Di dalam kamar Lintang mondar-mandir binggung. Kesal, semua gaun yang ada di lemarinya telah ia
keluarkan, tapi tak ada satu pun yang cocok di hatinya.
Gaun yang ia miliki sepertinya sudah usang dan membosankan. Gadis cantik ini pun menggerutu sendiri. Karena apa yang ia miliki tak sesuai dengan kehendak hati.
Untuk meredakan rasa kesalnya, gadis ini pun perhi ke dapur untuk mengambil minum. Di dapur seketika ingatan tentang siapa kakaknya pun datang.
“Kakak kan punya butik, ngapain aku capek-capek kesal dari tadi. Berantakin isi lemari nggak jelas gini,” ucap Lintang. Senyum pun mengembang begitu saja di bibir manisnya.
Gadis cantik ini pun segera mencari ponselnya dan bersiap merayu sang kakak. Beruntungnya Nayla
langsung menjawab panggilannya.
“Kakak di mana?” tanya Lintang.
“Kakak masih di butik, Sayang,” balas Nayla.
“Kak, ntar malam temenin aku yuk,” rayu Lintang.
“Aduh gimana ya! Kakak banyak kerjaan nih.”
“Ya Kakak ma, nggak asik.” Lintang cemberut.
“Bukan gitu, Honey. Serius Kakak lagi banyak kerjaan.” Nayla masih berusaha menolak dengan
halus. Nayla sangat tahu bagaimana adeknya. Tukang ngambek jadi tak bisa dikasarin.
“Nggak mau tahu, pokoknya Kakak harus temenin aku,” tu kan maksa.
Di sebrang sana terlihat Nayla hanya tersenyum.
“Ya udah deh, tapi janji nggak malam-malam pulangnya ya.” Nayla berusaha menawar.
“Oke, siap Bosku. Emmm ... Kak!” jawab Lintang girang.
“Apa lagi?” tanya Nayla pelan.
“Adek nggak punya gaun ni, bagi dong!” pinta Lintang. Nah kan ada lagi yang dia minta.
“Pilih aja di lemari,” jawab Nayla.
“Oke, terima kasih banyak bebebku, Akak memang terbaik. Pulangnya jangan malam-malam dari
butik, lepas magrib kita cusss, oke,” ucap Lintang sambil tertawa bahagia.
“Oke, baiklah,” jawab Nayla sambil mengakhiri penggilannya.
...
Tak terasa hari sudah sore, sesuai janjinya pada sang adik. Nayla pun segera merapikan pekerjaanya. Bersiap pulang untuk menepati janji pada sang adik, tentu saja Nayla tak ingin mengecewakan Lintang.
***
Di rumah ...
Lintang sudah siap dengan gaun cantik yang ia pilih dari lemari kakaknya. Gadis ini telihat gelisah, ia takut kalau kakaknya tak jadi datang dan menemaninya ke pesta. Hampir tiga puluh menit ia menunggu. Tetapi belum juga ada tanda-tanda kakaknya akan datang.
Selang beberapa menit kemudian terdengar suara deru mobil masuk ke dalam garasi. Lintang yakin kalau itu adalah kakaknya. Dengan hati bahagia ia pun langsung membuka pintu dan menyambut wanita yang ia sayangi.
“Kirain nggak jadi ikutan,” ucap Lintang dengan senyum manisnya.
“Jadi dong, udah ayuk,” ajak Nayla.
“Kakak gitu aja?” tanya Lintang.
“Emang ini kurang cantik ya?” Nayla malah bertanya balik akan penampilannya.
Lintang malah tersenyum. Kakaknya ini memang kadang sangat lugu, apa pun yang Lintang ucapkan kadang dianggapnya serius.
“Udah, ah ayuk. Kakak udah cantik kok,” jawab Lintang sambil menggandengan tangan kakaknya.
Dengan raut wajah sedikit bingung Nayla pun mengikuti langkah adeknya menuju mobil.
Nayla membawa mobilnya dengan sangat tenang.
Sepertinya Nayla tak menyadari bahwa adeknya ini memiliki rencana untuk mempertemukannya dengan sang captain tampan itu. Terlihat Lintang terus saja tersenyum. Pertanda dia memiliki niat terselubung.
Sesampainya di tempat tujuan ...
Nayla memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Tanpa sengaja mobil miliknya bersebelahan dengan mobil milik sang captain yang baru juga sampai.
Nayla dan Lintang turun. Tak lama sang captain juga turun, bersama dengan seorang wanita yang sangat sexy.
Gaun biru dongker dengan belahan dada rendah menambah kesan glamour sang wanita. Ditambah lagi handbag yang terlihat mahal.
Lintang yang melihat atasannya pun menyapa.
"Malam capt," sapa Lintang.
"Malem, Lin. Kamu sama siapa?" balas Rezza.
