"kenapa kamu malah bengong? Nggak marah sama papih kan?" tanya Seno dengan raut heran
Sena menggeleng lemah, "hanya ingat kejadian itu" ucapnya pelan. Seno segera menghampiri Sena dan memeluknya erat. Ia menaruh kepala Sena diceruk lehernya, membiarkan Sena menangisi kejadian kelam yang sudah menimpanya saat itu
Sena menangis pelan. Nggak ingin membuat yang lainnya ikut khawatir walaupun saat ini Sean dan Reyka sudah menatap khawatir pada Sena, "aku takut... Takut dia datang lagi" serunya dengan gemetar
"nggak nak... Nggak akan. Papih janji laki-laki itu nggak akan pernah datang dan ada dijarak pandang 100 meter dari kamu. Dia sudah pergi, kamu nggak usah khawatir" Ucap Seno dengan lembut. Biasanya pembawaan lembut Seno mampu menenangkan Sena. Seperti kala itu.
"pergi?" Sena mendongak menatap Seno, seakan meminta jawaban atas pertanyaan dibenaknya selama ini
"kamu nggak perlu tahu. Intinya kamu nggak usah khawatir, dia sudah mendapat balasan yang setimpal dengan perbuatannya" Ucap Seno. Diam-diam Seno menyeka air matanya yang turun, 'maaf sayang aku lalai jaga anak kita' gumamnya dalam hati yang tertuju untuk Sania
Sena mengangguk lalu menepis air matanya. Ia duduk dan kembali seperti sedia kala, "jadi... Papih mau bicarain apa sama Sena?" tanya nya sambil meminum teh hangat yang sudah mendingin
"satu, papih nggak setuju sama laki-laki itu. Dua, papih nggak mau kamu sampai terjerumus kepergaulan nggak bener hanya karena masalah ini. Dan tiga, papih mau jodohin kamu aja biar nggak---
Belum sempat menjawab, Reyka memukul meja. Dia berlalu sambil membawa berkas nya. Diliriknya sedikit Seno, Sean dan Sena yang sudah menatapnya dengan tatapan bingung. Tapi Reyka nggak perduli, omongan Seno seakan menyakiti dirinya. Ia terus berlalu walaupun keluarganya terus memanggil. Ia masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan cara membanting pintu.
Dibalik pintu, laki-laki itu luruh tepat dibelakang pintu. Lengan kerasnya kian memukul dada yang terus terasa sakit. Sakit sekali saat Seno sendiri yang bilang seperti itu. Seakan Reyka dipaksa berhenti bahkan sebelum berjuang.
"terus, gue harus gimana kedepannya? Kalau papih yang bertitah apa masih bisa gue memperjuangkan Sena? Atau gue harus mundur secara teratur?" tanyanya pada diri sendiri
"mundur? Gue nggak bisa" ucapnya sambil melihat foto Sena, entah darimana foto itu berada
Ditempat lain, setelah kepergian Reyka
Sean berdecih. Kali ini ia merasa kasihan pada Reyka. Laki-laki itu nggak habis fikir, masa bisa-bisanya Seno berfikir untuk menjodohkan Sena dengan laki-laki lain.
