Jangan lupa Like, Komen, Vote dan Hadiah, terima kasih 😗😗
Happy Reading 💚
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sensen!" teriak Hanan dari ruang tengah.
Tadi Sena memintanya untuk menunggunya di luar, sementara ia hendak berganti baju dan bersiap ke kantor.
"Iya Om," sahut Sena dari dalam kamar, buru-buru ia mengambil ponselnya yang tergeletak asal di atas ranjang, lalu bergegas keluar.
Dengan tergesa, ia menghampiri Hanan.
"Ayo Om," ajak Sena kemudian.
Hanan langsung bangkit dari duduknya, namun tak jadi melangkah saat melihat penampilan Sena. Hanan, memperhatikan lekat-lekat penampilan gadis ini, dari atas sampai bawah.
Memakai baju setelan hitam putih, khas karyawan baru. Pakaiannya yang tidak terlalu mencolok. Dandanan tipis-tipis yang membuatnya terlihat semakin manis, tapi ada satu yang membuatnya merasa tak nyaman.
"Kalau belum masuk ruang pemeriksaan, gerai kan saja rambutmu," ucap Hanan, ia lalu mendekat dan menarik ikat rambut Sena yang seperti ekor kuda.
Menjadikannya tergerai, ia pun bertanggung jawab merapikan rambut itu dengan kedua tangannya.
Cemberut, Sena menatap tak suka,"Kenapa memangnya?" tanya Sena dengan bibir yang mengerucut.
Rambutnya masih disisir-sisir oleh jemari Hanan.
"Disini ada kiss mark buatan ku, semakin ku lihat semakin aku ingin buat yang baru," jujur Hanan sambil menyentuh leher sang baby dan makin membuat Sena cemberut.
Mesum, batin Sena, namun tak berani bersuara.
"Ayo berangkat," ajak Hanan setelah dirasa rambut Sena sudah rapi kembali.
Gadis ini mengangguk kecil dan Hanan menarik tangannya agar mengikuti langkah.
"Nanti, kita makan siang di luar ya?" ajak Hanan saat mereka baru keluar dari pintu apartemen, jika dilihat-lihat, mereka persis seperti keponakan dan pamannya.
"Tidak usah Om, nanti aku makan siang dengan Rara," tolak Sena sambil bergelayut manja di lengan Hanan.
Entahlah, tubuhnya secara otomatis membuat gerakan seperti itu.
Bukannya risih, Hanan malah semakin senang. Ia bahkan mengelus pucuk kepala Sena dengan sayang.
"Rara?" tanya Hanan, mereka berhenti didepan lift yang masih tertutup. Menunggu agar lift itu terbuka.
"Iya, teman satu devisiku," terang Sena jujur.
"Em, baiklah. Ku pikir setelah Felli pergi, kamu belum menemukan teman yang baru," jawab Hanan kemudian.
Tadi pagi saat Hanan selesai mandi, Sena sudah menceritakan semuanya tentang ia dan Felli. Tentang kejadian semalam yang membuatnya begitu ketakutan.
Hanan mendengarkan dengan antusias, seolah ia tidak tahu apa-apa. Bahkan Hanan mengatakan, jika keputusan Sena untuk ikut dengannya adalah keputusan yang tepat.
Tak hanya itu, Hanan juga makin menakut-nakuti Sena tentang Jakarta.
Jadi jangan percaya siapapun selain aku, jangan pergi kemanapun tanpa aku, ucap Hanan waktu itu saat hendak menenangkan Sena.
Dan kalimat itu berhasil membuat Sena mengangguk patuh.
Ting!
Pintu lift terbuka, dan keduanya masuk ke dalam sana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sampai di basement kantor, Sena turun lebih dulu. Gadis ini mengendap-ngendap keluar dari area parkir perusahaan itu, berjalan menuju tempatnya bekerja seperti seorang maling.
Bagaimana tidak merasa takut, sebelum turun dari dalam mobil tadi, Hanan kembali menciumi bibirnya.
Rasa takut ketahuan makin membuatnya gelisah.
"Sena!" panggil Rara dan langsung membuat Sena tersentak, saking terkejutnya ia sampai memegangi dada.
"Ya Ampun Ra, ku kira siapa," lega Sena saat melihat yang memanggilnya adalah Rara. Ia begitu takut jika itu adalah Yoana.
Dengan cengir kuda, Rara berdiri dihadapan Sena. Salah dia sih memang, tadi memanggil dengan sedikit berteriak.
"Maaf," ucap Rara tapi dengan wajah yang tanpa dosa.