"Sama kakak, Capt," jawab Lintang. Rezza menatap ke arah Nayla.
"Oo, mari masuk!" ajak Rezza dengan senyum tampannya.
"Mari, Capt," jawab Lintang.
Mereka pun beriringan masuk ke dalam pesta.
Di dalam pesta, mereka berpisah. Lintang asik dengan teman-temannya sedangkan Rezza pun sama.
Tinggallah sekarang Nayla, ia memilih tempat duduk yangvjauh dari keramaian. Duduk di meja paling ujung cafe. Menunggu sambil memainkan ponselnya. Tak lama ada seorang pria yang menghampirinya.
"Hai manis," sapa pria itu.
"Maaf ada bicara sama saya?" Nayla menunjuk pada dirinya sendiri.
Tanpa izin, pria itu langsung duduk di depan Nayla.
"Boleh gabung?" tanya dia.
"Silakan," jawab Nayla singkat.
"Kamu dari maskapai mana? Kok aku nggak pernah melihatmu di maskapai kami?" tanya pria itu penuh
selidik.
"Aku tidak kerja di maskapai, aku ke sini hanya menemani adikku, " jawab Nayla jujur.
"Adik? Di mana adikmu?" tanya dia lagi.
"Itu," tunjuk Nayla sambil melihat ke arah Lintang.
"Ooo, kamu kakaknya Lintang."
"Ya," jawab Nayla singkat.
"Oke, kenalkan nama aku Dewa. Aku temanya Lintang kami satu tim," ucap Dewa, ya pria itu bernama Dewa.
Dia adalah co-pilot di mana Lintang bekerja.
"Oh, aku Nayla panggil aja Nay." Mereka pun berjabat tangan dan melempar senyum.
"Maaf jika mengganggu." Lintang tiba-tiba datang menghampiri.
Lintang sangat tahu jika kakaknya sering tak nyaman jika didekati lawan jenis.
"Nggak apa-apa. Udah selesai belum?" tanya Nayla pada adeknya.
"Belum kak, mumpung lagi pada ketemu kita mau kangen-kangenan. Kan susah kita cari waktu kayak gini. Tunggu bentar lagi ya," pinta Lintang mencoba menawar pada kakaknya.
"Oke, kamu nikmati aja pestamu Kakak tunggu sini," jawab Nayla.
"Bener kak?" tanya Lintang memastikan kakaknya nyaman dan baik-baik saja berada di samping pria yang baru ditemuinya.
"Iya bener, nggak apa-apa," jawab Nayla memastikan. Bahwa dirinya tak masalah.
"Wa, lo mau nemenin kakak gue?" tanya Lintang pada Dewa.
"Iya ni gue temenin," jawab Dewa antusias.
"Jangan diapa-apain ye," pesen Lintang.
"Ya elah nggak percayaan amat sih."
"Oke, aku tinggal gabung ama temen-temen ya Kak. Nanti kalau udah jenuh samperin aku aja di meja itu, ya," ucap Lintang sambil menunjuk tempat di mana dia nantinya akan bergabung bersama kawan-kawannya.
"He um," jawab Nayla menyetujui.
Lintang pun meninggalkan mereka dan
bergabung lagi bersama teman-temanya yang lain.
***
Dewa dan Nayla melanjutkan obrolan mereka yang sempat tertunda gara-gara kehadiran Lintang tadi. Sesekali mereka tertawa. Sayangnya, mereka tak menyadari ada sepasang mata terus memperhatikan
tingkah mereka.
Tanpa sengaja, ditengah-tengah obrolan bersama teman barunya. Mata Nayla bertemu dengan mata sang captain. Pria itu menatap Nayla dengan tatapan yang sedikit manakutkan.
Meski heran Nayla tetap berusaha menepis perasaan aneh yang tiba-tiba menyerang pikirannya.
Ada apa dengannya, kenapa gitu amat sih ngliatinya, batin Nayla. Sedikit takut sih.
Gadis ini merasa seperti sedang ketahuan selingkuh saja. Padahal mereka ada hubungan pun tidak.
Nayla melirik jam tanganya, jarum jam sudah menunjukan pukul 11.30 malem. Saatnya pulang. Gadis ini pun menghampiri adeknya dan mengajaknya pulang.
"Lin, pulang yuk!" ajak Nayla.
"Oke, Kak." Lintang menyetujui ajakan kakakya. Dia pun berpamitan dengan teman-teman dan juga sang pemilik pesta tentunya.
Kakak beradik itu akhirnya keluar dari restoran itu, berjalan menuju parkiran. Mereka berdua tidak menyadari kalau sang captain tampan ini sedari tadi memperhatikan mereka. Bahkan saat ini pria tampan itu tengah berada di belakang mereka.
