15. Keributan Lebih Dulu

Dean berdiri dengan kedua tangan berada di saku celananya. Teras lobi itu memiliki tiga anak tangga dan Tasya berdiri di undakan paling bawah. Rio berdiri di atasnya, dan Dean berdiri di teras lobi dengan Musdalifah yang berjarak semeter darinya.

“Papa kamu udah nyampe mana?” tanya Rio pada Tasya yang berdiri mematung di depan lobi.

“Gak tau,” jawab Tasya.

“Ya ditelfon dong … ditanyain.” Dean menyela dari balik punggung Rio. Ia melemparkan tatapan kesal pada Tasya. Ia heran kenapa Toni bisa pacaran dengan anak ingusan seperti Tasya.

“Diem dulu,” sergah Rio sedikit berbalik dan mendelik pada Dean.

“Kamu jangan pergi sampai orangtuanya nyampe di sini ya. Jangan lupa dicek dulu yang jemput benar orangtuanya apa bukan.” Dean berbicara pada Musdalifah dalam bisikan.

“Baik, Pak. Aman … percayakan dengan Ifa.” Musdalifah tersenyum.

“Ifa—Ifa … Mus. Mus. Itu yang bener,” kata Dean melengos.

“Iihh … berisik banget sih,” kesal Rio kembali menoleh pada Dean. Ia sedang mencoba mengorek cerita dari Tasya soal merajuk luar biasa yang sedang dilakukan oleh wanita itu.

“Gue telfon si bule sinting dulu.” Dean mengeluarkan ponselnya dan menelepon Toni.

Setelah beberapa kali panggilan, Toni tak juga menjawab. Dean kembali mengantongi ponselnya dengan wajah kesal.

“Ada?” tanya Rio menoleh Dean.

“Gak dijawab,” ketus Dean.

“Tasya … kenapa langsung telfon orang tua? Kan gak enak kalo acara kantor tapi kamu pulang nangis-nangis kayak gini,” kata Rio memandang Tasya.

“Gak apa-apa, Mas. Eh, itu Papa!” ujar Tasya menoleh pada mobil yang baru masuk dan mendekat ke arah teras.

Mobil itu hanya sebuah mini bus biasa dan seorang pria paruh baya langsung keluar dari pintu bagian supir. Wajah pria itu terlihat berang menatap Rio dan Dean bergantian.

“Toni! Kalau kamu nggak bisa berlaku seperti laki-laki dewasa, kamu jangan pernah menjalin hubungan dengan wanita. Tampang kamu aja yang baik. Anak saya sampe nangis-nangis gini, kamu gak mau nganterin. Malah saya yang jemput.” Pria setengah baya tadi menghardik Rio.

Rio mundur selangkah dan mengibaskan kedua tangannya. “Bukan Pak—bukan. Saya bukan Toni.” Rio menggeleng-geleng.

“Kalau gitu pasti kamu! Masih bisa kamu ngeliat orang dengan muka kamu yang sombong itu. Gak ada gunanya muka ganteng tapi jadi laki-laki angkuh!” maki Ayah Tasya pada Dean.

“Bukan—bukan. Enak aja ngira saya Toni. Mantan pacar anak Bapak, gak seganteng saya. Jauh …” jawab Dean dengan wajah sebal.

“Halah—kalian semua laki-laki sama saja!” umpat Ayah Tasya mengangkat koper anaknya.

“Lah, Bapak juga laki-laki.” Dean tak terima dimaki-maki oleh orang asing. Terlebih ia tak mengerti duduk perkara yang sebenarnya. “Tasya … kamu jelasin ke orang tua kamu masalahnya apa.” Dean meneruskan ucapannya pada Tasya yang masuk ke kursi penumpang bagian depan.

“De … udah.” Meski Rio ikut kesal karena dimarah-marahi di depan umum oleh orang yang tak dikenal, ia tak mau Dean ribut di sana.

Dean menekuk wajahnya memandang mini bus tadi pergi meninggalkan teras lobi resor.

