Sesampainya di Rosement...
( Jika ingin tahu Rosement, silahkan baca The Unifying Butterfly )
Erlan membunyikan bel di depan gerbang Rosement.
"Ada apa?" tanya Adimas yang berada di belakangnya.
"Eh? Ahaha... Ayah" kata Erlan meski Adimas adalah Paman Amanda, dia dan Amanda menganggap Adimas Ayah.
"Kakek" kata Andika, Amir, Umar, dan Erika.
"Hai! cucuku! Andika! Amir! Umar! Erika!" kata Adimas dengan gembira memeluk keempat cucunya.
"Ka.. Kakek!" gumam Andika yang agak malu.
"Kakek!" kata Amir, Umar, dan Erika yang senang.
CEKLEK! Pintu terbuka.
"Eh!? Ada adik yang tak kunjung menjenguk?" tanya Elena, kakak kandung Erlan.
"Ka.. Kakak" gumam Erlan, moodnya turun drastis melihat ada kakaknya yang super cerewet.
"Ah! kalian datang?" tanya Andra, dia adalah kakak kandung Amanda, tunangan Elena.
"Kakak ipar? iya, kami datang berkunjung, ada yang ingin ku bicarakan" kata Erlan.
"Hei!! aku Tante kalian lho! hahaha!" kata Elena dengan senang memeluk keempat keponakannya.
"Jadi? apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Andra.
"Em, ada baiknya jika kita masuk dulu" kata Erlan.
Di Ruang tamu Rosement...
"Ini, silahkan minum" kata Rahmat, dia adalah anggota Rosement nomor 7 sambil menyajikan teh.
"Makasih, Mat... sudah lama sekali ya?" tanya Erlan.
"Ya, sudah lama sekali... tapi kau tetaplah Vian yang dulu" kata Rahmat dengan datar.
"Begitu ya? kau bahkan tidak banyak berubah, bagaimana dengan Vanora?" tanya Erlan.
"Kau ingin dihajarnya?" tanya Rahmat.
"Malas sama si nenek-nenek designer itu" kata Erlan.
GYUT! Ada yang menarik telinganya.
"Nenek-nenek designer? seharusnya kau berhutang budi karena akulah yang merancang baju pernikahanmu dan Amanda dulu!" kata Vanora.
"Sakit! sakit! sakit! maafkan aku! iya ya!" kata Erlan.
"Wah!! Andika! Amir! Umar! Erika!" kata Vanora.
"Ya!" kata Amir, Umar, dan Erika. Andika hanya acuh tak acuh.
"Heh! putra sulungmu mengingatkan ku pada sikapmu yang dingin, Vian" kata Vanora.
"Kenapa orang-orang disini memanggil Ayah dengan nama, Vian?" batin Andika.
"Jadi, ada apa?" tanya Adimas yang duduk juga.
"Begini... sebenarnya... "
Setelah Erlan menjelaskan...
"Begitu? jadi, Andika bilang dia mempunyai Silent?" tanya Elena.
Amir, Umar, dan Erika bermain bersama Toni dan Rahmat.
"Benar, karena Amanda bilang sendiri katanya dia percaya... dan aku yakin Amanda tidak berbohong" kata Erlan.
"Begitu? dan katanya, Andika tidak memiliki trauma khusus... latihan yang berat, di penuhi rasa amarah yang akan mendorongnya untuk mengalirkan kekuatan Silent, tapi kata Amanda itu tidak ada sama sekali" kata Elena.
"Saya juga sudah memeriksa kondisi tubuhnya dengan Silent, dan benar apa yang di katakan Ana sesuai laporan Erlan... Andika tidak ada semua hal-hal yang membangkitkan Silent-nya" kata Andra.
"Ukh! tapi aku tidak bohong! kalian dengar sendiri kan? kalau Ibu percaya!" kata Andika.
"Andika, bukan begitu" kata Adimas.
"Kalau begitu, jika bukan Silent terus apa!? Ibu sendiri pernah bilang kalau Silent bisa merasakan aura orang lain! dan bisa melihat sebuah barang meski terhalang objek!" kata Andika.
"Meski begitu, mungkin saja... Andika memiliki mata lain? yang hampir sama dengan Silent karena dia menuruni keturunan Fujiwara dari Amanda" kata Erlan.
"Kita juga kaget, mendengar kalau Erika dapat mengaktifkan Silent di umur 5 tahun karena trauma amarah yang mendorongnya membangkitkan Silent, dan itu masuk akal" kata Elena.
"Kalau begitu, bagaimana jika kita tes sekarang?" tanya sebuah suara.
"Ng? Nera?" tanya Vanora.
Nera juga anggota Rosement, dia anggota nomor 5, ahli dalam taekwondo dan kungfu.
"Tes?" tanya Amir.
"Ya, kita harus membenarkan ucapannya atau tidak bukan?" tanya Nera.
"Begitu ya? baiklah... " Andra menjeda perkataannya sambil membuka pintu geser dan langsung ke lapangan latihan.
"Ayo berduel dengan Paman" kata Andra.
