Penyempurnaan

Penyempurnaan

chapter 1

"Jangankan tau orangnya, tau namanya aja enggak Azkia tuh. Lagian kenapa sih maksa banget? Kan dari awal Azkia bilang gak mau."

Emosi yang sudah di ambang batas, membuatnya kesal bukan main. Tapi Azkia tetap menjaga batasannya, mengingat yang sekarang ia hadapi adalah kedua orang tuanya.

"Ya nanti juga pasti tau sayang." Azman ayah dari Azkia. Terus berusaha untuk meyakinkan putri bungsunya itu. Meskipun ini bukanlah hal yang mudah.

“Lagian Abah sama mamah tuh main terima aja sih lamaran orang asing. Gak dibicarain dulu lagi sama orang yang mau dilamarnya."

Sudah kesekian kalinya, Azkia menolak perjodohan yang direncanakan kedua orang tuanya. Bukannya benar benar menolak, hanya saja Azkia tidak tau dengan siapa dan seperti apa lelaki yang akan dijodohkan dengannya itu.

Bahkan Azkia tau bahwa dirinya sudah dilamarpun pun baru sebulan yang lalu, saat kedua orang tuanya mulai gencar membujuk untuk ia menerima perjodohan ini.

"Mereka bukan orang asing sayang. Mereka itu sahabat Abah udah dari lama banget."

Terdengar aneh memang, di zaman modern

seperti ini masih ada budaya perjodohan hanya karena perjanjian mereka di masa lampau. Kalimat yang awalnya di anggap bercanda, tapi menjadi impian terbesar bagi sahabatnya yang sudah tiada. Dan Azman ingin mengabulkan mimpi sahabatnya, dan dirinya pun tidak ingin ingkar. Bukan berarti putrinya yang menjadi korban, hanya saja Azman pun sudah tau betul keluarga dari calaon suami putrinya nanti. Jadi ia sudah tidak perlu khawatir, karena Azkia akan berada di keluarga yang tepat.

"Ya tetep aja buat Azkia asing. Kan Azkia gak kenal siapa mereka?" Azkia kembali membantah, dirinya sudah kebal dengan alasan alasan yang di jelaskan Azkia.

"Kamu kenal tante Aulia?" Tanya Saskia Ibu dari Azkia.

"Tante Aulia?" Sejenak Azkia terdiam, seraya berusaha mengingat siapa yang di maksud Mamahnya itu.

Saskia membenarkan. "Iya kita pernah beberapa kali ketemu." Imbuhnya, membantu Azkia untuk segera mengingat.

Butuh waktu bagi Azkia untuk mengingat sosok wanita bernama Aulia itu, dan ingatannya pun tertuju pada kilasan wajah cantik nan ramah, dengan usia yang tidak bisa di bilang muda.

"Jadi yang lamar Azkia Tante Aulia?"

"Iya geulis." Azman menatap gemas putrinya.

“Lebih tepatnya, dia lamar kamu buat anak laki laki nya." Jelas Azman.

Takut takutnya Azkia keliru.

"Tapi kan Bah, Azkia gak tau yang mana anak Tante Aulia itu. Namanya aja gak tau, apalagi orangnya?"

Kembali Azkia melayangkan alasan atas ketidakstujuannya. Anak siapapun dia, jika Azkia belum mengenalnya, tetap ia tidak akan terima.

“Dengerin Mamah." Saskia mengalihkan perhatian Azkia.

"Sebelum kalian menikah, pastinya kalian ketemu dulu. Saling mengenal satu sama lain, sampai akhirnya kalian merasa cocok. Dan setelah itu baru deh kalian langsung nikah."

Sebagai Ibu, jelas Saskia tidak ingin anaknya jatuh ke tangan orang yang salah. Bagaimanapun Azkia harus tau terlebih dahulu siapa calon suaminya. Tapi sebelum Azkia tau, dirinya sudah tau terlebih dahulu calon menantunya. Maka dari itu, Saskia berusaha keras membujuk anaknya. Karena yakin, kali ini pilihan mereka sudah tepat.

"Kalau gak cocok?"

“Harus cocok." Jawab Azman dan Saskia secara bersamaan, membuat Azkia menatap tidak percaya. Kompak sekali kedua orang tua ini.

