Jangan lupa ya gais, Like, Komen, Hadiah, Vote 😂😂😂
Happy reading 😘
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sen, kenapa wajahmu terlihat lebih gugup daripada wajahku?" tanya Felli sambil memegangi wajahnya sendiri.
Keluar dari ruangan Yoana, ia dibuat bingung sendiri dengan sahabatnya itu. Wajahnya memerah, bergerak gelisah dan wajahnya begitu gugup.
"Apa kata ibu Yoana?" tanya Sena mengalihkan, menutupi kegugupannya dengan pertanyaan pula.
Bagaimana tidak gugup, ciuman Hanan berhasil membuat bibirnya terasa kebas. Bahkan tubuhnya terasa tersengat listrik tegangan tinggi, ah! berulang kali Sena menggeleng kecil, ingin melupakan ciuman mereka beberapa saat lalu.
Dilihatnya Felli yang tak langsung menjawab, malah menunjukkan wajah murung.
"Kenapa?" tanya Sena sekali lagi.
"Ayo sambil jalan ceritanya," ajak Felli sambil menggandeng tangan Sena.
"Kenapa tanganmu dingin?" tanya Felli heran.
"Aku tadi habis dari toilet," kilah Sena buru-buru, lalu dengan cepat Felli melepaskan genggamannya itu.
"Jijik," keluh Felli kesal dan Sena hanya mampu tersenyum kikuk.
"Apa kata ibu Yoana?" tanya Sena untuk yang kesekian kali.
"Aku dipindahkan Sen, ibu Yoana memberikan dua pilihan, mau ke Palembang atau ke Malang."
Mendengar itu, Sena bergeming. Masih berada di samping Felli namun ia merasa begitu jauh, seolah jarak itu sudah membentang.
"Kenapa? kenapa kamu dipindahkan? lalu aku bagaimana? aku sendirian disini?" tanya Sena bertubi, cemas sendiri dengan perasaan takutnya, sampai melupakan perasaan Felli.
"Harusnya aku yang mengeluh, kenapa malah kamu yang bersedih,"
"Aku takut Fell kalau disini sendirian, apalagi harus kos sendiri. Kalau aku ketindihan setan gimana? siapa yang membangunkan ku," rengek Sena lebih parah.
Sena memang sering sekali ketindihan, bermimpi tentang setan dan tidak bisa bangun, meski ia sudah membaca semua surat al-quran dan berteriak sekuat mungkin.
Malah tubuhnya semakin terasa berat dan tak bisa bergerak.
"Hii!" kesal Felli sambil menangkup wajah Sena dengan kedua tangannya. Niatnya ia yang ingin mengeluh, tapi kini malah Sena yang merengek.
"Aku di sana juga sendirian, aku juga takut kalau kos sendiri, karena itu aku pilih yang di Palembang. Di sana, aku bisa tinggal sama Bude Dar," jelas Felli dan Sena makin ingin menangis.
"Lalu aku bagaimana? apa aku minta dipindah juga ya?" rengek Sena dengan mata yang mulai berkaca-kaca, sungguh, tanpa Felli ia tak berani tinggal sendirian di Jakarta.
"Jangan!" jawab Felli cepat.
"Kita ini karyawan baru, jangan banyak minta dan jangan banyak ulah. Ikuti saja perintah ibu Yoana, insya Allah kita lama berkerja disini," terang Felli bijak dan Sena tak bisa menjawab lagi.
Hening sejenak, hanya terdengar helaan napas keduanya yang berat.
"Kapan kamu pindah?" tanya Sena lirih.
"Sekarang juga," jawab Felli tak kalah lirih.
Air mata itu lolos begitu saja, di koridor kantor itu, mereka saling memeluk. Berpelukan erat, sama-sama menggeleng, tak ingin berpisah. Tapi mereka tak punya kuasa untuk melawan kenyataan.
"Sudah, jangan nangis, kamu baik-baik disini ya, selalu kirim kabar denganku," ucap Felli sesenggukan dengan melerai pelukan.
Pelan, Sena mengangguk. Ia sudah tak bisa berkata-kata.
Siang itu juga, Felli langsung meninggalkan perusahaan ExstraFood, bahkan Sena tidak ikut membantunya berkemas di kos kosan dan tidak pula mengantar kepergiannya kembali ke Palembang.
Pihak perusahaan mengantar Felli langsung menggunakan mobil kantor.
Belum ada semenit Felli hilang dari pandangannya, namun hati Sena sudah terasa kosong.
