Bunda Merry Hanya Milik Kami
Cerita ini hanyalah fiktif belaka
--------------------
Sebuah mobil Alphard hitam berhenti tepat di depan butik yang ramai. Di sana banyak tamu undangan, pengunjung, dan wartawan berdatangan.
Bak ilmu sihir yang menghipnotis, semua mata seketika menyorot ke arah mobil itu. Saat pintu mobil terbuka, munculah seorang wanita berpakaian hitam dengan kacamata hitam yang juga bertengger di hidung.
Wanita itu badannya tinggi tegap, gesturenya tegas dan berwibawa. Dengan setia ia berdiri di pinggir pintu mobil menunggu seseorang lagi keluar dari mobil yang barusan juga ia tumpangi.
Dimenit selanjutnya, munculah sosok wanita paruh paruh baya dengan penampilan yang sangat elegan.
Kaki yang berheels berjalan dengan anggun bak model yang sedang melewati karpet merah yang membawanya ke dalam butik.
Bibirnya selalu tersenyum kepada semua yang sedari tadi telah menantikan kehadirannya.
Berbeda dengan wanita berpakaian hitam yang berjalan di belakangnya. Ekspresinya nampak datar dan menakutkan, seolah siap menerkam hidup-hidup siapa pun yang berani mengganggu wanita paruh baya yang berjalan di depannya.
Tak lain, wanita paruh baya itu adalah pemilik butik yang sedang melakukan Grand Opening untuk cabang butik barunya. Cabang dari butik ternama yang tentunya juga milik fashion designer ternama. Acara Grand Opening dilaksanakan dengan mewah dan elegan.
*****
*****
"Selamat sore Nyonya!" sapa seorang wanita dengan sopan sembari menunduk sejenak.
"Sini Merry, mendekat!" titah seorang wanita paruh baya yang berpenampilan stylish. Wanita paruh baya itu sedang duduk di sofa ruang kerjanya seraya mengamati penampilan wanita yang ia panggil Merry.
Saat wanita yang ia panggil Merry sudah berada di depannya. "Meerr, ayolah ini di rumah loh, jangan formal seperti itu!" ujar wanita paruh baya tersebut sembari menggelengkan kepalanya pelan.
Merry tersenyum dan mengangguk pelan. "Sini duduk di sebelah saya!" perintah wanita paruh baya tadi. Merry pun menurut, lalu duduk di sebelah wanita paruh baya yang ia panggil nyonya.
"Asal kamu tahu ya Mer, rasanya saya pengen marah tiap kali mendengar kamu memanggil saya nyonya!" lanjut wanita paruh baya tersebut seraya mengambil Laptop dari meja yang terletak di samping sofa.
"Itu sudah ketentuan Nyonya!" jawab Merry sembari tersenyum dan melihat Nyonyanya yang sedang menghidupkan Laptop.
"Itu ketentuan dari kamu sendiri Merry!! Mommy tidak pernah menyuruhmu dan membuat ketentuan seperti itu kan?" ujar wanita paruh baya tersebut sambil sejenak menatap Merry, lalu kembali fokus pada Laptopnya.
"Hehehe, iya Mommy Tyas, itu ketentuan dari Merry sendiri!" jawab Merry terkekeh kecil.
"Kamu itu yang santai juga, jadi wanita juga jangan terlalu cuek, jangan kayak apa itu Amar menyebutmu apa?" Mommy Tyas mencoba mengingat-ingat sebutan yang diberikan putranya kepada Merry.
Merry tersenyum geli mengingat sebutan Amar untuk dirinya. "Kanebo kering Mom!" jawab Merry.
"Naah iya, kanebo kering! Astaga Amar Amar! Kamu juga Mer, masa laki-laki yang berani deketin dan ledekin kamu cuma Amar sama Chan saja!" Mommy Tyas terus berbicara sembari sibuk dengan Laptopnya.
Para lelaki tidak ada yang berani mendekat dan meledek Merry bukan karena dia wanita galak atau menyeramkan yang langsung menggigit jika didekati.