"Eh!? berduel!? dengan Paman!?" tanya Andika.
"Paman adalah Lord Seventh! aku gak tahu bisa mengalahkannya atau tidak. Aku mendengar jika Ibu melawan Paman, maka akan seri! aku kadang berduel latihan dengan Ibu, dan selalu kalah! gimana dengan Paman yang setara dengan Ibu!? Dasar... " batin Andika.
"Hah! jangan banyak berkhayal, Andra! meski kau ingin berduel dengannya... dia tetaplah keponakanmu, kau pasti akan menahan diri, aku yang akan menggantikanmu" kata Vanora.
"Ng?" tanya Nera.
"Dia benar, kau akan menahan diri" kata Elena.
"Baiklah... " kata Andra.
"Tante Vanora?" tanya Andika.
"Jangan panggil aku Tante!" kata Vanora.
"Terus? Mbok?" tanya Andika.
"Pfft!" Nera, Andra, dan Erlan sedikit tertawa.
"Vian... apa yang kau katakan pada anakmu?" tanya Vanora.
"Aku hanya mengajarkan yang memang patut ku ajarkan" kata Erlan.
"Baiklah, kapan kita belajarnya kak Vanora?" tanya Andika.
"Ka.. Kau mirip dengan Amanda!! menggemaskan! baiklah! ayo sekarang!" kata Vanora.
Di Lapangan latihan...
"Jangan menahan dirimu ok? aku adalah Shinobi tingkat Uchuunin" kata Vanora.
"Ya! kalau begitu bersiaplah!" kata Andika langsung menyerang Vanora.
Vanora melakukan segel tangan.
"Nero Seiza!" dan serangan putaran tornado mengelilinginya dan Andika tak dapat mendekatinya.
"Jurus putaran tornado!? aku tidak mempelajari itu! tapi baiklah! Jurus taring air!" kata Andika melakukan segel tangan.
"Kenapa dia melakukan dua segel tangan yang berbeda?" batin Vanora.
"Angin lawan air! dengan hembusan angin yang kuat! tentu saja angin yang menang!" kata Vanora sambil menendang Andika.
DUAK!! PUING! Tiba-tiba Andika berubah menjadi asap putih yang menghilang.
"Ju... jurus bayangan!? jangan bilang!" Vanora berbalik ke belakang.
"Yo!" Andika mulai melayangkan kunainya.
"Jadi, segel tangan yang berbeda itu adalah segel jurus bayangan!?" batin Vanora.
"Sorry! aku gak bakalan mengalah pada bocah pangeran kayak kau" kata Vanora.
DUAK! PUING!
"Bayangan lagi?" tanya Vanora.
"Sekarang menyerang!" kata Andika yang menjadi tiga.
"Artinya... ada kau yang asli dari salah satunya!!" Seru Vanora dan membanting ketiga nya, hingga menyisakan Andika asli yang terkapar lelah.
"Hah... Hah.. Hah" kata Andika yang terengah-engah.
"Bagaimana? apakah kau merasakan dorongan bangkitnya Silent?" tanya Vanora.
Andika menggelengkan kepalanya.
"Yah.. bagaimana Andra? Erlan?" tanya Vanora.
Erlan hanya menatap Andika dengan mengerutkan keningnya.
"Ayah... pasti kecewa" batin Andika dengan menunduk.
"Kak... Andika" gumam Erika.
Sore harinya...
Di Ruang tamu privat...
Ada Adimas, Andra, dan Erlan disitu... sedangkan Andika, Amir, Umar, dan Erika masih bermain bersama Elena, Nera, Toni, Rahmat, dan Vanora.
"Istirahatlah malam ini di Rosement, Ana pasti menyetujuinya kan? jarang-jarang kalian bisa berkumpul bersama" kata Adimas.
"Tentu, Ayah" kata Erlan sambil meminum tehnya.
"Bagaimana perasaanmu mengetahui kalau Andika ternyata tidak mempunyai Silent? atau lebih tepatnya mengatakan di luar kemungkinan?" tanya Adimas lagi.
"Em.. Aduh, gimana jawabnya ya?" tanya Erlan yang berkeringat gugup sambil tersenyum.
"Sejujurnya, melihatmu yang seperti ini mungkin karena Ana ya?" tanya Adimas.
"Eh?"
"Ya, karena jika Andika yang bicara mungkin saja tidak akan benar dan mungkin kau tidak akan percaya?" tanya Adimas.
"Em, begini... jujur saya percaya, hanya saja, melihatnya yang bisa melihat sesuatu seperti Silent itu yang membuatku bingung, kalau bukan Silent terus apa? karena meski Andika suka membantah, aku tahu dia bukanlah anak yang pembohong" kata Erlan lagi.
"Begitu? tapi, aku tak menyangka kau mengizinkan Ana yang tidak dapat bergabung ke klan Kitagawa" kata Andra.
"Eh?" tanya Erlan lagi.
