"Tangan Om disini," Sena menggurui, menuntun kedua tangan Hanan untuk bersandar di atas sandaran sofa.
"Nah begitu," putus Sena yakin, ia lalu melanjutkan niatnya, membuka baju Hanan.
Diperlakukan seperti itu, Hanan mengeram kesal.
"Sebenarnya kamu mau melakukan apa? melepas bajuku?" tanya Hanan dan Sena mengangguk cepat.
"Kamu terlalu lamban dan sangat amatir," ucap Hanan setelah menindih tubuh gadis ini.
Sena menggeleng pelan, dalam hatinya ia berteriak Tidak!
Namun ia tak bisa lari lagi, apalagi saat Hanan sudah menyerangnya tanpa ampun.
Dan setetes air mata Sena mengalir jatuh di atas ranjang.
Perih yang ia rasakan di bawah sana tak seberapa sakit, ketimbang rasa kecewanya pada diri sendiri. Hanya demi uang, ia rela disetubuhi pria asing.
Sekali ini saja Sen, sekali ini saja. Batin Sena, demi menghilangkan rasa bersalah.
Malam itu, keduanya terus beradu, bahkan Sena menurut saat Hanan memintanya untuk mengambil alih kendali. Hanan tak pernah merasa puas, seperti orang yang kehausan, ia terus meneguk Sena untuk menghilangkan dahaganya.
"Jadilah simpanan ku Sen, aku akan memberikan semua yang kamu minta," tawar Hanan ketika mereka telah selesai melakukan penyatuan.
Hanan sudah duduk disisi ranjang, sementara Sena masih tertidur diatas ranjang. menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut tebal.
Pelan, Sena menggeleng.
"Tidak Om, terima kasih," tolaknya dengan sisa-sisa kesadaran.
"Pikirkan dulu tawaranku, baru menjawab. Aku akan memberikanmu waktu,"
"Tidak Om, terim kasih," tolak Sena lagi dengan merintih.
"1 bulan, pikirkanlah dalam waktu 1 bulan. Karena setelah lewat waktu itu, aku sudah tidak kuat menahan hasrat ku," Hanan masih belum menyerah, karena baginya, tubuh Sena begitu candu.
Alami yang belum pernah ia dapatkan.
"Tidak Om, terima kasih," tolak Sena lagi dan Hanan malah terkekeh.
"Kamu keras kepala ya? apa aku harus memuaskan mu agar kamu tertarik?" ucap Hanan menggoda, berbisik tepat ditelinga.
Sena tak menjawab, ia sudah diambang batas. Kesadarannya nyaris melayang.
Dan seperti kata-katanya, Hanan lalu memuaskan Sena dengan permainannya.
"Ampun Om."
"Aku puas," lirih Hanan, beberapa keringatnya jatuh mengenai dada polos Sena yang sedang naik turun.
Sedangkan Sena, sudah tak mampu menjawab.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
1 bulan berlalu.
Malam itu Sena mendapatkan uang 250 juta. Hanan benar-benar puas bahkan menginginkan tubuhnya kembali.
Harga itu dinilai pantas untuk semua rasa yang sudah disesapnya.
"Jadi gadis itu sudah tidak tinggal di Jakarta?" tanya Hanan pada sekretaris pribadinya, Yoana.
"Tidak Pak, seminggu setelah malam itu, ia kembali ke Palembang bersama sepupunya, Felli," jelas Yoana, sesuai data yang ia peroleh.
Menghela napas, Hanan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
"Apa yang dia lakukan di sana?" tanya Hanan lagi, menyelidik.
"Membantu ibunya berjualan di pasar apung, ayahnya sudah sakit-sakitan dan kakaknya tidak pernah pulang, saya rasa karena hutang-hutang mereka sudah lunas, Nona Sena tidak berniat kembali ke Jakarta," terang Yoana lagi.
"Apa semua uang itu digunakannya untuk membayar hutang?"
"Tidak Pak, hutang mereka hanya 60 juta. Sisanya masih berada di tabungan Nona Sena. Tiap bulan ia ambil 500 ribu dan diberikannya pada sang ibu,"
Mendengar itu, entah kenapa Hanan malah merasa kesal. Harusnya Sena seperti wanita-wanita yang ditemuinya selama ini, yang selalu gila harta.
Dengan begitu, ia akan dengan mudah memiliki.
"Buatlah agar Sena dan sepupunya itu bekerja di perusahaan kita," titah Hanan dan Yoana langsung mengangguk patuh.
Yoana, wanita dewasa yang sudah bekerja bersama Hanan selama 10 tahun. Baginya perintah Hanan adalah perintah mutlak, bagaimanapun caranya, akan ia selesaikan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu, di pedalaman Palembang. Ada sebuah desa dipinggiran sungai Musi. Sebagian warganya masih berjualan bahan-bahan pokok di sungai itu, pasar apung.
Sena, tinggal di desa itu bersama keluarga dan sanak saudaranya.
Dulu, setelah Sena melepas kesuciannya, Felli pun melakukan hal yang sama.
Dua gadis yang terlihat miskin ini, sebenarnya memiliki tabungan yang begitu banyak di Banknya masing-masing.
"Sen, uangmu tinggal berapa?" bisik Felli saat hendak turun dari perahu.
Menepi, karena waktu siang sudah datang, pasar apung itu hanya ramai saat pagi dan menjelang siang pasar mulai tutup.
"Tidak tahu, kenapa memangnya?" tanya Sena sambil milirik.
"Punyaku masih sangat banyak, tapi tidak bisa digunakan karena takut mamak tanya yang aneh-aneh," desis Felli dan Sena hanya tersenyum kecil.
"Bagaimana kalau kita kembali kerja di Jakarta, jadi OB tidak masalah, yang penting ada alasan untuk menggunakan uang itu," ide Felli dan Sena nampak berpikir.
Sedikit membenarkan.
Pasalnya, kini ia butuh uang itu untuk mengobati sang ayah.
"Boleh deh," jawab Sena dan langsung membuat Felli berjingkrak girang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Ibnu Rizqi
orang tua gemblung,punya hutang segunung diem diem bae ,ga tau apah ,uang itu dari mana ,kasian Sena.Jangan ya dek ya.....
2024-12-22
0
komalia komalia
kenapa dengan hanan ko mencari kepuasan sama wanita di luar kenpa dengan istri nya,bukan nya lagi hamil.
2025-01-25
0
Katherina Ajawaila
kasihan amat nasip nya
2024-11-28
0