7. Azas Keseimbangan dan Demokratis

Rio membuka pintu kamarnya dan tak menemui Jenni di sana. Ia merebahkan diri di ranjang dan memejamkan mata. Baru pukul 9 malam saat ia tiba di ruma. Ketiga anaknya sudah masuk ke kamar dan ia sempat mengintip ketiganya baru saja tertidur pulas di bawah lampu tidur bermotif polkadot yang berputar dan memantul di dinding.

Pintu kamar terbuka dan Rio menebak itu pasti Jenni yang baru saja naik ke kamar. Matanya terlalu berat untuk dibuka.

“Udah pulang.” Suara Jenni terdengar mendekat. “Mandi dulu Pi,” katanya lagi.

“Kalo gak usah mandi boleh?” tanya Rio masih memejamkan mata berbaring melintang di ranjang dengan tangan terentang.

Jenni yang sudah terbalut piyama satin ikut merebahkan diri di sebelah suaminya. Ia menjadikan lengan Rio sebagai bantal.

“Dari mana? Ketemu anak-anak lagi?” Jenni berbaring miring dan memeluk suaminya. Masih dengan mata terpejam, Rio membalas pelukan dengan mengusap lengan istrinya.

“Iya … ketemu anak-anak. Biasalah, yang diomongin sebenarnya itu-itu aja. Tadi aku ke Beer Garden setelah ngecek outlet di Bekasi. Dean nelfon minta ketemu di sana. Rapat darurat katanya.” Rio terkekeh membayangkan Dean yang sebegitu datang langsung mengeluarkan jeruk purut.

“Apa yang lucu?” tanya Jenni. “Cerita dong. Pasti Dean … apalagi kekacauan yang dibuatnya?” tanya Jenni.

“Bukan—bukan, kali ini bukan dia. Toni.” Rio kembali tertawa.

“Kalo aku nanya, pasti nggak dikasi tau.” Jenni mencubit pelan perut suaminya.

Rio tertawa dan menangkap tangan istrinya. “Gak usahlah kamu tau. Yang itu-itu juga masalahnya. Yang penting kita semua masih dalam batas wajar.” Hati nurani Rio kadang terganggu kalau harus menceritakan kejelekan sahabatnya. Di lain sisi, ia tak ingin penilaian Jenni pada teman-temannya akan berubah.

“Toni gimana? Masih?” tanya Jenni.

“Masih, masih ‘kata mami gue’.” Rio tertawa dan berguling ke samping menarik istrinya dalam dekapan.

“Kasian,” kata Jenni. “Mami Toni ternyata gak nikah lagi. Bener-bener cinta ama Mr. Anderson.”

“Kalo aku yang meninggal, kamu nikah lagi gak Mi?” tanya Rio tiba-tiba. Jenni yang tadi terkekeh, kini berhenti menatap serius suaminya.

“Apa sih, Pi …” sergah Jenni menepuk pelan lengan Rio. “Kalo aku jadi mami Toni, mungkin aku bakal kayak gitu. Lebih mudah menikah saat ditinggal cerai ketimbang ditinggal mati.” Jenni menerawang.

Rio menumpukan lengan dan membelai kepala istrinya. Sebentar tangannya berhenti untuk membenahi rambut Jenni yang masih terikat kendur di belakang kepala.

“Artinya , Toni masih cinta ke Wulan. Dia sebenarnya masih cinta, makanya dia belum bisa memulai hidup yang baru bersama orang baru. Buat Toni, Wulan itu selalu spesial. Sayangnya, Toni gak bisa membuat Wulan dan maminya hidup berdampingan dalam satu rumah. Toni kurang luwes untuk hal-hal kayak gitu,” kata Rio.

“Mirip keadaan Dean dulu ya …” ucap Jenni.

