Nada Cinta Jessika
.
.
.
Sinar Horizon sudah memperlihatkan sorotnya yang memberikan nuansa hangat,bagi setiap insan.
Aroma embun khas pedesaan, dan butirannya yang masih tersisa di dedaunan membuat tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota itu makin terasa damai.
Membuat semua bergeliat, mencoba memecah peruntungan hari ini dengan kesempatan yang baru, dengan rutinitas yang baru pula.
Tempat dimana predikat" GEMAH RIPAH LOH JINAWE " (tenteram dan makmur serta sangat subur tanahnya), masih setia melekat.
Pagi ini di desa P tidak seperti pagi-pagi sebelumya, karena hari ini tersiar kabar bahwa akan ada kunjungan dari pemilik kebun cabe tempat dimana wanita muda itu bekerja.
Jessika Maheswari, wanita yang tengah berusia 21 tahun saat ini, ia memiliki kecantikan khas wanita Asia, bertubuh dan bertinggi proposional.
Wanita yang melalui harinya dengan kesederhanaan, kesulitan, dan keadaan yang mengharuskan dirinya sebagai anak muda untuk menghasilkan rupiah untuk kelangsungan hidupnya.
Harus ada yang dikerjakan, agar hidup berjalan wajar. Begitulah kira kira slogan hidupnya saat ini.
Tanpa memandang apapun pekerjaannya, baginya rupiah yang didapat dari cara halal, lebih penting dari pada harus mengedepankan gengsi seputar dimana dia bekerja.
"Nduk tangi, wes awan megawe po Ra awakmu"? ( Nduk bangun, udah siang, kerja apa enggak kamu?)
Eeenggghhhh ,, lenguh Jessika sambil menggeliat merengganngkan otot otot yang kaku .
"jam piro Saiki wek ( panggilan untuk Mbahnya Jessika)? Beh awaku rasane loro kabeh." ( Jam berapa ini wek, aduh badanku sakit semua).
Sudah siang itu Lo cepetan, anak anak semua udah siap siap itu, kamu lupa apa gimana hari ini kan pak Edy mau kemari, itu pak mandor aja udah standby di warungnya bek Narti.
(Bek / Bik adalah Panggilan yang biasa di gunakan di desa untuk memanggil perempuan yang usianya lebih tua)
Ya Allah, gimana ini aku belum siap siap.
Lalu dengan segera Jessika beranjak dan berlari kecil menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.
Sambil geleng-geleng kepala mbok yah tertawa kecil.
" Bocah wes gerang kok pancet ae, wes winayah rabi barang " ( anak udah besar kok tetep begitu aja, udah pantes nikah juga).
Mbok yah, wanita tua yang sudah menjadi wali Jessika semenjak kedua orangtuanya menghadap sang khalik.
Tak lain dan tak bukan ia adalah nenek satu satunya yang ia miliki, harta paling besar yang dimiliki oleh Jessika.
20 menit kemudian ia sudah selesai dan juga sudah sarapan.
" Wek, aku berangkat dulu udah jam 7 nanti bayaranku kepotong .
Ya wes hati hati Yo nduk ucap mbok yah sembari mengulurkan tangannya lalu di sambut oleh Jessika serta menciumnya".
Letak persawahan dengan tempat tinggal Jessikai tidaklah jauh, di sebelah lokasi Jessika bekerja ada sebuah warung kopi milik bek Narti, warung sederhana tempat biasa para mandor berkumpul.
Dengan terengah engah Jessika datang menghampiri rekan rekannya, tak terkecuali 2 sahabat dekatnya Arin dan Eka.
" Dari mana aja jam segini tumben baru nongol " ucap Arin seraya mengisi buku absensi kehadiran seluruh karyawan perkebunan cabe milih pak Edy yang notabene adalah pengusaha sekaligus memiliki beberapa perkebunan di desa desa yang tersebar di beberapa kabupaten.
Pak Edy juga adalah seorang pengusaha yang cukup terkenal di kota S, kota yang cukup besar di salah satu provinsi di provinsi J.
" Untung gak telat, lewat 10 menit wes kepotong bayaran kamu Jes" ucap Eka menimpali.
Peraturan yang berhasil membuat beberapa pekerja untuk disiplin, time is money slogan ini nampaknya selalu menjadi headline bagi setiap buruh.
Iya sory rek, ga biasanya badanku capek begini, maklum kemaren panas banget disawah dan aku juga lupa sarapan kemaren, jawab Jessika"
Ya mereka bertiga sudah berteman sejak SD, SMP, hingga SMA. Mereka bekerja di sawah bukan tanpa alasan, di desa mereka masih sangat jarang yang bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Saat dibutuhkan karyawan untuk memetik cabai Jessika dan temen temennya pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu, apapun ia kerjakan asal roda perekonomian mereka bisa berjalan melewati hari hari yang masih belum pasti itu.
" Tolong setelah semua di absen, nanti kita kumpul dulu pak Edy hampir tiba ,akan ada yang mau di sampaikan nanti" ucap pak sis yang menjabat sebagai mandor di tempat Jessika bekerja.
"Nggeh pak siap" jawab semua karyawan.
Sebenarnya Jessika anak yang cukup multitasking ia pandai bermain gitar dan juga memiliki suara yang bagus, tapi hidup di desa hal seperti itu masih kurang berguna untuk menghasilkan uang.
Akan jauh lebih baik apabila dia bekerja menjadi buruh di sawah dari pada menjadi bahan omongan karena kesana kemari membawa gitar pikirnya.
Ia juga tak gengsi meski harus bekerja panas panasan, baginya apapun pekerjaannya yang terpenting adalah ditempuh dengan cara halal, sebab itulah yang selalu mbok Yah ajarkan kepadanya.
Peliknya hidup yang harus di lewati, menjadikannya menjadi pribadi yang tahan banting.
Mungkin wanita lain akan gengsi melakukan pekerjaan seperti itu, panas, tidak modis, kasar, membuat wajah tidak glowing, dan serentetan hal tidak menyenangkan lainnya yang menjadi konsekuensi bekerja di persawahan.
.
.
.
Note : visual pemeran ada di part 149
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Erni Fitriana
ini harusnya dibaca peetama kali y..sebelum menemui deo-arimbi....cleari-sadawira..tapi gak papa lah...sambil nunggu up nya melody-zayn...love buat mommy eng😘
2023-06-06
1
Erni Fitriana
alu tandai thor
2023-04-29
0
Ayuk Vila Desi
baru mampir dari deo
2022-09-20
0