"buat apa sih ada perjodohan segala" tolak Sean, seakan dia yang dijodohkan oleh Seno. Padahal perempuan yang menjadi objek pembicaraan masih diam dari tadi. Lebih tepatnya masih bingung dengan ucapan tiba-tiba Seno
"kamu dengar sendiri kan alasan papih apa? Ini semua demi kebaikan Sena juga. Jadi, nggak usah jadi kamu yang ribet"
"Bukannya gitu loh" Sean jadi pusing sendiri. Ia melirik kembali kamar Reyka yang tertutup rapat, "tapi ada hati seseorang yang harus papih jaga. Papih nggak bisa ngomong kayak gitu sembarangan" ucapnya dengan pelan sampai Seno harus menajamkan pendengaran, walaupun tetap saja ucapan Sean tetap nggak terdengar
"apaan. Kamu ngomong--
Ucapan Seno terhenti saat Sena bersimpuh dikakinya, "Sena nggak mau dijodohin pih" ucapnya seakan baru sadar dari keterkejutan nya
"telat lu" ucap Salma yang sejak tadi diam
Sena melirik salma dengan sadisnya. "pih... Buat apasih pake acara jodoh-jodohan segala. Sena nggak setuju sekarang dan selamanya. Pokoknya Sena nggak mau!" ucapnya penuh penekanan
"lihat dulu laki-lakinya, baru kamu boleh mutusin mau lanjut apa nggak" ucap Seno, "jangan dijadiin beban, papih nggak mau maksa kamu. Tapi setidaknya kamu ketemu dulu dengan laki-laki itu. Papih sudah terlanjur menyetujui rekan bisnis papih yang satu ini"
"kenapa harus Sena? Kenapa nggak Salma aja! Kenapa Sena terus yang mendapat perlakuan nggak adil dari papih" ucapnya tanpa sengaja membentak Seno
"nggak adil? Dimana letak papih nggak adilnya. Papih sellau menyamaratakan kasih sayang untuk kalian" jawab Seno berusaha tenang
"papih selalu aja memperlakukan Sena berbeda ketimbang ka Reyka, ka Sean dan Salma. Sena selalu aja jadi bahan pelampiasan papih. Papih selalu ngerecokin kehidupan Sena dan Sena nggak suka itu!" sentak Sena
Entah kekuatan dari mana Sena mengatakan itu semua. Memang selama ini perempuan itu selalu merasa tertekan saat seluruh keluarga nya seakan memandang berbeda hanya kepada dirinya. Tapi hanya sampai disitu, karena Sena masih belum berani untuk beradu argumen dengan keluarga nya.
Tapi apa sekarang? Buru-buru Sena merutuki dirinya. Kenapa dia bisa selancang itu marah sama Seno? Sena melirik Seno, terlihat jelas laki-laki itu merasa terluka.
"papih nggak sengaja ngelakuin itu. Papih juga minta maaf kalau ternyata kelakuan papih nggak sengaja menyakiti kamu. Tapi apapih ngelakuin ini juga karena papih sayang sama kamu. Kamu terlalu berbeda dari kedua kakak dan adikmu" ucap Seno yang nggak sengaja membuat amarah Sena bangkit kembali
"berbeda! Itu karena papih yang membedakan kami. Memang benar ya, didunia ini nggak pernah ada yang ngertiin Sena"
"papih nggak mau tahu, pokoknya kamu harus tetap mau dijodohin dengan laki-laki pilihan papih" ucap Seno seraya memijat pangkal hidungnya, sungguh Seno sangat dibuat pusing dengan kelakuan Sena
Sena tertawa renyah mendengar ucapan Seno. Tak tanggung-tanggung, bahkan Sena sudah bertepuk tangan menganggap lucu ucapan Seno, "egois! Pantas mamih ninggalin laki-laki yang egois kayak papih--
Sena menajamkan pandangan, "keterlaluan! Kamu sudah keterlaluan sena" pekik Sean
"biarin biar papih tahu kalau---
PLAK.... Suara nyaring menggema dikediaman Seno. Bukan, bukan Seno yang menampar Sena tapi laki-laki yang sejak tadi menggeram dikamar. Ternyata pembicaraan mereka diruang tamu terdengar hingga kamar, Reyka yang sejak tadi menahan amarah sudah tidak bisa mengontrol emosi walaupun orang yang dicintai nya yang mengucap.
"kamu ngomong kasar sama papih cuman karena nggak mau dijodohin? Seakan kamu lebih bela laki-laki itu ketimbang papih sendiri"
"kenapa jadi bawa-bawa Reza!" pekik Sena sambil terus memegang pipi nya yang nyut-nyutan
Tenang, Reyka nggak sekencang itu menampar Sena ko.
"kamu nggak mau dijodohin karena kamu nggak mau pisah sama laki-laki itu kan?" jawab Reyka, "sudah sekarang terserah kamu mau gimana. Kakak nggak bakal urus kamu lagi"
Reyka dan Sean beranjak kearah Seno yang tampak lemas. Mereka berdua membompong Seno dan membawanya kekamar utama.
Tinggalah Salma dan Sena. Sena meraup wajah nya dan terduduk, ia kembali merutuki emosinya yang nggak bisa tertahan. Salma mendekat lalu menepuk pundak Sena, "kali ini kakak berlebihan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Yunia Afida
mulai ada konflik ni
2021-08-05
0
ふじょし
krn lo yg paling di sayangh senaa egoooo
2021-08-05
0
Nur Lizza
lanjut thor
2021-08-05
1