Dan belum sempat Sena menjawab, Rara langsung menarik Sena untuk mengikuti langkahnya yang tergesa.
"Hampir aja lupa!" keluh Rara.
"Ayo kita cepet kerja Sen, hari ini bos besar sama atasan-atasan mau inspeksi langsung," timpal Rara lagi dan buat Sena bingung sendiri.
"Inspeksi langsung?" tanya Sena dengan tubuh yang ditarik-tarik Rara.
Dengan buru-buru Rara menjelaskan, sebagai karyawan lama. Rara lebih banyak tahu, sayangnya ia tidak memiliki nomor ponsel Sena, hingga semalam ia tak bisa memberitahukannya.
Tiap enam bulan sekali, Presiden Direktur dan semua jajarannya akan melakukan inspeksi langsung. Mengawasi secara langsung semua tenaga kerja, baik tenaga kerja orang ataupun mesin-mesin yang digunakan. Mereka juga akan memeriksa kualitas produk yang dihasilkan.
"Oh," jawab Sena mulai paham.
Namun beberapa detik kemudian, ia menelan Saliva nya dengan susah payah. Ketika menyadari, mungkinkah akan ada Hanan di sana?
Membayangkan itu, Sena jadi ketar-ketir sendiri.
Membuatnya bekerja dengan konsentrasi yang terbagi.
Dan benar seperti kata Rara, sekitar jam sepuluhan. Sang Presdir dan beberapa jajarannya memasuki ruang pengawasan.
Panas dingin, Sena memperhatikan. Dia berdiri di bagian paling belakang, bersebelahan dengan Rara.
"Itu Presdir kita Sen," bisik Rara memberi tahu, sesosok pria tampan yang terlihat sudah berumur. Mungkin sekitar umur 40 tahunan, berdiri di bagian paling depan dan mendengarkan penjelasan kepala devisi pengawasan, pak Surya.
"Ganteng ya? istrinya juga cantik banget, namanya ibu Nadia, sudah punya anak 2, anaknya ganteng-ganteng pula," bisik Rara lagi dengan gaya gemas, membayangkan kedua anak sang presdir yang masih remaja.
"Eh iya, bos besar kita itu namanya pak Hanaf," terang Rara lagi masih dengan berbisik, meski Sena tak pernah sekalipun bertanya, namun lidahnya begitu geli ingin memberi tahu.
Rasanya jika ada teman bergosip akan lebih seru, selama ini rekan kerja Rara rata-rata wanita dewasa yang sudah berkeluarga. Kedatangan Sena, ia begitu senang. Mereka hanya terpaut usia 2 tahun, Sena 20 dan Rara 22, sama-sama singel. Dan satu lagi, Rara menolak di panggil Mbak.
Sena, sebanyak apapun Rara berbisik padanya, tak ada satupun yang ia pedulikan. Mata dan pikirannya sibuk mencari-cari seseorang yang bernama Hanan.
Lama memindai dan ia tak menemukan yang dicari.
Untunglah bukan om Hanan yang jadi presdir, batin Sena sedikit lega. Dan makin lega lagi, saat melihat tak ada wajah Hanan diantara orang-orang penting itu, hanya ada wajah Yoana yang ia tahu.
Sena semakin yakin, jika Hanan hanyalah seorang Asisten manajer. Jika begini, rasanya hubungan mereka tidak akan sulit.
Tersenyum, Sena merasa lega.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu, dilantai atas. Hanan duduk dengan santai di kursi kebesarannya, wakil presiden direktur.
"Setelah ini, pak Hanaf pasti akan menemui Anda," terang Bagas, sang sekretaris pribadi. Ia berdiri diseberang meja Hanan.
Pasalnya, inspeksi langsung ini adalah kegiatan wajib bagi para petinggi perusahaan, namun Hanan sengaja tak menghadiri itu, tanpa ada izin ataupun memberikan alasan.
Bahkan Hanan pun tidak datang pada rapat yang diadakan sebelum inspeksi langsung itu dilaksanakan.
Dan mendengar ucapan Bagas itu, Hanan benar-benar tak peduli. Biarlah sang kakak yang menjadi Presiden Direktur, namun ia yang berkuasa, pikirnya.
"Aku memang ingin membuatnya datang kesini," jawab Hanan dingin.
Dan Bagas begitu tahu apa alasannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Alfia Amira
kasih foondesen dong om
2024-06-16
0
Hamimah Jamal
kisah Hanan jadi teka teki..👍🔥
2024-01-04
1
Ney Maniez
🤔🤔🤔🤔
2023-06-14
0