Namun, mereka para lelaki enggan untuk mendekat atau meledek Merry karena Merry adalah wanita yang membosankan.
Membosankan dalam artian irit bicara, cuek, tegas, dingin, dan tidak manja yang membuat para pria yang mendekatinya mundur alon-alon karena merasa kelimpungan dan bingung harus bagaimana menyikapi Merry.
Digombali rayuan maut tidak mempan karena dia hanya menanggapinya dengan datar. Diajak ngobrol pasti hanya menjawab sekadarnya. Saat digoda pasti tatapan sinis atau senyuman miring yang diberikan. Diajak kencan pasti mintanya ke museum bukan di restoran. Itulah mengapa Merry dikatakan wanita yang membosankan. Jadi, bukan hal yang mengherankan jika diusianya yang sudah 24 tahun masih belum ada pengalaman dalam dunia percintaan.
"Merry belum ada fikiran untuk menjalin hubungan Mom!" jawab Merry seperti biasa.
Mommy Tyas mengangguk paham, beliau juga tidak akan memaksa Merry untuk punya hubungan, itu terserah Merry.
"Oh ya Mer, style mu itu jangan formal seperti itu terus! Kamu ganti pakai dress pasti lebih cantik!" pinta Mommy Tyas yang sudah lama menginginkan Merry tiap harinya berpenampilan feminim.
Merry terkekeh mendengarnya. "Mommy, tugas Merry itu kan memastikan keamanan Mommy, kalau Merry pakai dress terus ada orang yang berniat jahat pada Mommy, masa Merry harus bergulat menggunakan dress? Itu kan sulit Mom?" Merry berkata sambil membayangkan bagaimana jika dirinya harus bergulat saat menggunakan dress. Itu sangat konyol. Ya, walaupun sebenarnya dia harus bisa dalam keadaan apapun, dia kan harus siap siaga. Tapi, kalau bisa dihindari ya kenapa tidak dihindari saja?
Mommy Tyas ikut terkekeh mendengar penuturan Merry, benar apa yang dikatakan Merry. "Lagian kamu Mer, nggak usah jadi bodyguard ala-alanya Mommy, kamu kan udah lulus kuliah, tinggal kerja aja di perusahaannya Amar! Mommy itu nggak tega kamu selalu menempatkan dirimu dalam situasi bahaya!" ujar Mommy Tyas kesal. Ibu mana yang tega menempatkan wanita yang sudah dianggap anaknya sendiri dalam bahaya.
"Merry akan selalu menjaga Mommy karena Mommy adalah orang yang paling berjasa di hidup Merry! Mommy udah nampung Merry dan Almarhum Bapak, udah ngasih makan Merry, udah nyekolahin Merry, udah menyayangi Merry, Mommy membuat Merry merasakan bagaimana rasanya punya keluarga!" tutur Merry pelan.
"Husstt, kamu jangan ngomong gitu, semua Mommy lakukan karena memang Mommy sayang sama kamu!" Mommy Tyas berubah sendu.
Wanita bernama lengkap Merry Batari ini hanya bisa banyak bicara ketika bersama Mommy Tyas. Seorang wanita yang sudah ia anggap ibu sendiri. Merry sudah sembilan belas tahun tinggal bersama Mommy Tyas.
Ibunya meninggal saat melahirkan Merry. Tiga tahun kemudian Bapaknya menikah lagi dan mereka bekerja di rumah mewah Mommy Tyas. Bapaknya bekerja sebagai tukang kebun dan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga. Tentu Merry juga ikut tinggal di rumah Mommy Tyas. Karena tidak punya anak perempuan, jadi Mommy Tyas sangat bahagia dengan kehadiran Merry di rumahnya.
Sayangnya, pernikahan Bapak dan Ibu sambungnya hanya bertahan setahun. Ibunya pergi meninggalkan Bapaknya karena cintanya terhalang restu. Orang tua Ibu sambung Merry tidak merestui pernikahan anaknya karena Bapaknya Merry hanya orang miskin dan ternyata sakit-sakitan pula, apalagi saat tahu anaknya bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Sehingga, Merry tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang Ibu. Deritanya ditambah lagi saat usianya enam tahun, Bapaknya harus meninggal karena sakit. Lengkap sudah ia menjadi yatim piatu.
