Kalingga demam

Jojo membiarkan Kalingga beristirahat. Ia meninggalkan Kalingga ke dapur dan membuat minuman hangat serta membawa air untuk mengompres tubuh Kalingga.

Jojo resah, ia seorang diri di rumah dan harus merawat Kalingga yang sedang sakit. Jojo ingin memberitahu Keenan atau Kylan, namun ia juga merasa tidak enak jika mengganggu kesibukan mereka.

Saat kembali ke kamar, Jojo melihat Kalingga terpejam. Tubuh laki-laki itu tertutup selimut sepenuhnya. Jojo kembali meraba dahi Kalingga dan merasakan panas pada tubuh pria itu. Dengan hati-hati, Jojo meletakkan kompres di dahi Kalingga.

"Kalau mau sesuatu, katakan padaku, Kak," ucap Jojo. Gadis itu tidak beranjak dari sisi tempat tidur Kalingga hingga siang. Ia terus melakukan pengecekan suhu tubuh Kalingga secara berkala.

Kalingga berkali-kali menggigil kedinginan, ia membiarkan Jojo menutupi tubuhnya dengan berlapis-lapis selimut.

"Kak, kau tunggu di sini. Aku akan segera kembali," ujar Jojo. Ia keluar dari kamar Kalingga menuju kamarnya. Jojo menghubungi seseorang yang ia kenal, ia tidak mau membiarkan Kalingga terbaring sakit tanpa perawatan dokter.

Setelah menelpon, Jojo membuat bubur merah dengan cepat dan menyiapkannya untuk makan siang Kalingga.

"Kak, ayo makan," ucap Jojo. Ia mengambil kompres Kalingga dan membantu laki-laki itu setengah duduk.

"Aku sedang tidak berselera, Jo," keluh Kalingga.

"Hei, kau harus tetap makan, Kak. Bagaimana bisa sembuh kalau perutmu kosong?" tanya Jojo. "Aku sudah menghubungi Pak Lin, beliau akan datang bersama dokter," lanjut Jojo.

"Kenapa melakukan sesuatu tanpa seizinku?" tanya Kalingga.

"Di rumah ini kalian tidak punya obat-obatan apapun. Bagaimana kau bisa sembuh, Kak? tolong jangan menolak, apa kau mau yang lain khawatir?"

Kalingga diam. Bukan ia tidak suka Jojo melakukan sesuatu tanpa seizinnya, Kalingga hanya tidak mau menjadi beban atau merepotkan orang lain. terlebih Jojo adalah orang asing di rumah ini.

"Ayo makan," ucap Jojo. Ia memberi isyarat pada Kalingga agar membuka mulutnya.

"Aku bisa makan sendiri," tolak Kalingga.

"Jangan menolak. Ayo, aku suapi," ujar Jojo. Ia dengan sabar menyuapi Kalingga hingga bubur dalam mangkuknya habis tak tersisa.

Beberapa saat kemudian Pak Lin datang membawa seorang dokter. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menyarankan agar Kalingga di rawat di rumah sakit. Demamnya cukup tinggi dan kondisi Kalingga lemah. Ia harus mendapatkan perawatan segera sebelum terlambat.

"Tidak, Dok. Aku mau tetap di rumah," tolak tegas Kalingga.

"Kak, kita harus membawamu ke rumah sakit," ujar Jojo. Gadis itu berusaha merayu agar Kalingga setuju, namun semua usahanya tidak berhasil. Akhirnya, alternatif lain dari perawatan Kalingga adalah dengan melakukan perawatan di rumah.

Dokter menyiapkan perlengkapan medisnya dan berniat akan memasang selang infus di tangan Kalingga. Laki-laki itu berusaha menolak dengan berbagai alasan, hingga Jojo dan dokter merasa kesulitan membujuknya.

Hampir dua jam di dalam kamar, dokter memutuskan untuk menunggu di luar kamar dan meminta Jojo kembali membujuk Kalingga. Kondisi tubuh yang lemah, tensi darah yang rendah dan suhu tubuh tinggi Kalingga harus mendapatkan penanganan dengan cepat.

"Kak, pasang infus hanya sekali tusukan jarum. Setelah itu kau tidak akan merasakan sakit lagi, rasanya seperti di gigit semut," ucap Jojo merayu.

"Bisakah dokter itu hanya memberiku paracetamol saja?" tanya Kalingga.