"Bisa-bisanya si bule sinting itu pacaran ama anak ingusan. Umur 24 tahun jaman sekarang perempuan masih keliling dunia. Si Tasya kayak gak bisa nyari laki-laki lain aja," gerutu Dean masih dengan kedua tangannya berada di saku celana.

"Inget, De ... istri lo hamil anak pertama umur berapa? 21 tahun. Sekarang umur berapa? 25 tahun, kan? Hamil anak keempat?" Rio mengingatkan Dean sebelum sahabatnya itu mengata-ngatai Toni lebih lanjut.

Dean bungkam dan melengos saat mendengar perkataan Rio yang benar adanya. Perempuan lain keliling dunia, tapi Winarsih hamil sepanjang tahun karena perbuatannya.

“Kalau gitu, tugas saya udah selesai, Pak?” tanya Musdalifah memandang Dean.

“Ini semua karena bos kamu, si bule sinting itu. Bisa banget mantan pacar diterima kerja di perusahaan yang sama. Kayak gak bisa ngasi info di tempat lain aja. Di saat-saat kayak gini bukannya malah muncul. Ditelfon gak dijawab. Dikirimin pesan gak dibaca. Ngajak ke sini ngebetnya minta ampun,” kesal Dean. Musdalifah juga kebagian apes cercaan dari Dean.

“Pak,” panggil Musdalifah.

“Apa lagi?” tanya Dean.

“Pak Toni tadi titip pesan, katanya dia di ruang bilyar. Bapak berdua diminta ke sana,” kata Musdalifah.

“Kapan bos kamu bilang gitu?” tanya Dean.

“Tadi, waktu mbak Tasya nangis-nangis. Sebelum bapaknya dateng,” jawab Musdalifah dengan polosnya.

Dean mengeluarkan kedua tangannya dari saku dan menarik napas panjang. “Waah … bener-bener luar biasa si Toni. Semua dalam kehidupannya ganjil. Setelah ngasi gue cobaan dalam bentuk Asih, sekarang dalam bentuk si Mus. Kenapa gak bilang dari tadi?" Dean berkacak pinggang menggelengkan kepalanya. Rio terkekeh-kekeh melihat raut kekesalan Dean yang sepertinya sudah mencapai puncak.

“Gak ada gunanya muka ganteng tapi jadi laki-laki angkuh,” gumam Musdalifah.

“Kamu mau ngajak ribut?” tanya Dean.

“Kata-kata bapaknya mbak Tasya tadi memang keterlaluan ya, Pak …” sahut Musdalifah memasang wajah polos.

“Wah … kayaknya kamu perlu melihat keindahan Indonesia bagian Timur dari jendela kantor T&T Express di sana.”

“Jangan, Pak. Kasian debt collector kalo nyari saya sampe sana. Permisi, Pak ….” Musdalifah buru-buru pamit sebelum Dean semakin murka. Ia khawatir laki-laki itu akan benar-benar membujuk atasannya untuk memindahkannya ke cabang Indonesia Timur.

“Ayo—ayo, kita ke tempat bilyar. Mungkin Langit juga udah ada di sana,” ajak Rio.

Rio melingkarkan tangannya ke bahu Dean. Meski tangannya harus terentang ke atas, ia berusaha menepuk-nepuk bahu Dean yang terlihat masih kesal. Di antara mereka berempat, Toni memiliki tubuh paling tinggi dengan 186 cm. Sedangkan Dean, 184 cm. Menyusul langit yang memiliki tinggi 175 cm dan terakhir Rio dengan tinggi badan 170 cm.

Dulunya, Rio menjadi manusia yang paling sering digendong oleh teman-temannya karena dinilai bertubuh paling ‘mini’. Ketika mereka berada di bangku sekolah SMA, Rio sering digendong oleh Toni atau Dean saat mengintip jendela kelas Jennifer.

“Itu Tasya kenapa, sih?” tanya Rio menoleh Dean saat mereka berdua beriringan menuju ruang bilyar yang menyatu dengan sebuah bar. “Lo tau?”