Merry tetap tinggal di rumah Mommy Tyas dan ia juga mendapat kasih sayang seperti seorang anak. Merry juga tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Ia melupakan segala kesedihan sebagai anak yatim piatu karena merasa memiliki Mommy dan Daddy, yaitu Mommy Tyas dan suaminya, Almarhum Daddy Tio.
Namun, Amar yang dulu sangat nakal selalu membully Merry anak pembantu, anak pungut, dan hal-hal buruk lainnya, sehingga Merry tumbuh menjadi anak pendiam dan tidak percaya diri.
Dibalik kemewahan yang diberikan oleh Mommy dan Daddy, Merry tetap sadar betul posisinya di rumah itu. Saat ia tumbuh remaja dan mulai mengerti, ia bertekad saat besar nanti akan membalas kebaikan Mommy Tyas dan Daddy Tio dengan cara menjaga mereka dengan baik. Ya, walaupun Daddy Tio sudah meninggal saat usia Merry lima belas tahun.
Setelah lulus kuliah, ia memilih untuk menjadi bodyguard ala-ala untuk Mommy Tyas. Tapi sebenarnya Merry juga punya usaha beberapa kos-kosan dekat kampus yang sudah dirintis sejak kuliah, keren bukan? Ia mendapat ilmu itu dari Amar yang tak lain adalah seorang CEO perusahaan property ternama.
Mommy Tyas selalu memberinya uang jajan yang tidak sedikit, uang itulah yang ia tabung dan menjadi modal usaha. Ditambah lagi ia kuliah di jurusan manajemen bisnis, tentu ilmunya semakin bertambah.
Sudah dimentori langsung oleh CEO perusahaan property ternama, ditambah ilmu dari kuliah juga.
Sebenarnya, jika ada kemauan yang kuat, ia pasti bisa jadi pengusaha besar. Walaupun tentu semua tidak akan instan.
Sebenarnya, Mommy Tyas memintanya agar bergabung dengan perusahaan Amar, tapi Merry menolak karena selama ini ia tak berkeinginan bekerja di kantor.
Ia ingin membesarkan usahanya semampu yang ia bisa, tak masalah meskipun usahanya masih kecil, Merry sangat menikmati proses dan ia ingin bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Setelah ini ia berencana memperbanyak jumlah kos di dekat kampus yang berbeda dengan kampus sebelumnya.
Namun, menjaga Mommy Tyas tetaplah menjadi prioritasnya saat ini.
"Oh ya, gaji kamu udah Mommy transfer tadi!" ujar Mommy Tyas.
"Mommy, Merry ikhlas nggak usah digaji!" Merry selalu komplain setiap Mommy Tyas memberinya gaji tiap bulan.
"Mer, kamu itu kerja sama Mommy, jadi ya harus Mommy gaji! Kamu dikasih uang jajan kayak dulu lagi udah nggak mau! Jadi, jangan tolak gaji dari Mommy!" tegas Mama Tyas yang tidak ingin dibantah.
"Iya Mommy, makasih ya!" balas Merry sambil memeluk lengan kiri Mommy Tyas.
Pasti mereka di luaran sana tidak akan percaya jika Merry juga bisa bermanja-manja walau itu hanya sedikit. Itu hanya berlaku saat bersama Mommy Tyas. Saat bersama Amar juga masih bisa bercanda, meskipun masih tetap dengan gaya coolnya.
--------------------
Assalamualaikum semuaa
Makasih untuk kalian yang udah baca part awal kehidupan Merry Batari, yoook tunggu terus up yang terbaru..
Jangan lupa like, komen, dan jadikan favorit jugaa🖤
Luv Luv untuk kalian🖤🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
beybi T.Halim
sepertinya menarik
2023-07-26
1
Fida gemoy 😉
awal mula yang menarik 👍🏻👍🏻👍🏻
2022-05-20
2
Satria Kelana
maaf baru bisa mpir 😅
2022-01-03
1