“Dean anak bungsu, dia manja. Tapi lama di luar negeri bikin Dean sedikit kehilangan taste-nya sebagai anak bungsu. Dia lebih mandiri karena cukup lama pisah dari keluarga. Pak Hartono juga keras didik dia. Beberapa tahun kuliah di luar negeri, buat pola pikir Dean berbeda ama Toni yang berdarah Amerika tapi tinggal selalu dengan maminya di sini. Toni gak bisa nempatin diri kapan jadi anak laki-laki dan kapan jadi seorang suami untuk Wulan. Dan … Wulan juga belum nikah lagi. Atau setidaknya itu info yang kita terima.”

“Artinya kalian semua selama ini selalu ngikutin berita soal Wulan?” tanya Jenni mendelik menatap Rio.

“Gak ngikutin banget, tapi kadang ketemu dan ngobrol. Terakhir ketemu Wulan, dia lagi ama laki-laki. Tumben. Keliatan deket, perasaan aku dikit nggak enak. Kayaknya Toni bakal ditinggalin selamanya. Wulan udah moved on dan Toni belum.” Rio masih mengusap perut istrinya dengan lembut.

“Toni bisa patah hati,” kata Jenni. Ia benar-benar memahami Toni. Mereka semua berteman sejak ia dan Rio berpacaran di kelas 2 SMA. Sejak saat itu, kebanyakan waktu di akhir Minggu yang dihabiskannya bersama Rio, juga bersama teman-temannya.

Toni hampir tak memiliki pacar tetap dulunya. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersama mereka semua ketimbang berkencan dengan seorang gadis di sekolah.

Jennifer adalah adik kelas. Persahabatannya bersama Dean, Langit dan Toni dimulai sejak ia sebulan menjadi murid baru di sekolah mereka. Saat itu, Rio bisa dikatakan jatuh cinta pandangan pertama padanya. Sejak mereka berpacaran, tak pernah ada masalah yang berarti. Hubungan mereka selalu stabil hingga mereka menikah. Dan untuk urusan pengalaman berpacaran pun, Jenni sangat minim. Nyaris tak ada sama sekali. Rio adalah cinta pertama yang menjadi suaminya. Berpacaran selama sembilan tahun, cukup memantapkan hatinya menerima lamaran Rio kala itu.

Rio sadar kalau Jenni selalu berpikiran ia adalah suami yang lurus dan tak banyak tingkah. Memang itu ada benarnya, selama menikah, ia memang tak pernah macam-macam. Baginya Jenni adalah wanita paling cantik yang pernah dilihatnya. Sejak SMA, Jenni selalu kalem. Anak pengusaha menengah yang keluarganya jauh dari polemik. Hampir sama sepertinya. Mungkin banyak kesamaan itu yang membuat mereka jarang sekali berdebat apalagi bertengkar.

“Aku juga kasian ama Toni,” kata Rio. “Kayaknya aku mau kasi saran ke dia. Mau nanya ke yang lain dulu.”

“Apa emangnya?” tanya Jenni.

“Nanti aja kalo udah pasti, aku bakal ceritain semuanya. By the way … sebelum itu, aku mau minta izin ke kamu Mami Sayang ….” Rio kembali membelai rambut istrinya.

“Apa itu?” Jenni mendongak.

“Minggu depan, aku nemenin Toni outing kantornya ke Sukabumi boleh nggak? Bareng anak-anak yang lain. Tiga hari dua malem,” ujar Rio yang tangannya naik perlahan dan memijat lembut dada istrinya.

“Ngapain aja sampe tiga hari dua malem?” tanya Jenni seraya bergeser demi mengetatkan pelukannya pada Rio.

“Paling kegiatannya kayak outbond gitu. Kita bertiga cuma nemenin Toni. Kasian dia nggak ada istrinya.” Rio menarik simpulan piyama Jenni hingga terurai dan memperlihatkan lingerie berbahan tile merah.

“Janji gak bakal macem-macem?” tanya Jenni yang tangannya perlahan membuka kancing kemeja Rio satu persatu. Ia memang percaya diri kalau Rio tak akan macam-macam. Sejak dulu, Rio tak pernah memuji wanita lain selain dirinya. Baginya Rio adalah contoh sebenar-benarnya dari seorang family man.