"Kau tahu kan? dia adalah keturunan Fujiwara utama, yang dapat memiliki segel wadah terkuat dan kekuatan rantai pengikat dari tubuhnya, sedangkan Fujiwara bagian branch atau cabang tidak dapat memiliki segel wadah terkuat yang di maksud" kata Andra.
"Lalu?" tanya Erlan.
"Karena dia Fujiwara bagian utama, meski dia menikah, dia tidak boleh melepas marga Fujiwara sama sekali tapi keturunannya bisa, tapi keturunannya nanti bisa mengambil marga Fujiwara jika ingin meninggalkan klan ayahnya, itulah kenapa Ibuku, Afifah alias Fujiwara Mika tidak menyandang nama Hasegawa" jelas Andra.
"Meski Paman kurang mengerti Andra, segel Ryu yang ada di dalam diri Ana apakah itu berbahaya?" tanya Adimas.
"Itu tidak akan berbahaya lagi sekarang Paman, karena Ana bisa mengontrolnya, meski Ryu? Kara yang di segel di dalam Ana sewaktu dia masih bayi itu keluar dari segel nya... maka dia bisa mengontrolnya meski dalam keadaan lemah. Itulah keahlian yang berdarah Fujiwara, tidak akan mati meski segel kuat terbuka" Jelas Andra.
"Aku mengerti, sebelum kematian Rafa pun... Ana sudah mengubahnya menjadi kepribadian yang lebih baik lagi, andai dia bisa melihat keempat keponakannya" tutur Andra yang agak sedih.
"Amir, Umar, dan Erika juga hebat" kata Adimas.
"Tapi tetaplah mereka masih kecil" kata Erlan.
"Ng? kau meragukan keempat cucuku?" tanya Adimas.
"Tentu saja tidak, Ayah" kata Erlan.
"Kau juga Erlan, jika saja Ana tidak membantu dan mengubah masa dimana kau terus bekerja dalam kegelapan dan berusaha menyelesaikannya sendiri, beruntunglah karena kau mempunyai istri seperti dirinya, haha" kata Adimas.
Erlan tersenyum.
"Benar, saya memang beruntung mempunyai istri seperti Amanda" kata Erlan.
Malam harinya di teras beranda...
Andika sedang duduk.
"Andika"
"Ng? Paman Andra?"
"Yo! ngapain sendirian disini?" tanya Andra sambil duduk.
Andika menunduk.
"Apakah... sebenarnya kau mungkin sedang memikirkan kalau Ayahmu itu kecewa dan menganggap dirimu dan ibumu berbohong?" tanya Andra sambil melirik Andika sedikit.
"Ba.. Bagaimana Paman bisa tahu?" tanya Andika.
"Hmf... Silent bisa melihat dan tahu segalanya kau tahu?" tanya Andra.
"Tidak usah berbohong padaku Paman, tidak mungkin bisa melihat dan tahu segalanya! jika tahu segalanya, Paman tidak perlu repot-repot mengetes ku!" kata Andika.
"Baguslah kalau kau ternyata pintar juga" kata Andra.
"Lalu? Paman kesini hanya untuk menanyakan itu saja?" tanya Andika.
"Gak tuh"
"Hah... aku tahu, Ayah pasti kecewa pada Ibu yang membelaku apalagi aku! padahal saat aku bangun tidur tiba-tiba aku bisa melihat koin yang terhalang lemari dan merasakan aura banyak orang di istana!" kata Andika.
"Begitu... " kata Andra yang bereaksi biasa saja dan menatap langit.
"Apakah, Paman juga kecewa? mengetahui aku tidak punya Silent?" tanya Andika.
"Gak tuh, biasa aja sih" kata Andra.
"Eh?"
"Aku juga yakin, kalau Ayahmu tak kecewa padamu dan Ibumu, karena Ibumu tidak berbohong dan membelamu, dia mengatakan kejujuran kok" kata Andra.
"Apa? jadi.... Ibu tak membelaku?" tanya Andika.
"Gak, jika dia membelamu dia tak perlu repot-repot memintamu dan Ayahmu kemari kan?" tanya Andra.
"Be.. Benar juga sih" kata Andika.
"Lagipula Ibumu bukanlah tukang bohong, kau tahu?" tanya Andra lagi.
"Iya, aku tahu"
"Dan Paman juga tahu, kalau Ayahmu itu bangga padamu" kata Andra.
"Bangga?"
"Ya, karena kau mengatakan hal seperti itu secara jujur, dia pasti akan bangga nantinya" kata Andra lagi.
"Paman... Hm! Ya!"
"Gitu dong! baru ponakan Paman!" kata Andra.
"Hihi, Iya Paman" kata Andra.
"Kalau begitu, kapan-kapan nginep sini lagi ya" kata Andra.
Flashback Off....
"Begitu" kata Amanda.
"Lalu, akhirnya Andika mendapatkan Turquoise nya saat akan mencari Erika" kata Erlan melanjutkan.
"Hebat! jadi, bagaimana dengan matanya Eri?" tanya Zeydah.
"Untuk mencegah kebutaan, Erika besok jangan masuk sekolah dulu Ok?" tanya Amanda.
"Baik, Ma"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments