BAB 14

Tibalah keluarga S dimakam seseorang yang sangat istimewa bagi kehidupan mereka. Kini mereka semua bersimpuh masing-masing dan mulai membersihkan rumput-rumput yang tumbuh.

Dengan tegarnya Seno tetap tersenyum dihadapan nisan sang istri. Padahal biasanya laki-laki itu akan menangis sejadi-jadinya jika datang ketempat ini sendirian.

Entah, eforia yang berada disekitar makam seakan selalu menyisakan kesedihan untuk laki-laki itu. Dulu, Seno sempat tidak mau mendatangi makam Sania. Bukan karena malas, ia selalu malu mendatangi pemakaman ini dan akan berakhir merutuki dirinya serta berandai-andai masalah dulu.

"sayang... Maaf mas baru sempet datang. Mas bawa semua personil keluarga kita loh" Seno terkekeh, "semuanya kangen berat sama kamu. Termasuk mas, hidup mas terasa hampa setelah kepergian kamu" ucapnya dengan lirih

"kamu tahu apa yang paling buat mas merasa sesal? Andai saja saat itu mas pulang lebih cepat. Andai saja mas sigap saat kamu telepon dan langsung pergi gitu saja. Tapi apa? Mas malah lebih memilih berdiam didalam rapat demi membesarkan perusahaan"

Setiap Seno mengingat 'kala itu' selalu saja terselip rasa penyesalan yang berlebih. Tak ayal terkadang laki-laki itu menyalahkan dirinya yang menjadi penyebab kematian Sania.

Laki-laki itu semakin dirundung rasa bersalah tiap kali mengingat tetesan air mata Sania dan senyuman terakhir sesaat Seno datang. Tidak sempat memberi ucapan semangat nyatanya Sania sudah dipanggil terlebih dahulu.

"pih?" panggil Sean agar Seno tidak bengong ditengah makam seluas ini

"eh iya, maaf papih malah melamun" Seno tersenyum lalu kembali menyambang nisan yang sudah tampak menguning itu, "tahu nggak hal yang paling mas sesali? Mas belum sempat membahagiakan dirimu dan anak-anak. Kenangan kita terlalu sedikit untuk mengenang. Yang mas ingat hanya perbuatan buruk mas sama kamu aja" Seno terisak seraya memeluk nisan Sania

Rasa sakitnya masih sama seperti beberapa tahun lalu. Tidak ada yang berubah. Perih akibat ditinggalkan orang terkasih masih melekat di hati Seno hingga saat ini.

Ketidakberdayaan Seno membuat keempat anaknya ingin menangis. Sena dan Salma sendiri sudah menangis kencang sambil meraung-raung kecil. Reyka yang biasanya akan sigap memeluk Sena kini ia memilih memeluk Salma.

"kakak.... Salma nggak kuat" ucapnya sambil menyentuh dadanya. Kebiasaan Salma jika menangis lama maka dadanya akan nyesek dan berujung nyeri. Hal ini sudah sering Salma dapat, perempuan itu hanya tinggal istirahat dan rasa sakitnya akan menghilang dengan sendirinya.

Reyka langsung membopong Salma kemobil agar adiknya istirahat saja dulu. Didalam mobil Salma menarik lengan Reyka sebelum kakaknya turun.

"ka titip salam ke mamih... Bilang Salma rindu gitu" titah nya dengan senyum kecil. Diam-diam Salma merutuki tubuhnya yang nggak bisa diajak kerja sama, padahal Salma sedang ingin di kondisi baik-baik aja untuk memperlihatkan pada mamih-nya kalau ia hidup baik-baik saja selama ini. Tapi apa? Tubuhnya hari ini malah nggak bisa diajak kerja sama

Reyka tersenyum lalu mengacak-acak rambut Salma. "kamu istirahat disini aja, biar ka Reyka yang sapa mamih" ujarnya penuh kejelasan

Setelah mendapat anggukan, Reyka kembali kemakam Sania yang kini sudah bergantian Sean yang berada didekat nisan. Seno sudah melipir keujung makam sambil terus menatap lekat-lekat makam seakan makam tersebut adalah sesosok Sania yang dikagumi Seno.

Sean menelungkup dibalik nisan. Tidak ada kata yang terucap, hanya tangisan Yang keluar. Reyka yakin, adiknya itu sedang mengadu nasib

"mih... Kenapa mamih pergi ninggalin Sean sendirian? Kenapa mamih nggak nepatin janji Sean? Sean rindu mamih... Maaf kalau tingkah Sean selama ini belum membuat mamih bahagia. Tapi Sean yakin, perlakuan Sean disini bukan karena ingin mamih sedih tapi karena Sean aja yang nakal" ucapnya lalu tertawa kecil, "Sean nggak bakal lama-lama. Intinya mamih yang tenang diatas sana"

Selanjutnya giliran Sena dan Reyka. Tidak banyak yang mereka ceritakan. Hanya Sena yang meminta Sania untuk membantunya dalam meminta maaf pada Reyka. Dan Reyka yang mengatakan akan mulai melupakan Sena.