“Tau. Gue tau,” jawab Dean. “Besok kita pulang. Jadi besok gue kasi tau selengkapnya. Gue tinggal menyusun kepingan puzzle terakhir.” Dean menoleh sembari terkekeh.

“Gaya bener,” ucap Rio ikut terkekeh. “Termasuk cewe yang minta handuk ama Toni?” tanya Rio lagi.

“Termasuk cewe yang minta handuk. Dan jangan kaget …” kata Dean. “Apapun yang terjadi, mereka udah dewasa. Dan itu urusan pribadi Toni. Sama kayak Wulan yang—”

“Gue cuma nawarin Wulan minum. Kenapa lo yang sewot?” hardik Toni pada seorang pria. Pria itu pacar Wulan yang sedang berdiri memegang stik bilyar di tangannya.

Baru saja langkah kaki Dean dan Rio tiba di ruangan bilyar, mereka telah menyaksikan keributan lainnya yang baru akan dimulai.

“Gue gak suka. Dia pacar gue. Dan gak penting banget lo nawar-nawarin minuman ke dia,” sergah laki-laki itu. “Gue udah cukup jijik liat kelakuan lo sejak tiba di sini. Sikap lo itu nggak penting banget!” kata laki-laki itu lagi.

“Rey … udah.” Wulan menarik lengan laki-laki yang dipanggil Rey.

“Lepasin dulu, Lan!” bentak Rey pada Wulan yang sedikit terhempas mundur karena kibasan tangan Rey.

“Jangan kasar lo!” teriak Toni.

“Lo emang siapanya? Lo cuma mantan suami yang nggak bisa moved on tapi gak ada usaha buat dia!” Rey tampak benar-benar emosi. Sepertinya ia turut mengamati perhatian Toni pada Wulan selama di sana.

“Gue ngelepasin dia, karena gue pengen dia bahagia. Gue gak mau liat dia sedih karena hidup dengan gue. Tapi kalo ngelepas dia ke orang kayak lo … kayaknya gue gak bisa.” Toni menatap Wulan saat mengatakan hal itu.

Wulan memandang mantan suaminya dengan raut muram.

“Udah jijik dia buat balikan ke lo!” Rey maju dengan stik bilyarnya.

“Wow—wow … gak adil ini. Gak adil kalo Toni tangan kosong. Jadi gue kasi ini,” kata Dean maju menyodorkan sebuah stik bilyar ke tangan Toni.

“De!” Langit baru tiba dengan wajah bingung namun geli melihat Dean berada di antara dua orang pria seperti seorang wasit.

“Ganti rugi peralatan,” ucap Dean. Matanya sedang menatap sebuah papan yang menampilkan tabel harga ganti rugi peralatan bilyar jika pengunjung merusaknya. “Harga laken 1.900.000, stik-nya 650.000. Oh, murah kok … lanjutin kalo gitu.” Dean mundur kemudian menyilangkan kedua tangannya di dada.

“De! Gak lucu!” tegur Wulan pada Dean. Ia menarik lengan Rey agar pergi dari tempat itu. Namun, lagi-lagi Rey menghempaskan tangan Wulan dan bersikeras tetap berada di sana.

Dean menatap kesal pada pacar Wulan.

“Emang gak lucu! Tapi aku pengen liat, mana yang mau babak belur demi kamu, Wulan. Untuk hal ini, aku yakin Toni pasti spektakuler,” kata Dean.

To Be Continued

Jangan lupa likenya ya Bebs, :*

Terpopuler

Comments

Arin

Arin

Bener2 pak advokat satu ini meresahkan....