"Kenapa harus cocok?" Sergah Azkia dengan cepat.

“Dia ganteng, udah mapan lagi. Pekerja keras juga, yang penting, dia bertanggung jawab." Saskia memberi tau gambaran tentang calon suami dari anaknya, walaupun dirinya belum mengenal lebih dalam tapi setidaknya itu yang bisa ia cari tau.

Azkia menghela nafas dalam, otaknya harus kembali bekerja untuk mencari alasan. Baginya, bukan hal yang mudah menerima perjodohan yang di anggapnya dadakan ini.

"Kenapa harus Azkia sih? Kenapa gak kak Kiy aja?" Azkia kembali bersuara, mengingat dirinya punya satu saudara perempuan.

"Karena kamu yang mereka mau."

Berusaha tenang, Azman kembali meyakinkan Azkia.

"Lagian kan Kak Kiy udah nikah sama A' Steven."

Skakmat, Azkia lupa kalau kakanya itu sudah berumah tangga, bahkan sudah berbuntut dua. Sekarang apalagi yang harus ia jadikan alasan?

"Kalau emang iya, perjodohan direncanakan dari dulu, kenapa kalian baru ngasih tau Azkia sekarang? Atau seenggaknya, Azkia sama dia kenal dari dulu. Biar kita sama sama tau." Azkia akui ini alasan terakhirnya, mengingat otaknya sudah kehabisan cara untuk menolak, semoga saja berhasil.

"Nak, ada kalanya rencana kita menjadi rahasia. Tidak semua orang harus tau, termasuk kamu. Karena ada waktunya juga semuanya terungkap. Dan mungkin ini waktunya."

"Tidak pertemukan kita sejak lama, itu termasuk rencana kalian?"

"Ada beberapa hal yang kita takutkan, dan bisa saja menggagalkan semuanya, jika kita mempertemukan kalian sejak awal."

Azkia terdiam, meresapi kata demi kata yang Abah dan Mamahnya ucapkan. Tidak ada yang salah memang dengan alasan dibalik perjodohan ini. Bahkan dirinya sudah hapal cerita besar antara kedua orang tuanya dengan sahabatnya itu, saat mereka sedang membujuknya.

Persahabatan antara Abah dan mendiang sahabatnya itu terjalin sejak lama, bahkan mereka berasal dari tempat kelahiran yang sama. Belangkat ke kota sama sama, berjuang sama sama, sampai akhirnya mereka menemukan kehidupan dan kebahagiaan mereka masing masing. Dan persahabatan mereka tidak terputus begitu saja, Bahkan semakin erat, saat keduanya memiliki keluarga masing masing. Namun komunikasi mereka kian hari kian jarang. Mengingat jarak yang terpisah jauh, saat keduanya membangun bisnis dengan cara masing masing. Bahkan sudah jarang untuk bertemu setahun sekalipun, dan itupun karena kesibukkan. Tapi itu tidak menjadi tali pemisah bagi mereka, meskipun komunikasi yang jarang.

Begitulah, sedikit ringkasan cerita yang Azkia hapal dari cerita yang selalu orang tuanya ceritakan. Dan lagi, Azkia tidak tau sebanyak apa rencana yang mereka rencanakan dibaliknya.

Bukan untuk kali ini saja Azkia memikirkan jawabannya, dari jauh jauh hari tepatnya saat mengetahui perjodohan ini, dirinya mulai memikirkan tentang semuanya. Terutama masa depannya. Bagaimana kehidupannya setelah menjadi istri? Apakah dirinya bisa?

Yang jelas untuk saat ini, kebahagiaan orang tuanya adalah yang utama.

"Baiklah..." Azkia menjeda ucapannya, kembali menguatkan tekad atas keputusannya kali ini.

"Dengan Bismillah, Azkia terima perjodohan ini." Tidak ada lagi alasan untuknya menolak, mengingat ini adalah pilihan orang tuanya. Azkia selalu meyakini, pilihan kedua orangtuanya selalu yang terbaik.

Dan mungkin, ini sudah menjadi jalan takdirnya. Mengingat sampai usianya saat ini Azkia masih sendiri. Bisa saja, ini semua adalah jawaban doa doanya selama ini. Bukankah Tuhan memiliki cara tersendiri dalam mempertemukan takdir hambanya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!