Istri Untuk Putraku
"Kripik kripik !!!" Teriak Hawa
"Iok iok" bunyi terompet toet toet yang dipencet pencet oleh Hawa
"Kripik singkoooonnnnggg iok iok" Hawa teriak teriak memanggil pembeli
"Rasa original, rasa pedas asin, rasa pedas manis, rasa sayang sayangeeeee" Hawa terus menjajakan dagangannya dengan beriklan dan berteriak teriak, tak kenal lelah sambil menyambut para karyawan yang mulai keluar dari pabrik
Seluruh karyawan berjubel menyerbu dagangan Hawa
"Cicipin cicipin cicipin....." Teriak Hawa sambil menyodorkan kripik khusus buat cicipan
"Berapa ini mbak satu plastiknya?" Tanya salah satu karyawan yang ingin membeli dagangan Hawa
"Sepuluh ribuan mbak, ini tulisannya" Tunjuk Hawa pada tulisan yang menempel pada grobak kacanya
"Iok iok iok" Hawa terus memencet trompet klakson untuk memanggil para pembeli
"Oh maaf mbak nggak lihat" Ucap karyawan
"Nggak pa apa mbak, lihat aku aja seorang" Goda Hawa
"Aku satu mbak"
"Satu mbak"
"Satu mbak"
"Ok ok" Hawa
"Laris manis tanjung kimpuuuuulllll..... Dagangan habis, duit ngumpullllllll" Hawa selalu cablak ceria
Duit bayaran dari pembeli, ia tabok tabokkan pada kripik yang menggantung mengelilingi grobaknya
"Ini mbak duitnya" Pembeli
"Siap mbak, terimakasih ayo... dipilih dipilih dipilih.... Kripik rasa original, rasa pedas asin, rasa pedas manis, dan rasa sayang sayangeeeeee cuma sepuluh ribu aja boskuuuuuu murah meriaaaah"
"Iok iok"
"Eh iya, perkenalkan, namaku Hawa Hasnawi, panggilan kerenku Hawa. Orang bilang sih, Hawa tercipta didunia, untuk menemani sang Adam. Apakah aku harus mencari seorang pria yang bernama adam ??? ah iya, usiaku 22 tahun, dua semester lagi, kuliahku akan segera kelar"
Lanjut
"Iok iok iok"
Dagangan Hawa satu persatu, diburuh pembeli. Butuh satu jam istirahat pabrik, ludes diserbu karyawan.
"Alhamdulillah" Hawa menata duit yang acak acakan ditas pinggangnya
"Laris neng" Ucap pak Sueb pedagang buah buahan dan lotis, menghampiri Hawa sambil tersenyum
"Alhamdulillah pak, tinggal satu. Ini, buat bapak seorang" Hawa tersenyum lebar
"Wahahaha bapak dapat cipratan rejeki juga ya neng" Pak Sueb
"Iya pak... Dagangan bapak juga laku keras kan pak?" Hawa
"Alhamdulillah neng, berkat doa neng juga, dagangan bapak ludes" Pak Sueb
"Aamiin..." Hawa menangkupkan kedua telapak tangannya kewajah "Bapak, Hawa pulang dulu ya pak, mau kuliah dulu, biar cepet lulus" Pamit Sifa
"Iya neng hati hati" Pak Sueb
Tin tin
Suara klakson mobil hitam, tiba tiba keluar dari dalam pabrik
"Cekikiki bremmmm"
Bunyi tossa milik Hawa
Dug
Pantat tossa Hawa menyenggol bamper mobil
Jendela mobil langsung terbuka "Heiii !!!, Woman !!! Turun kamu !!!" Pemuda tampan keluar dari mobil " Turun !!" Tunjuk Fariz pada Hawa
"Daganganku habis bos, besok ya?" Jawab Hawa dengan polosnya. Padahal Fariz sudah keluar tanduknya
Fariz menendang Tossa milik Hawa
Duakkkk
"Turun !!!" Teriak Fariz
Pedagang yang belum pulang, semuanya takut, karena yang marah marah adalah pemilik pabrik tersebut
"Apa si bos, main tendang tendang. Sudah kukatakan, daganganku habis. Besok lagi ya boskuuu" Hawa turun dengan wajah tanpa dosa
"Saya, tidak butuh daganganmu. Tapi mobilku, sudah kamu tabrak. Lihat !!!" Hawa ditarik lengannya oleh Fariz
"Kapan aku menabraknya?" Hawa sedikit takut, karena Fariz mendelik mendelik, dan lebih takutnya, mobil sipemuda garang itu penyok bamper depannya
"Kapan kamu bilang !!!? Sini KTP mu" Ucap Fariz sambil berkacak pinggang
"Buat apa KTPku bos ?" Hawa
"Bas bos bas bos... Emang aku bos kamu !!"
Hawa membuka tas, dan mengambil Dompet
"Mana, mana KTPmu !!" Fariz
"Ya sabar...."
Usel usel, Hawa usreg mengambil KTP dari dompet
KTP sudah ditangan Hawa, tapi ragu untuk memberikannya pada pemuda garang yang ada didepan Hawa
"Sini !!" Fariz merebut KTP, lalu menjentikkan jarinya pada KTP tersebut "Bagus !! mana nomer ponselmu"
"Buat apa lagi?" Hawa menolak
"Biar kamu tidak kaburlah ! dan kamu, harus bertanggung jawab pada mobilku, yang sudah kamu tabrak" Fariz masih ngotot
"Laki laki kok begitu, nggak ada halus halusnya dikit pada wanita" Gerutu Hawa
"Ngomong apa tadi kamu !! Ha?? jawab !!"
"Dibawa kebengkel ketok magicnya bang Somad kan bisa brow" Hawa
"Apalagi kamu panggil. Bra bro bra bro. Mana ponselmu buruuu !!" Fariz
Hawa mulai mrekatak ( merinding) tengkuknya, hidup dan mati, ada ditangan pemuda garang ini
Tangan Hawa sudah dingin dan bergetar, seperti orang kelaparan dua hari dua malam
"Sini !!" Fariz sudah merebut ponsel tersayang milik Hawa
"Ini ponsel tahun berapa kacanya retak semua" Omel Fariz
"Tahun sebelum raja Fir'aun lahir" Celetuk Hawa
Fariz melirik Hawa dengan tajam
Fariz sudah memanggil dengan menggunakan ponsel Hawa
"Nih, nomermu sudah aku simpan. Jika kau sampai ganti nomer ponsel, kau akan tanggung akibatnya. Dan satu lagi, jangan berani kamu dagang didepan sini lagi. Paham !!!" Ancam Fariz
Tes
Airmata Hawa menetes
Hawa memasukkan ponsel pada tasnya. Berdiri bengong memandang pemuda yang mengancam dan mendelik delik kepadanya.
Pemuda tadi berlalu meninggalkan Hawa, masuk kedalam mobil, dan mengendarainya dengan kencang.
Hawa mengusap airmatanya kasar
Pak Sueb mendekat "Yang sabar ya neng"
Hawa mendengar pak Sueb memberi hati, langsung mewek
"Orang susah itu, nasibnya juga susah ya pak. Diinjek injek" Hawa berucap sendu
Pak Sueb mengusap punggung Hawa "Suatu saat, kau pasti menemukan jalan yang mudah neng. Orang itu, tidak akan susah terus. Pasti ada saat bahagia, tinggal menunggu giliran dan waktu" Pak Sueb menguatkan Hawa
"Dari kecil, Hawa sudah tidak dianggap oleh orang tua Hawa. Giliran gede, sama juga. Diusir sama orang. Berasa pengemis pak. Sudah ah, Hawa pulang ya pak?"
"Iya neng, hati hati" Pak Sueb
-
Hawa pulang dengan hati yang sakit. Sakit dihina, sakit dibentak bentak. Retak seperti screenguart ponselnya Hawa.
Hawa memarkirkan tossanya dihalaman rumah bu Sifa yang sangat luas halamannya. Bu Sifa adalah, orang yang menganggap Hawa seperti anak kandungnya sendiri
Tiap bulan, ia dikucuri dana, untuk sekolah Hawa. Tapi Hawa tidak tinggal diam. Ia selalu berdagang, sebisa dia, untuk menyambung hidup.
Hawa pernah diajak kerumah bu Sifa yang berada dikota sekali, tapi tidak betah. Karena disana, Hawa tidak punya teman. Apalagi, anak anak bu Sifa, semuanya cowok kembar 4 , jadi Hawa risih.
Sebenarnya, Hawa belum pernah bertemu dengan keempat putranya, dan tidak begitu kenal, apalagi hafal. Sama sekali Hawa tidak hafal.
Hawa berlari menuju rumah mendiang neneknya.
Ia melakukan kegiatan seperti mandi, melakukan ini dan itu, itu dirumah neneknya. Sedang dirumah bu Sifa, Ia hanya membersihkan dan merawat rumah mungil milik bu Sifa.
Hawa kembali berseri, ketika menaiki motor pemberian pak dokter Ilham, atau suami ibu Sifa untuknya
"Aku harus kuat. Kasihan bu Sifa dan pak dokter, jika nilai kuliahku jelek. semangat"
-
-
Hai readers... Selamat datang dinovelku berikutnya
Disarankan untuk membaca novelku sebelumnya, yang berjudul "Jodoh Sang Dokter Duda"
Jangan lupa,
Like
Vote
Tips
Dan juga komen... Semoga terhibur...
BERSAMBUNG............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Lee yeon seinaa
hahaha
2023-12-08
0
Saekhul Game
hhhhhhhhhhhhh
2023-11-17
0
maulana ya_manna
mampir lagi thor😁
2022-09-24
0