2024-02-23

1

emaknya Bel

emaknya Bel

suka betul nk ngomong ki

2023-10-22

1

emaknya Bel

emaknya Bel

provokator yg the best pak de mah

2023-10-22

2

lihat semua
Episodes
1 1. Dean Danawira Hartono
2 2. Tony Setyo Anderson
3 3. Balada Perdukunan
4 4. Rio Haryanto Oey
5 5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6 6. Rangga Langit Kelana
7 7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8 8. Jurus Terakhir Dean
9 9. Bukan Rahasia Kelam
10 10. Tak Terlalu Spektakuler
11 11. Misi Mengamati (1)
12 12. Misi Mengamati (2)
13 13. Kerja Sama Tim
14 14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15 15. Keributan Lebih Dulu
16 16. Akhirnya Perkelahian
17 17. Resor Gratis
18 18. Anak Sulung Badung
19 19. Perjanjian Damai
20 20. Bujukan Dean
21 21. Akhir Misteri (1)
22 22. Akhir Misteri (2)
23 23. Untaian Isi Hati
24 24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25 25. Adu Ketahanan Mental (1)
26 26. Adu Ketahanan Mental (2)
27 27. Saran Dari Ahli
28 28. Memastikan Sesuatu
29 29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30 30. Rasa Dari Masa Lalu
31 31. Bukti Lipstik Waterproof
32 32. Cerita Teman Hidup
33 33. Bingkisan Panitia Outing
34 34. Teror Ucapan Bingkisan
35 35. Feedback Bingkisan
36 36. Man to Man
37 37. Ulah Para Sekretaris
38 38. That's Why We Adore Him
39 39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40 40. Andaikan Kau Datang Kemari
41 41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42 42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43 43. Untuk Kita Kembali Lagi
44 44. Aku Tak Biasa
45 45. Kantor Pengacara Tersohor
46 46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47 47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48 48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49 49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50 50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51 51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52 52. Heboh Sekompi
53 53. Modus Mulus
54 54. Tamu Makan Siang
55 55. Bertemu Nyonya Rumah
56 56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57 57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58 58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59 59. Pertengkaran Anak Asuh
60 60. Jauh Dari Rencana
61 61. Kurang Konsentrasi
62 62. Ternyata Selama Ini
63 63. Menuju Penyelesaian
64 64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65 65. Dari Toni Untuk Wulan
66 66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67 67. Sebuah Akhir
68 68. Makan Siang Bersama
69 69. Hasil Rapat
70 70. Sesuai Janjiku
71 71. Acara Sabtu Pagi
72 72. Di Luar Rencana
73 73. Kekacauan Lainnya
74 74. Adu Ilmu
75 75. Asih Sebenarnya
76 76. Hidup Tetaplah Misteri
77 77. Cieeee
78 78. Di Dalam Mobil
79 79. Dua Kantong Bingkisan
80 80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81 81. Tragedi
82 82. Bubar
83 83. Tentang Aku dan Kamu
84 84. Kita dan Anak Adopsi
85 85. Urusan Kita
86 86. H Minus Dua
87 87. Malam Gaduh
88 88. Percakapan IGD
89 89. Tembakan Santoso
90 90. Permintaan Toni
91 91. Suprise
92 PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93 92. P3K
94 93. Memenuhi Janjiku Padamu
95 94. Hadiah Dari Sahabat
96 95. Jamuan Makan Malam
97 96. Keahlian Lama
98 97. Semangat Baru
99 98. Tunggu Kami
100 99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101 100. Kado Untuk Mami
102 101. Menjelang Kebahagiaan
103 102. Kelahiran Handaru
104 103. Kabar Dari Santoso
105 104. Arisan Impian
106 105. Misteri Cuti
107 106. Menuju Sidang
108 107. Paparan Alasan
109 108. Kado Pernikahan
110 109. Menatapi Hasil Sidang
111 110. Dari Musdalifah
112 111. Kebahagiaan Untuk Asih
113 112. Hari Keluarga Anderson
114 113. Menjenguk Bayi
115 114. Obat Untuk Mami
116 115. Menjelang Arisan Besar
117 116. Arisan Besar
118 117. Akhirnya, Keluarga.
119 118. Puncak Masa Keemasan
120 119. Takdir
121 120. Keluarga Besar (1)
122 121. Keluarga Besar (2) TAMAT
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Dean Danawira Hartono
2
2. Tony Setyo Anderson
3
3. Balada Perdukunan
4
4. Rio Haryanto Oey
5
5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6
6. Rangga Langit Kelana
7
7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8
8. Jurus Terakhir Dean
9
9. Bukan Rahasia Kelam
10
10. Tak Terlalu Spektakuler
11
11. Misi Mengamati (1)
12
12. Misi Mengamati (2)
13
13. Kerja Sama Tim
14
14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15
15. Keributan Lebih Dulu
16
16. Akhirnya Perkelahian
17
17. Resor Gratis
18
18. Anak Sulung Badung
19
19. Perjanjian Damai
20
20. Bujukan Dean
21
21. Akhir Misteri (1)
22
22. Akhir Misteri (2)
23
23. Untaian Isi Hati
24
24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25
25. Adu Ketahanan Mental (1)
26
26. Adu Ketahanan Mental (2)
27
27. Saran Dari Ahli
28
28. Memastikan Sesuatu
29
29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30
30. Rasa Dari Masa Lalu
31
31. Bukti Lipstik Waterproof
32
32. Cerita Teman Hidup
33
33. Bingkisan Panitia Outing
34
34. Teror Ucapan Bingkisan
35
35. Feedback Bingkisan
36
36. Man to Man
37
37. Ulah Para Sekretaris
38
38. That's Why We Adore Him
39
39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40
40. Andaikan Kau Datang Kemari
41
41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42
42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43
43. Untuk Kita Kembali Lagi
44
44. Aku Tak Biasa
45
45. Kantor Pengacara Tersohor
46
46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47
47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48
48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49
49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50
50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51
51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52
52. Heboh Sekompi
53
53. Modus Mulus
54
54. Tamu Makan Siang
55
55. Bertemu Nyonya Rumah
56
56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57
57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58
58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59
59. Pertengkaran Anak Asuh
60
60. Jauh Dari Rencana
61
61. Kurang Konsentrasi
62
62. Ternyata Selama Ini
63
63. Menuju Penyelesaian
64
64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65
65. Dari Toni Untuk Wulan
66
66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67
67. Sebuah Akhir
68
68. Makan Siang Bersama
69
69. Hasil Rapat
70
70. Sesuai Janjiku
71
71. Acara Sabtu Pagi
72
72. Di Luar Rencana
73
73. Kekacauan Lainnya
74
74. Adu Ilmu
75
75. Asih Sebenarnya
76
76. Hidup Tetaplah Misteri
77
77. Cieeee
78
78. Di Dalam Mobil
79
79. Dua Kantong Bingkisan
80
80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81
81. Tragedi
82
82. Bubar
83
83. Tentang Aku dan Kamu
84
84. Kita dan Anak Adopsi
85
85. Urusan Kita
86
86. H Minus Dua
87
87. Malam Gaduh
88
88. Percakapan IGD
89
89. Tembakan Santoso
90
90. Permintaan Toni
91
91. Suprise
92
PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93
92. P3K
94
93. Memenuhi Janjiku Padamu
95
94. Hadiah Dari Sahabat
96
95. Jamuan Makan Malam
97
96. Keahlian Lama
98
97. Semangat Baru
99
98. Tunggu Kami
100
99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101
100. Kado Untuk Mami
102
101. Menjelang Kebahagiaan
103
102. Kelahiran Handaru
104
103. Kabar Dari Santoso
105
104. Arisan Impian
106
105. Misteri Cuti
107
106. Menuju Sidang
108
107. Paparan Alasan
109
108. Kado Pernikahan
110
109. Menatapi Hasil Sidang
111
110. Dari Musdalifah
112
111. Kebahagiaan Untuk Asih
113
112. Hari Keluarga Anderson
114
113. Menjenguk Bayi
115
114. Obat Untuk Mami
116
115. Menjelang Arisan Besar
117
116. Arisan Besar
118
117. Akhirnya, Keluarga.
119
118. Puncak Masa Keemasan
120
119. Takdir
121
120. Keluarga Besar (1)
122
121. Keluarga Besar (2) TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!