“Janji …” sahut Rio menyibakkan piyama Jenni dari bahunya. Jemarinya merayap perlahan merasakan satin halus yang menonjolkan puncak dada istrinya dengan jelas.

“Boleh nggak Mi …?” tanya Rio lagi.

“Boleh …” sahut Jenni dengan suara parau. Ia memejamkan mata dan merasakan kecupan lembut Rio di lehernya.

Eksekusi yang lembut sekali pikir Rio. Izin sudah di tangan. Tinggal bagaimana menunggu nasib Dean yang pasti akan uring-uringan jika tahu bahwa ia sudah mengantongi izin dari Jenni.

Sementara itu, di lain tempat keesokan harinya.

“Ya udah, kamu makan dulu. Biar aku yang gendong Widi.” Dean mengambil Widi dari pangkuan Winarsih yang baru saja duduk menghadapi piringnya.

“Minta digendong sama babysitter-nya aja, keliling taman sebentar. Kamu duduk makan dulu,” pinta Bu Amalia pada Dean.

“Udah—udah, gak apa-apa kok. Biar bapak gendong, sebelum masa bungsunya berakhir. Ya, kan Nak?” Dean mengangkat Widi dan mencium perut bayi itu sebelum kemudian memeluknya di depan dada.

“Iya, bener kata Mama. Kasi ke mbak-nya sebentar nggak apa-apa Mas … ini nasi Mas udah nggak panas lagi.” Winarsih menunjuk piring berisi nasi yang sudah sejak tadi disendokkannya.

“Kamu makan duluan gak apa-apa. Nanti anak Mas yang di perut malah kelaperan. Makan aja Sayang …” pinta Dean memajukan letak piring Winarsih.

“Ya udah, aku makan duluan …” kata Winarsih.

“Nanti selesai makan, kita bawa anak-anak keluar ya …” tukas Dean kemudian bersenandung dan menggendong Widi keliling ruang makan.

“Pak … Mas nggak kasi itu,” rengek Dita berlari memeluk kaki Dean.

“Gak dikasi apa? Mas Dirja-nya mana?” tanya Dean berjongkok memeluk Dita yang merajuk.

“Cuma ini kok,” kata Dirja berlari menunjukkan dua tangkai bunga anggrek yang baru dipetiknya.

“Anggrek Uti …” gumam Bu Amalia melirik bunga di tangan Dirja.

“Maaf ya Uti,” kata Dean. “Nanti diganti ama Bapaknya Dirja. Mau anggrek apa aja?” tanya Dean dengan raut serius. Kini tubuhnya telah digelayuti tiga orang balita.

“Nggak apa-apa,” jawab Bu Amalia yang siang itu makan tanpa ditemani suaminya. Pak Hartono sedang berada di Kalimantan bersama Irman, asistennya.

“Dita sini sama Ibu aja …” panggil Winarsih pada Dita yang masih cemberut meminta bunga dari kakaknya.

“Gak usah—gak usah, ibunya makan aja yang banyak. Hari Sabtu siang gini, istriku harus santai.” Dean kembali menggendong Widi dan menggandeng tangan Dita. Sementara Dirja memegangi ujung kemejanya dari belakang.

Baru saja Dean berjalan beberapa langkah, terdengar panggilan dari Bu Amalia.

“De …”

Dean berbalik untuk memandang ibunya.

“Ya Ma?” tanya Dean memandang ibunya.

“Mau minta izin ke mana emangnya?” tanya Bu Amalia.

“Ha?” Dean melirik raut istrinya yang juga sedang melemparkan tatapan menuntut jawaban.

Sampai usia berapa pun anaknya, ibu tetaplah seorang ibu. Seseorang yang tak akan lupa soal kebiasaan anak-anaknya.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Iriana Sudesy

Iriana Sudesy

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-02-06

2

lisna

lisna

🤣🤣🤣ketahuan pak de🤭

2023-11-09

2

Diyah Saja

Diyah Saja

kwkwkwkwkwk ketauan😁😁😁

2023-10-14

2

lihat semua
Episodes
1 1. Dean Danawira Hartono
2 2. Tony Setyo Anderson
3 3. Balada Perdukunan
4 4. Rio Haryanto Oey
5 5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6 6. Rangga Langit Kelana
7 7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8 8. Jurus Terakhir Dean
9 9. Bukan Rahasia Kelam
10 10. Tak Terlalu Spektakuler
11 11. Misi Mengamati (1)
12 12. Misi Mengamati (2)
13 13. Kerja Sama Tim
14 14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15 15. Keributan Lebih Dulu
16 16. Akhirnya Perkelahian
17 17. Resor Gratis
18 18. Anak Sulung Badung
19 19. Perjanjian Damai
20 20. Bujukan Dean
21 21. Akhir Misteri (1)
22 22. Akhir Misteri (2)
23 23. Untaian Isi Hati
24 24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25 25. Adu Ketahanan Mental (1)
26 26. Adu Ketahanan Mental (2)
27 27. Saran Dari Ahli
28 28. Memastikan Sesuatu
29 29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30 30. Rasa Dari Masa Lalu
31 31. Bukti Lipstik Waterproof
32 32. Cerita Teman Hidup
33 33. Bingkisan Panitia Outing
34 34. Teror Ucapan Bingkisan
35 35. Feedback Bingkisan
36 36. Man to Man
37 37. Ulah Para Sekretaris
38 38. That's Why We Adore Him
39 39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40 40. Andaikan Kau Datang Kemari
41 41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42 42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43 43. Untuk Kita Kembali Lagi
44 44. Aku Tak Biasa
45 45. Kantor Pengacara Tersohor
46 46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47 47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48 48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49 49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50 50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51 51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52 52. Heboh Sekompi
53 53. Modus Mulus
54 54. Tamu Makan Siang
55 55. Bertemu Nyonya Rumah
56 56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57 57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58 58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59 59. Pertengkaran Anak Asuh
60 60. Jauh Dari Rencana
61 61. Kurang Konsentrasi
62 62. Ternyata Selama Ini
63 63. Menuju Penyelesaian
64 64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65 65. Dari Toni Untuk Wulan
66 66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67 67. Sebuah Akhir
68 68. Makan Siang Bersama
69 69. Hasil Rapat
70 70. Sesuai Janjiku
71 71. Acara Sabtu Pagi
72 72. Di Luar Rencana
73 73. Kekacauan Lainnya
74 74. Adu Ilmu
75 75. Asih Sebenarnya
76 76. Hidup Tetaplah Misteri
77 77. Cieeee
78 78. Di Dalam Mobil
79 79. Dua Kantong Bingkisan
80 80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81 81. Tragedi
82 82. Bubar
83 83. Tentang Aku dan Kamu
84 84. Kita dan Anak Adopsi
85 85. Urusan Kita
86 86. H Minus Dua
87 87. Malam Gaduh
88 88. Percakapan IGD
89 89. Tembakan Santoso
90 90. Permintaan Toni
91 91. Suprise
92 PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93 92. P3K
94 93. Memenuhi Janjiku Padamu
95 94. Hadiah Dari Sahabat
96 95. Jamuan Makan Malam
97 96. Keahlian Lama
98 97. Semangat Baru
99 98. Tunggu Kami
100 99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101 100. Kado Untuk Mami
102 101. Menjelang Kebahagiaan
103 102. Kelahiran Handaru
104 103. Kabar Dari Santoso
105 104. Arisan Impian
106 105. Misteri Cuti
107 106. Menuju Sidang
108 107. Paparan Alasan
109 108. Kado Pernikahan
110 109. Menatapi Hasil Sidang
111 110. Dari Musdalifah
112 111. Kebahagiaan Untuk Asih
113 112. Hari Keluarga Anderson
114 113. Menjenguk Bayi
115 114. Obat Untuk Mami
116 115. Menjelang Arisan Besar
