Pagi itu, nampak balai desa begitu ramai.
Sena mengintip dari balik jendela kamarnya, memperhatikan dengan terheran-heran.
"Ada apa sih?" gumamnya penasaran, namun tak ada niat untuk melihat. Barusan saja, ia selesai memijat kaki sang ayah, dan kini Sena merasa kelelahan.
Ia memutuskan untuk kembali menutup gorden dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Berbaring di atas kasur yang sudah lepek.
Brak!
Baru memejamkan mata, pintu kamarnya langsung dibuka.
Seketika mata Sena terbelalak, apalagi saat melihat sang kakak sepupu, Felli, masuk dengan tergesa dan langsung menghambur kearahnya.
"Sena, ayo ke balai Desa," ajak Felli antusias dengan mata yang berbinar, kini gadis barbar ini sudah tengkurap di sebelah Sena.
"Memangnya ada apa sih? kenapa orang-orang berkumpul d balai desa, padahal tidak ada pengumuman apapun," jawab Sena apa adanya, biasanya tiap ada peristiwa penting, akan ada pengumuman melalui speaker di kantor desa, hingga semua warganya bisa mendengar sekaligus.
"Iihh kudet!" ledek Felli dengan kesal.
"Ada penerimaan karyawan baru di perusahaan ternama dari Jakarta, bahkan orang yang tidak punya ijazah pun bisa ikut. Duh! kalau kita juga daftar pasti langsung diterima," terang Felli antusias.
"Baru kemarin kita memutuskan untuk kembali bekerja di Jakarta, dan Tuhan langsung mengabulkannya dalam semalam. Ah, terima kasih ya Allah," ucap Felli penuh syukur.
Mendengar itu, Sena langsung bangkit dari tidurnya, berubah jadi posisi duduk.
"Beneran? tidak bohong? perusahaan apa? terus kita jadi apa?" tanya Sena beruntun.
"Ituloh, perusahaan supermi, mie enak, mie mantap, mie sedap, itu semua dibuat perusahaan itu," terang Felli sambil menerka-nerka.
"Perusahaan ExstraFood?"
"Nah iya itu!" jawab Felli yakin."
ExstraFood adalah perusahaan ternama di Indonesia, bukan hanya Jakarta. Bahkan di kota-kota lain pun, berdiri cabang-cabang perusahaan itu, termasuk di Palembang.
"Jangan kebanyakkan mikir, ayo kita ke balai desa," ajak Felli lalu menarik Sena untuk bangkit.
Kedua gadis ini lalu menuju balai desa yang tempatnya tak jauh dari rumah Sena. Dengan sedikit berlari, melewati beberapa kubangan air dan kerikil di jalanan.
Sampai di sana, Sena dan Felli langsung menerobos kerumunan warga desa, menyelip-nyelip agar bisa sampai di depan.
Ternyata, di sana ada perwakilan dari perusahaan ExstraFood, yang sedang menjelaskan prosedur pendaftaran, tes, wawancara dan penerimaannya.
Semua langkah-langkah itu akan digelar hari ini juga. Mulai jam 9 pagi ini.
Semua warga yang rata-rata anak muda begitu antusias, bahkan saat si informan menyelesaikan pengumumannya para warga langsung bergegas pulang, mandi dan bersiap-siap.
Termasuk Sena dan Felli.
Selepas kepergian 2 gadis itu, Yoana mengirimkan hasil foto jepretannya pada sang Tuan yang sedang berada di luar negeri, Singapura, untuk menghadiri perkumpulan pengusaha muda.
Di seberang sana, Hanan menatap foto itu dengan dada yang bergemuruh, seolah rindu melihat gadis yang begitu membuatnya candu.
Bahkan hanya dengan menatap foto itu,, bisa membuatnya kembali berhasrat. Kenangan malam itu kembali memenuhi seisi kepalanya.
Bahkan lidahnya masih begitu mengingat rasanya Sena.
Bibir ranum tanpa dioles-oles, juga kulitnya yang putih bersih, begitu kontras dengan rambut panjangnya yang hitam legam, tergerai asal.
Segera, Hanan keluar dari ballroom hotel itu untuk menghubungi Yoana, meninggalkan istrinya seorang diri di tengah-tengah keramaian.
Lora, hanya mampu mengepalkan tangan, dengan bibir yang tersenyum ramah pada semua orang.
"Jangan kembali ke Jakarta tanpa Sena," ucap Hanan saat panggilannya sudah terhubung.
"Baik Pak," jawab Yoana patuh.
Tanpa penutup, Hanan memutus sambungan telepon itu. Ia terus tersenyum, membayangkan Sena kembali menaiki ranjangnya, menjadi penghangat di tiap malam.