"Lebih baik lagi jika cairan infus masuk ke dalam tubuhmu, Kak!" seru Jojo. Ia merasa Kalingga juga keras kepala, seperti adiknya.

Kalingga kembali berbaring, ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Persia seperti anak-anak yang ketakutan saat akan di suntik.

"Kak, kau benar-benar takut jarum suntik?" tanya Jojo. Kalingga mendengus kesal, tanpa perlu dikatakan, seharusnya Jojo paham jika ia memang takut akan jarum suntik.

Setelah berbagai bujukan dan rayuan, akhirnya Kalingga menyerah saat Jojo mengancamnya akan melaporkan kondisinya pada Merlinda.

"Jangan katakan apapun pada mama!" seru Kalingga.

Setelah Kalingga setuju, Jojo meminta dokter masuk dan segera memasang selang infus.

Wajah Kalingga semakin pucat dan memerah saat jarum suntik menancap di atas pergelangan tangannya. Tubuh laki-laki itu bergetar karena takut.

Setelah jarum infus terpasang, Jojo bernafas lega. Karena ia juga paham tentang ilmu kesehatan dan cukup tahu perawatan orang sakit. Dokter tidak perlu mengirim perawat untuk menemani Kalingga.

Dokter hanya memberi obat dan meninggalkan beberapa botol cairan infus agar Jojo bisa menggantinya saat di butuhkan. Sebelum dokter pamit, beliau meninggalkan nomor telepon agar Jojo bisa menghubunginya jika Kalingga tak kunjung membaik.

"Ayo, minum obatmu, Kak," pinta Jojo. Ia menyiapkan obat serta air putih setelah mengantar dokter dan Pak Lin keluar rumah.

"Setelah kau memaksaku ditusuk jarum, kau juga akan memaksaku minum obat?" tanya Kalingga kesal.

"Jangan marah, Kak. Ini demi kesembuhanmu," ucap Jojo sambil menyodorkan beberapa kapsul obat dan air dalam gelas.

Kalingga tidak hanya takut akan jarum suntik, rupanya ia juga mengalami kesulitan saat akan menelan obat dalam bentuk kapsul.

Jojo meringis keheranan, bagaimana bisa laki-laki sedewasa itu bahkan tidak bisa menelan obat yang ukurannya tidak seberapa.

Beberapa kali percobaan minum obat gagal, Kalingga kembali memuntahkannya karena obat selalu menyangkut dan tidak tertelan.

"Demi apa? aku akan menghaluskannya untukmu, Kak!" seru Jojo. Kini ia bahkan merasa menjadi ibu dari anak balita.

Setelah memastikan Kalingga sudah meminum obatnya, Jojo meminta laki-laki itu beristirahat. Karena keadaan Kalingga, Jojo terpaksa mengabaikan beberapa pekerjaan rumahnya demi berada di sisi Kalingga.

"Aku akan menunggu di sini, Kak. Tidurlah," pinta Jojo. Ia kembali memasang selimut Kalingga.

"Kau sudah makan siang?" tanya Kalingga. Karena sejak pagi, Jojo sudah menunggunya dan tidak terlihat keluar kamar dalam waktu lama.

"Jangan pikirkan aku. Istirahatlah, aku ada di sini. Kalau perlu sesuatu, katakan," ucap Jojo. Ia duduk di sofa dan membaca buku-buku koleksi Kalingga setelah meminta izin.

🖤🖤🖤

Saat pulang sekolah, Kai bergegas ke dapur dan meletakkan kotak bekas bekal makan siangnya di dekat wastafel. Ia mengedarkan pandangan mengelilingi dapur dan tidak melihat keberadaan Jojo. Biasanya gadis itu sudah menyiapkan sereal dan susu saat jam kepulangannya.

Kai memutuskan duduk di ruang tengah, menyalakan televisi dan menonton acara favoritnya tanpa mengganti seragam atau meletakkan tas ke dalam kamar.

Hingga sore hari, Kai tak kunjung melihat Jojo menampakkan diri. Bocah laki-laki itu merasa heran, tidak biasanya Jojo hilang dari peredaran rumahnya. Gadis itu biasanya sudah ratusan kali mengajukan pertanyaan pada Kai seputar kegiatan sekolahnya hari ini.

Merasa bosan, Kai akhirnya memutuskan ke kamar. Ia melihat pintu kamar Kalingga sedikit terbuka dan mendekat. Kai terkejut mendapati pemandangan di depannya.