117 116. Arisan Besar
118 117. Akhirnya, Keluarga.
119 118. Puncak Masa Keemasan
120 119. Takdir
121 120. Keluarga Besar (1)
122 121. Keluarga Besar (2) TAMAT
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Dean Danawira Hartono
2
2. Tony Setyo Anderson
3
3. Balada Perdukunan
4
4. Rio Haryanto Oey
5
5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6
6. Rangga Langit Kelana
7
7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8
8. Jurus Terakhir Dean
9
9. Bukan Rahasia Kelam
10
10. Tak Terlalu Spektakuler
11
11. Misi Mengamati (1)
12
12. Misi Mengamati (2)
13
13. Kerja Sama Tim
14
14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15
15. Keributan Lebih Dulu
16
16. Akhirnya Perkelahian
17
17. Resor Gratis
18
18. Anak Sulung Badung
19
19. Perjanjian Damai
20
20. Bujukan Dean
21
21. Akhir Misteri (1)
22
22. Akhir Misteri (2)
23
23. Untaian Isi Hati
24
24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25
25. Adu Ketahanan Mental (1)
26
26. Adu Ketahanan Mental (2)
27
27. Saran Dari Ahli
28
28. Memastikan Sesuatu
29
29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30
30. Rasa Dari Masa Lalu
31
31. Bukti Lipstik Waterproof
32
32. Cerita Teman Hidup
33
33. Bingkisan Panitia Outing
34
34. Teror Ucapan Bingkisan
35
35. Feedback Bingkisan
36
36. Man to Man
37
37. Ulah Para Sekretaris
38
38. That's Why We Adore Him
39
39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40
40. Andaikan Kau Datang Kemari
41
41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42
42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43
43. Untuk Kita Kembali Lagi
44
44. Aku Tak Biasa
45
45. Kantor Pengacara Tersohor
46
46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47
47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48
48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49
49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50
50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51
51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52
52. Heboh Sekompi
53
53. Modus Mulus
54
54. Tamu Makan Siang
55
55. Bertemu Nyonya Rumah
56
56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57
57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58
58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59
59. Pertengkaran Anak Asuh
60
60. Jauh Dari Rencana
61
61. Kurang Konsentrasi
62
62. Ternyata Selama Ini
63
63. Menuju Penyelesaian
64
64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65
65. Dari Toni Untuk Wulan
66
66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67
67. Sebuah Akhir
68
68. Makan Siang Bersama
69
69. Hasil Rapat
70
70. Sesuai Janjiku
71
71. Acara Sabtu Pagi
72
72. Di Luar Rencana
73
73. Kekacauan Lainnya
74
74. Adu Ilmu
75
75. Asih Sebenarnya
76
76. Hidup Tetaplah Misteri
77
77. Cieeee
78
78. Di Dalam Mobil
79
79. Dua Kantong Bingkisan
80
80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81
81. Tragedi
82
82. Bubar
83
83. Tentang Aku dan Kamu
84
84. Kita dan Anak Adopsi
85
85. Urusan Kita
86
86. H Minus Dua
87
87. Malam Gaduh
88
88. Percakapan IGD
89
89. Tembakan Santoso
90
90. Permintaan Toni
91
91. Suprise
92
PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93
92. P3K
94
93. Memenuhi Janjiku Padamu
95
94. Hadiah Dari Sahabat
96
95. Jamuan Makan Malam
97
96. Keahlian Lama
98
97. Semangat Baru
99
98. Tunggu Kami
100
99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101
100. Kado Untuk Mami
102
101. Menjelang Kebahagiaan
103
102. Kelahiran Handaru
104
103. Kabar Dari Santoso
105
104. Arisan Impian
106
105. Misteri Cuti
107
106. Menuju Sidang
108
107. Paparan Alasan
109
108. Kado Pernikahan
110
109. Menatapi Hasil Sidang
111
110. Dari Musdalifah
112
111. Kebahagiaan Untuk Asih
113
112. Hari Keluarga Anderson
114
113. Menjenguk Bayi
115
114. Obat Untuk Mami
116
115. Menjelang Arisan Besar
117
116. Arisan Besar
118
117. Akhirnya, Keluarga.
119
118. Puncak Masa Keemasan
120
119. Takdir
121
120. Keluarga Besar (1)
122
121. Keluarga Besar (2) TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!