"Bismilah," gumam Sena pelan, memulai sendiri kariernya disini, tanpa ada Felli lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tepat jam 4 sore, Sena mengirim pesan pada Hanan, mengatakan jika ia sudah bersiap untuk pulang.
Hanan yang masih berada di kantornya tersenyum ketika membaca pesan itu.
Sensen:
Om, aku pulang.
Pesan singkat yang tidak ada romantis-romantisnya.
"Gas, malam ini buat sedikit keributan di kos-kosan Sena," titah Hanan pada Bagas.
Saat ini mereka memang masih membahas beberapa pekerjaan. Yoana sedang kembali ke meja kerjanya untuk mengambil Fax.
"Baik Pak," jawab Bagas patuh.
"Bagaimana dengan Lora?" tanya Hanan lagi, sambil mengambil pena yang sempat ia lepas.
"Nyonya selalu mengintai anda Pak, beliau belum sadar juga jika anda sudah mengetahui semuanya," jelas Bagas dengan sedikit menunduk, jika sudah membahas Lora, biasanya Hanan selalu lepas kendali. Kemarahan yang tak bisa dikendalikan.
"Jangan biarkan dia tahu tentang Sena,"
"Baik Pak," jawab Bagas tegas.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sampai di kos-kosannya, Sena langsung mengunci pintu rapat-rapat. Tak ada Felli benar-benar membuatnya merasa takut sendiri.
Bukan hanya tentang setan, tapi juga orang-orang yang berniat jahat.
Kos-kosannya ini bukanlah kosan elit yang punya penjagaan. Hanya kosan biasa, bahkan sering pula orang asing kulu kilir masuk kesini.
Setelah melepas sepatu, Sena menghidupkan musik di ponselnya untuk menciptakan suara-suara, agar tidak terlalu sepi.
Ia mandi dengan pintu yang terbuka.
"Semoga tidak mati lampu," desis Sena takut-takut.
Selesai mandi, ia memutuskan untuk langsung makan. Tadi, ia sudah membeli nasi bungkus.
Hanya terus berkutat di kamar kecilnya itu, bermain ponsel hingga akhirnya kantuk datang.
Namun baru sejenak ia terlelap, Sena dikagetkan dengan ketukan pintu yang menggebu.
Dok dok dok!
Dok dok dok!
Tersentak, Sena langsung bangun dan menarik selimutnya tinggi-tinggi.
"Sayaang, buka pintunya!" teriak seorang pria yang entah siapa, terus berteriak dan mencoba masuk ke kamar Sena.
Saat itu juga, Sena langsung menangis tersedu.
"Ya Allah, itu siapa?" rengeknya dengan isak tangis.
"Sayaang!" teriak orang itu lagi dan makin membuat Sena ketakutan.
Dengan sisa-sisa keberaniannya, Sena mencoba menghubungi ibu kos, namun sayang, malam itu nomor ibu kos tidak aktif.
Pria itu terus berteriak dan tak ada pula yang menghentikan.
Sena hanya mampu meringkuk ketakutan.
Hingga dirasa, ponselnya yang masih berada digenggaman bergetar. Dilihatnya diantara deraian air mata.
Seperti keajaiban, Hanan menelpon.
Seolah menemuka harapan untuk meminta tolong, Sena buru-buru mengangkat panggilan itu.
"Om, tolong Sena," ucap Sena setelah menerima panggilan itu.
Di ujung sana, Hanan tersenyum.
"Tunggulah aku," ucap Hanan lalu memutus panggilan.
Cukup lama Hanan terdiam di dalam mobil yang sudah sedari tadi terparkir di depan gerbang kosan Sena, memberikan waktu agar semuanya terlihat lebih nyata.
Hingga 15 menit kemudian ia turun.
Memukuli sang pria yang terus mengetuk kamar Sena dan meminta gadis itu untuk keluar.
"Ikutlah denganku," ajak Hanan sesaat setelah Sena masuk ke dalam dekapannya dengan isak tangis.
Diambang pintu kos-kosan itu, Sena memeluk Hanan erat.
"Iya Om," jawabnya menurut.
Sekarang, hanya Hanan seorang lah yang bisa membuatnya merasa tidak takut, merasa tidak sendirian dan lebih tenang.
Malam itu, Sena ikut bersama Hanan ke sebuah apartemen. Apartemen yang dulu menjadi tempat pertemuan pertama mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Hannan, bener2 sansan, di buat baby bisa bikin baby
2024-11-28
0
aphrodite
ketindihan si Om kamu mah😂😂
2024-10-16
0
andi hastutty
Hem kelakuan istrinya ngga baik tapi kenapa ngga di cerai saja
2024-09-21
0