"Pak, tuan Abrar ingin menemui Anda," ucap Bagas, sekretaris pribadinya yang lain.
Masih dengan senyumnya itu, Hanan mengangguk kecil, Lalu kembali masuk ke dalam ballroom hotel.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Nomor 21," panggil salah satu panitia.
Hingga sore menjelang, serangkaian penerimaan karyawan baru perusahaan ExstraFood belum juga usai.
Setelah melewati Tes, hanya 50 orang pemuda yang lolos. Dari 50 orang itu, hanya akan diambil 10 orang yang akan di bawa ke Jakarta.
Sena dan Felli harap-harap cemas, namun mereka tetap yakin akan diterima. Pasalnya, mereka berdua memiliki ijazah yang bisa diandalkan, nilai kelulusan yang cukup tinggi.
"Nomor 22."
"Nomor 23."
"Nomor 24."
Menjelang magrib, barulah penerimaan karyawan itu selesai. Dan benar saja, Sena dan Felli masuk ke dalam 10 orang yang terpilih.
Besok pagi, mereka semua akan bergegas pergi ke Jakarta.
Kini, Sena sedang mengemas baju-bajunya di dampingi oleh sang ibu.
"Mak, nanti kalau Sena sudah gajian langsung bawa bapak berobat ya, sama doker Anwar aja Mak, jangan di bidan Lia," ucap Sena sambil melipat-lipat baju.
Tak langsung menjawab, Sarni ibu Sena mengulas senyum kecil di bibirnya.
"Gaji mu jangan di kirim semua, sisakan juga untuk tabunganmu," jawab Sarni sendu.
Sedikit merasa bersalah, karena kini anak gadisnya yang menjadi tulang punggung keluarga. Penghasilannya sebagai pedagang tak seberapa, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beli beras, bumbu dapur dan bayar listrik.
"Iya Mak, aku juga nabung kok. Mamak tenang saja," jawab Sena dengan cengir kuda.
Sesaat, hatinya teriris, kala mengingat uang yang diberikannya pada sang ibu bukanlah uang halal. Namun Sena bisa apa? bahkan bangkai pun bisa jadi halal jika keadaannya memaksa.
Kini, Sena mencoba melupakan semua kejadian buruk di masa lalu. Mencoba melupakan semua sentuhan di malam itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya.
Jam 7 pagi, rombongan Sena mulai berangkat ke Jakarta.
Untuk keluar dari kampungnya itu, mereka semua menggunakan perahu kecil dengan mesin pendorong di belakang kapal, perahu Ketek namanya.
Suaranya begitu berisik dengan goncangan yang begitu keras. Bagi Sena dan semua temannya itu adalah hal yang biasa, tapi tidak dengan para karyawan ExstraFood.
Bahkan ada seorang wanita cantik yang muntah saat itu, Yoana.
Kalau bukan karena perintah pak Hanan, aku tidak akan mau naik perahu ini. Batin Yoana pilu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Siang harinya.
Rombongan Sena sampai di perusahaan ExstraFood.
Gedung tinggi bagaikan pencakar langit.
Setelah meletakkan barang-barangnya di brangkas karyawan, mereka semua langsung dipisah sesuai Divisinya masing-masing. Ada yang di bagian produksi, pengemasan, gudang dan juga pengiriman.
Sedangkan Sena dan Felli dibawa ke Devisi pengawasan. Tugas mereka hanya ikut berkeliling mengawasi mesin-mesin yang otomatis membuat berbagai jenis makanan. Bukan hanya Mie, namun juga ada Nugget dan berbagai jenis makanan kaleng.
"Sena, ikutlah saya sebentar, ada beberapa berkas yang belum anda tangani kemarin," ajak Yoana.
Sena dan Felli langsung saling pandang, sedikit takut ketika mereka harus di pisahkan.
"Baik Bu," jawab Sena, lalu memasang wajah sedih pada Felli. Ya, mau tidak mau mereka harus berpisah. Di dunia kerja, mereka memang harus dituntut mandiri.
"Tunggu disini," ucap Yoana saat sudah sampai di sebuah ruangan.
Ruangan yang Sena yakini sebagai ruangan penyambut tamu penting.
Ruangan yang cukup besar, lengkap pula dengan meja dan sofa, dengan canggung Sena duduk di sana.
"Sensen," panggil seorang pria dan langsung membuat Sena terbelalak.
Terkejut.
"Om," desisnya pelan pada pria yang baru membuka pintu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
LapauPakee
sipp
2025-03-10
0
Katherina Ajawaila
ya ketemu Dady
2024-11-28
0
andi hastutty
Wah ketemu lagi
2024-09-21
0