-
-
Bryan hanya terdiam dengan wajah datarnya saat sang ibu mulai mengomel agar Bryan tak terus mempermainkan perempuan. Bryan melirik Daddynya yang sedari tadi hanya diam, pria itu hanya mengedikan bahunya acuh membuat Bryan harus menghela nafasnya
" Mom .. Mom bisakah Mom berhenti?" tanya Bryan, kupingnya mulai panas dan juga ia merasa malu dengan kariawan lain dibelakangnya. Bryan memang jarang naik lift khusus para atasan dikantor. Jelas alasan Bryan hanya satu yaitu agar bisa melihat para bawahannya yang cantik dan seksi, menggombali, merayu dan akhirnya membawa mereka ke ranjang
" Tidak sampai kau tobat." saut Jeny ketus membuat beberapa bawahannya cekikikan dibelakang
" Diam." bentak Bryan kesal, seketika lobi menjadi hening tak bersuara
Ting
Pintu lift terbuka lebar membuat semua orang yang mengantri masuk kedalam termasuk Bryan dan kedua orangtuanya. Namun saat pintu lift akan tertutup kembali, tangan seseorang menahannya hingga pintu lift terbuka lagi
Menampilkan seorang gadis culun berkacamata tebal tepat di hadapan Bryan. Wajah gadis ini bahkan tak pernah terlihat jelas karena ia selalu menunduk tak pernah mengangkat wajahnya. Pria itu berdecak kesal melihatnya, pasalnya hanya gadis ini yang paling jelek di kantor. Jika bukan karena Darwin yang mempertahankan dan kinerjanya yang bagus Bryan mungkin akan membuang gadis ini sejauh mungkin dari kantornya. Pikir Bryan
" Masuklah." suara Jeny begitu lembut pada gadis yang hanya menunduk dan mematung ditempat, kedua jemarinya saling mere*as, terlihat ketakutan. Begitulah yang terlihat dikedua mata Jeny
" Jiana masuklah, kenapa berdiri saja. Kau membuat kami menunggu." ucap salah satu rekan kerjanya dari arah belakang Bryan
" Hey culun, kau mau kupecat?" bentak Bryan membuat semua orang kembali cekikikan karenanya, Jiana memang kerap mendapat bulian karena penampilannya yang menurut mereka sangatlah kuno
Dengan kaki bergetar, Jiana masuk kedalam lift dan berdiri disamping Jeny yang disamping Bryan. Gadis itu hanya menunduk, raut wajahnya masih dipenuhi rasa takut akan Bryan apalagi jika mengingat perlakuan pria itu padanya semalam. Jika saja Jiana tak terlambat saat ini, mungkin ia lebih memilih naik lift berikutnya ketimbang seruangan bersama Bryan
Jiana semakin kuat merema* jemarinya, suara erangan Bryan bahkan masih terasa jelas ditelinganya dan melihat Bryan pagi ini dengan wajah tanpa dosanya semakin mrmbuat ia benci pada pria yang telah memerawaninya itu
Sementara Bryan tampak terpaku saat bau tubuh gadis itu percis sekali dengan bau tubuh wanita yang semalam ia tiduri, meski mabuk ia bisa merasakannya dengan jelas. Sehingga Bryan melirik kesamping ke Jiana, menatap lekat wajah yang sebelumnya tak pernah ia lirik sedikitpun
Lalu Bryan memalingkan wajahnya kembali
" Hah yang benar saja, kiamat dunia jika aku bercin*a dengan gadis sejelek itu." gumam Bryan dalam hati
Namun sekali lagi Bryan terpaku saat Jiana keluar dari lift setelah benda kotak itu tiba di lantai tempat gadis itu bekerja
" Aahh tidak, mungkin parfumnya sama. " gumam Bryan lagi dalam hati sambil tak henti memandangi gadis yang selalu ia juluki culun itu
" Kenapa? apa seleramu sekarang berubah pada gadis seperti itu?" tanya Jeny yang sedari tadi memperhatikan anaknya yang tak mengedip sedikitpun melihat punggung gadis berkacamata yang perlahan terhalangi oleh pintu lift
" Yang benar saja, Mom ini aneh sekali." gerutu Bryan
" Mom akan sangat senang bila punya menantu seperti itu. Terlihat baik dan punya sopan santun dalam berpakaian. Tidak memamerkan tubuh pada pria yang bukan suaminya.".