"Sini, Kak, aku aja yang bawa mobilnya," ucap Lintang menawarkan diri. Nayla pun menyetujui dan memberikan kunci mobil pada adeknya.
Karena Lintang yang bawa mobil, maka Nayla pun mau tak mau harus duduk di kursi penumpang. Tak di sangka saat hendak masuk kedalam mobil ia berpas-pasan dengan Rezza . Mata mereka saling menatap, Nayla berusaha baik dan memberikan senyum tanda hormat pada Rezza.
Sayangnya Rezza tak menyambut senyuman itu, ia malah mencekal kasar lengan Nayla dan mendekatkan wajahnya ke telinga gadis ini.
"Sebaiknya kamu jangan dekat-dekat dengan laki-laki lain selain aku. Aku tak suka," ucap Rezza
memperingatkan Nayla.
Peringatan yang aneh, bukan? Anda ini siapanya saya? Ingin rasanya Nayla menjawab seperti itu. Tapi tiba-tiba lindahnya terasa kelu. Tak sanggup untuk menolak maupun menyetujui peringatan
aneh itu.
Setelah mengucapkan kata itu Rezza langsung masuk ke dalam mobil. Pria aneh itu terlihat marah. Nayla menjadi bingung.
***
Sepanjang perjalanan Nayla hanya diam. Otaknya berputar memikirkan perkataan Rezza. Di samping itu Nayla juga terbayang wajah Rezza yang terlihat marah padanya. Membuatnya bergidik ngeri.
"Ada apa denganya aneh sekali," guman Nayla.
"Ada apa, Kak? Kakak mengatakan sesuatu?" tanya Lintang.
"Nggak, Kakak diam-diam aja dari tadi" jawab Nayla gugup. Untungnya Lintang percaya dan tak mempermasalahkan tentang pendengarannya.
"Kapan rencana Kakak mau pulang kampung?"
"Paling sepuluh harian lagi, Dek," jawab Nayla.
"Oke, nanti coba aku ngajuin cuti deh," tambah Lintang.
"Oke, nanti kalau udah dapet cuti kamu kabari aja."
***
Sesampainya di rumah Nayla dan Lintang langsung masuk kamar masing-masing.
Nayla merebahkan tubuh lelahnya di kasur kesayanganya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Wanita ini pun meraih ponselnya dan melihat pesan. Nayla mengerutkan keningnya. Karena ia mendapatkan pesan dari nomer yang tidak dikenal. Ini aneh sekali, bukan?
Kamu sudah sampai rumah, isin pesan itu.
Nayla hanya membaca pesan itu karena merasa tak mengenal sang pengirim. Dia pun menaruh ponsel itu kembali.
Beberapa menit berlalu ... akhirnya ...
Ada panggilan masuk, nomer tak di kenal itu lagi.
Nayla tak menghiraukan panggilan itu. Karena sekali lagi dia merasa tak mengenal nomer itu. Tetapi sang pemilik nomer tak putus ada. Dia terus melakukan panggilan tanpa henti. Tak ada pilihan lain, Nayla pun menyambut panggilan itu.
"Assalamu'alaikum. ini siapa ya?" tanya Nayla.
"Waalaikumsalam," Mereka diam sejenak.
"Kenapa kamu nggak balas pesanku?" tanya penelepon aneh itu.
"Maaf ... aku nggak tahu kalau itu kamu yang kirim pesan. Nomernya aku nggak kenal," jawab Nayla.
Tenyata yang kirim pesan dan telepon adalah Mas Rezza. Nayla tersenyum malu sendiri.
"Ya udah kamu save nomer aku. Lain kali dibales," perintah pria aneh itu lagi.
"Ya," jawab Nayla.
"Lain kali kalau cuma di-read doang, aku hukum kamu." Dih ngancem.
"Ya." Nayla enggan berdebat.
"Ya udah bobo sana. Selamat malam, mimpi indah ya," tambahnya lagi, terdengar ketus. Nayla tak menjawab, ia hanya tersipu sendiri.
"Malam juga," balas Nayla dan mereka pun mengakhiri panggilannya.
"Aneh, siapa dia? Kenapa sih ngancem mulu?" gerutu gadis cantik ini.
"Kuatkan hati hamba Ya Allah, ngadepin mahluk aneh satu ini. Siapa-siapa bukan? Ngatur, ngancem pula. Nggak jelas banget," guman Nayla lagi.
Bersambung...
Semoga terhibur ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Arnissaicha
otoroter banget sih mas...
belum ada status juga...
2021-09-24
0
🌷💚SITI.R💚🌷
nYla ga peka nuh sm reezza..tp bener jg sih kan rezza bkn siaoaw nayla ko jd jeleus..😅
2021-09-09
0
mami Fauzan
blom aja jadian Sdh cemburuan bgt rezza,, GK jelas bgt babang capt....
2021-06-15
0