"kita pulang sekarang?" ajak Seno

...~®~...

Sena menghela nafas lelah. Sudah 3 hari tapi belum ada kemajuan seperti apapun itu. Reyka masih menetap pada pendirian nya yaitu akan mendiamkan Sena.

Sena menghela nafas frustasi sambil terus menatap kaca. Wajahnya berubah beberapa hari belakangan, jadi lebih lesu. Ketimbang lesu Sena dibuat secemas mungkin hanya karena masalah ini.

Masalahnya keberadaan Reyka seberarti itu di kehidupan nya. Jadi kecuekan Reyka membuat Sena merasa kehilangan banget.

"makan dulu Sena, jangan ngelamun terus" titah Seno membuat Sena buru-buru memasukkan roti bakar terakhir kemulutnya

"Sena berangkat kekampus sama ka Reyka" Pinta Sena penuh harap, "nggak ada yang bisa jemput Sena"

Reyka meneguk kopi lalu melirik Sena, "minta jemput pacar kamu saja" titahnya

"ka...." panggil Seno memperingatkan

"iya-iya kakak yang antar" ucapnya yang nggak berani menolak permintaan sang papih. Ia berdiri dan mengambil tas laptop, "buruan..." titahnya

Sena buru-buru menghabiskan susu vanilla sebelum menyalimi Seno dan Sean dengan terburu-buru. "Sena pamit" teriaknya sambil berlari menghampiri Reyka

Sena membuka pintu mobil. Ia merengut merasa asing, pasalnya sebelum-sebelum ini biasanya Reyka akan membukakan pintu mobil dan memperlakukan Sena layaknya seorang putri.

"ka..." panggil Sena dengan suara rendahnya

"hm?"

"maafin Sena. Maaf karena Sena udah bohong sama kakak, dan malah diam-diam pacaran sama laki-laki lain tanpa sepengetahuan kakak" sahut nya pelan

Reyka menarik nafas lalu menoleh ke Sena, "mau kamu minta maaf seperti apapun nggak menutup kemungkinan kamu udah bohong sama kakak selama ini. Sejak kapan kamu pacaran sama laki-laki itu?"

"sejak kakak yang telat jemput Sena" peringat nya kala itu

Reyka mangut-mangut paham. Seperti dugaan nya waktu itu. Sebelumnya Sena sangat membenci segala hal yang berbau laki-laki. Tapi saat itu Reyka lihat dengan kepala sendiri bagaimana Sena yang terlihat bahagia hanya karena makan berdua dengan laki-laki.

"oh.... Ya sudah, sudah terlanjur. Seorang terserah kamu mau melanjuti hubungan ini apa enggak. Semua keputusan ada ditangan kamu" tukas Reyka

"aku nggak mau putus sama Rehan" ucapnya dengan bercicit sangat pelan

Reyka yang mendengar tanpa sadar mencengkram kemudi dengan sangat kencang. Ia melajukan mobil dengan kencang membuat Sena harus memegang sabuk sekuat mungkin.

Laki-laki itu memberhentikan mobil tepat didepan kampus Sena. Reyka menoleh dan mendapati Sena yang masih belum sadar. Sepertinya Sena sangat takut kalau Reyka membawa mobil seperti tadi.

"turun!" titah laki-laki itu

Sena langsung turun nggak ingin menambah kekesalaan didiri Reyka. Ia masih membuka pintu, "Sena pamit ka. Sebelumnya makasih dan maaf"

Reyka berdeham, "sekarang kakak membebaskan perlakuan kamu diluar sana. Kakak angkat tangan, benar-benar nggak akan perduli lagi. Terserah kamu amu bertingkah seperti apa termasuk mau pacaran apa nggak. Tapi kalau ada apa-apa kakak nggak akan membela kamu lagi"

Sena terdiam sembari pelan-pelan menutup pintu mobil. Tanpa mendengar jawaban Reyka langsung melajukan mobil dengan ngebut.

Entah kenapa, perasaan Sena sangat sakit mendengar penuturan Reyka.

Terpopuler

Comments

Reny Saputro

Reny Saputro

semangat

2021-08-01

0

Bunda Aini

Bunda Aini

up

2021-08-01

0

Imelda Nurrahmah

Imelda Nurrahmah

lanjuttt

2021-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!