" Mom ucapan itu doa, kenapa Mom bicara selalu asal. Bisakah Mom bicara yang baik-baik padaku." gerutu Bryan lagi, ia segera keluar dari dalam lift saat pintu lift terbuka lebar, diikuti oleh Jeny dan Ken yang hanya diam saja, karena menurutnya percuma saja ia bicara. Jelas-jelas istrinya sudah memborong semua yang akan ia bicarakan pada Bryan
" Hey, jangan lihat wanita hanya dari penampilannya saja. Percuma pintar berdandan kalau tidak bisa mengurus rumah tangga dan suami." saut Jeny yang tak mau kalah dari belakang. Ibunya ini sangat cerewet pada Bryan dan karena hal itulah Bryan malas pulang kerumahnya. Pria itu lebih memilih pulang ke Apartementnya meskipun tidak setiap hari
Bryan hanya berdecak kesal, ini sudah sering terjadi pada dirinya. Omelan dan ocehan wanita itu sudah menjadi makanan sehari-hari Bryan, namun terlepas dari itu Bryan sangat menyayangi Jeny, baginya Jeny adalah wanita tercantiknya baik dulu maupun saat ini
" Pagi pak." sapa seorang wanita cantik nan seksi yaitu sekertaris kedua Bryan yang bernama Meldina
" Pagi Meldina." saut Bryan mengedipkan sebelah matanya genit pada Meldina, spontan saja bibir wanita itu tersenyum begitu lebar tapi seperkian detiknya senyuman itu mendadak hilang saat melihat ibu sang Boss yang memelototinya
Jeny memang tak menyukai Meldina, menurutnya wanita itu bukan gadis yang baik, terlalu centil dan yang paling Jeny tidak suka adalah sikap murahannya. Saat Bryan tidak pulang kerumah, saat itu jugalah Jeny mengajak suaminya untuk datang kekantor menemui Bryan hingga beberapa kali ia kerap memergoki Meldina duduk dipangkuan Bryan sambil bercumbu mesra dengan putranya
Ken sebenarnya sudah sangat pusing saat Jeny terus mengomel memintanya untuk berbuat sesuatu agar Bryan berubah. Tapi mau apa lagi, bukankah dulu ia juga seperti Bryan? Jika ia memarahi Bryan mungkin ia akan merasa malu pada anaknya, yaa meskipun kelakuan Bryan lebih parah darinya. Jika dulu Ken dingin Bryan adalah sebaliknya
" Bagaimana kalau kamu menikah?" tanya Jeny mendudukan dirinya disofa bersama Ken sambil menatap Bryan yang sudah duduk dikursi kerjanya
" Astaga itu lagi yang dibahas." gumam Bryan pelan
" Mom, aku masih terlalu muda untuk menikah!" saut Bryan tanpa menatap, ia mulai sibuk pada komputernya
" Kau sudah 27 tahun, itu sudah pantas untuk menikah. Bryan ingat kau punya dua adik perempuan."
" Biarkan saja mereka menikah lebih dulu."
" Mereka tidak mau menikah sebelum kau menikah!"
" Tidak! aku akan bicara dengan mereka nanti."
Jeny hanya menghela nafasnya, Bryan adalah anak yang paling susah sekali ia atur semenjak masih kecil hingga sekarang. Lalu ia melirik suaminya yang hanya diam bersedekap dada sambil menatap kembarannya
" Sayang bicaralah." bisik Jeny menggerutu
" Dad, dulu Dad menikah usia berapa?" pertanyaan Bryan menghentikan Ken yang akan membuka mulutnya
" 31 tahun. " saut Ken
" Lihat! Dad saja menikah di atas usia 30 tahun. Mom aku akan menikah di usia 32." saut Bryan asal pada Jeny
" Bagaimana dengan Queen? kau pikir dia mau menunggumu selama itu?"
" Aku sudah putus dengannya." saut Bryan, raut wajahnya mendadak sendu
" Bagaimana bisa? itu pasti kau yang membuat masalah. Mom tahu kau yang membuat masalah. Bryan .. Mom sudah menyayangi Queen. Mom akan bicara dengan Quenn agar dia tak memutuskanmu." saut Jeny
" Queen sudah pergi, dia pergi jauh."
" Apa maksudmu?" kali ini Jeny membentak. Ia benar-benar geram pada Bryan. Bayangkan saja Queen ini sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. 5 tahun lalu Bryan membawanya kerumah dan mengenalkannya sebagai pacar. Semenjak saat itu Queen sering datang mengunjungi Jeny
Queen adalah gadis yang baik dan sangat penyabar bagi Jeny. Bagaimana tidak? beberapa kali gadis itu mengadu pada Jeny bahwa Bryan kerap berselingkuh dan tidur dengan gadis lain. Namun Jeny selalu bilang bahwa Bryan tidak pernah membawa gadis lain selain Queen kerumah karena Bryan hanya bermain-main dengan mereka
" Dia pergi meninggalkanku."
" Itu salahmu karena terus menyia-nyiakan Queen." bentak Jeny lagi, tangannya sudah geram ingin memukul kepala Bryan
" Sayang sekali, aku bahkan belum pernah menidurinya." gumam Bryan namun masih terdengar jelas di telinga Ken dan Jeny
" Si busuk ini benar-benar. " Jeny benar-benar geram, ia beranjak berdiri tentu saja ia akan memukuli Bryan namun untuk kesekian kalinya sang suami menahan Jeny dan menggelengkan kepala tanda ia melarangnya
Jeny hanya mengelus dada, Ken memang selalu marah jika Jeny menyentuh anak kesayangannya. Padahal sejak dulu Bryan adalah trouble maker dikeluarganya tapi Ken tidak pernah memarahinya. Ia selalu bangga dan memanjakan putra satu-satunya itu
-
-
Jiana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Bagus ibu jeni berdoa smg punya menantu seperti jiana pasti akan terkabul jd mantunya walaupun jiana culun penampilannya hatinya baik dan tulus,,,
apalagi tanpa sadar mabuk berat bryan telah memperkosa jiana...
2024-08-21
2
vj'z tri
mom doa mu aku amin kan 🤭🤭🤭
2024-08-21
2
Shellia Vya
Aduh Brian ngomong kok tanpa filter 🤦♀️
2022-06-30
0