pikir Sena dengan wajah yang terus menunduk.
Hanan lebih pantas mendapatkan gadis yang lebih baik darinya, gadis yang sama-sama berasal dari kota.
Pelan, Sena menggeleng, matanya sudah mulai berkaca-kaca, ia tahu Hanan kecewa. Dan mengecewakan Hanan, ia nerasa begitu sedih.
"Tidak apa-apa Mas, aku hanya tidak ingin melakukannya lagi. Aku akan merasa bersalah pada diriku sendiri jika melalukan itu lagi," jawab Sena apa adanya, ya, setelah penyatuan dulu itu, rasa bersalah pada dirinya sendiri adalah yang paling kental terasa.
Mendengar itu Hanan tersenyum, namun senyumnya tak dilihat oleh Sena.
"Baiklah, aku tidak akan memaksa, sekarang angkat wajahmu," ucap Hanan yang hasratnya sudah mulai mereda. Ia tersenyum dan menatap kedua mata Sena lekat.
Tatapan yang begitu teduh, merasakan itu Sena pun ikut tersenyum.
"Ayo, aku akan mengajakmu ke satu tempat lagi," ajak Hanan setelah cukup lama keduanya hanya saling tatap dan merasakan debaran yang nyata satu sama lain.
Hanan, kembali menarik tangan Sena untuk mengikuti langkahnya.
Mereka berdua naik ke atap gedung pusat perbelanjaan itu. Di atas sana angin malam langsung menyapa keduanya. Mata Sena berbinar saat melihat disini ternyata begitu indah.
Ada beberapa lampu yang menjadi penerangan mereka, bahkan ada api unggun ditengah-tengah sana, lengkap dengan sofa yang terlihat begitu nyaman dan selimut tebal.
Di meja juga ada beberapa lilin, bunga dan makanan ringan dan buah-buahan.
"Mas menyiapkan ini semua?" tanya Sena tak percaya, rasanya ini adalah kejutan terindah yang pernah ia dapatkan seumur hidup, diperlakukan seistimewa ini.
Pelan, Hanan mengangguk, "Pelayanan sugar daddy," selorohnya dengan terkekeh.
Sementara Sena hanya menanggapinya dengan sebuah cubitan kecil di lengan sang sugar.
Keduanya duduk di sofa itu sambil memeluk, mereka bahkan berbagi selimut untuk menghangatkan tubuh keduanya.
Menatap langit yang terbentang luas, malam ini tak ada bintang ataupun bulan, langit itu bersih dan membiru.
"Kamu bahagia?" tanya Hanan dan Sena membalasnya dengan pelukan yang semakin mengerat. Sena menyembunyikan wajahnya di dada bidang itu.
"Sangat bahagia," jawab Sena sambil menciumi aroma tubuh Hanan, aroma yang akan selalu menjadi candunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
andi hastutty
Halalin
2024-09-21
0
Imas Maela
halalin dlu hanan..
2022-12-13
3
Sony Sondang
ungkapkan saja keinginanmu sen biar hanan bisa mengambil sikap dan mengerti..
2022-10-25
1