Lulusan STM

Didik segera menoleh ke arah suara yang ada di belakangnya. Melihat kedatangan Adi, kegarangan Didik menjadi berkurang.

"Ini bos, orang baru di kasih tau malah ngeyel.

Sudah ku minta untuk membersihkan dulu sisa adukan semen di bawah penyangga jembatan malah bilang itu gak penting", ujar Didik dengan emosi yang meledak-ledak.

"Sabar Dik,

Eh pak sampean itu kalau di atur Didik jangan ngeyel. Yang ngatur disini itu Didik selama saya tidak ada", ujar Adi dengan tegas.

"Enggeh pak bos,

Saya minta maaf", ucap si lelaki itu dengan menunduk.

"Ya sudah, sana sampean kerja lagi. Jangan sampai ribut ribut hanya karena masalah sepele", perintah Adi yang segera membuat si lelaki itu kembali melakukan pekerjaan nya.

Didik segera mendekati Adi yang berdiri di sisi timur pekerjaan jembatan.

"Tumben jam segini baru kesini bos", tanya Didik segera. Lelaki itu melangkah ke atas ujung jalan melewati sisi samping pasangan batu kali yang menjadi sayap pekerjaan mereka.

"Kamu pikun Dik?

Kan tadi pagi sudah tak WA", tanya Adi balik sambil menyulut rokok yang baru dia ambil.

"Eh iya lupa, si bos kan baru rapat di kantor desa ya..

Eh bos proyek sabo dam itu gimana? Jadi kita kesana?", Didik menatap wajah Adi dengan penuh harapan.

"Jadi Dik,

Nanti kau dan Antok aku kasih tugas beda meski masih satu lokasi. Kau garap sabo dam nya, Antok mengerjakan pasangan sayapnya.

Kita harus gerak cepat, makanya kalian aku kumpulkan jadi satu disana", Adi mengepulkan asap rokok dari bibirnya.

"Siap bos, itu proyek besar. Memang butuh tenaga banyak agar cepat rampung", ujar Didik sambil tersenyum tipis.

Sampai jam kerja habis, Adi menghabiskan waktu di lokasi pekerjaan jembatan di depan SMP satu Gandu.

Setelah jam kerja habis, Adi segera melajukan motornya pulang ke rumah nya di kecamatan Selo. Sepanjang perjalanan, pria itu terus memikirkan tentang rencana pekerjaan di Wanaraja sebab dia belum menelpon pak Warno, kepala tukang aspalnya.

Sesampainya di rumah, Adi segera memarkir motornya di teras. Indri yang mendengar suara motor Adi bergegas menuju ke arah ruang tamu sambil menggendong bayi nya, Rendra.

"Assalamualaikum mas,

Capek banget ya mas?", sambut Indri sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Adi.

"Waalaikumsalaam yank,

Selamat sore anak ayah...", jawab Adi sambil tersenyum tipis kearah Indri dan Yaka.

"Eh iya yank,

Nanti habis magrib ada undangan pembahasan soal pekerjaan di desa Wanaraja loh, sama perangkat desa dan anggota TPK disana", imbuh Adi sambil melepaskan helm KYT putih nya. Dia tidak mau menunda memberi tahu Indri tentang rencana pembangunan desa Wanaraja yang akan memakai tenaga nya.

"Wanaraja itu Utara nya desa Durenan kan mas?", tanya Indri segera.

"Iya yank, nanti pembahasan nya di salah satu rumah perangkat desa itu", jawab Adi seraya tersenyum manis. Senyum yang mampu melelehkan hati setiap wanita yang ada di dekatnya.

"Mas sama siapa kesana?", tanya Indri dengan penuh perhatian. Perempuan cantik itu menatap wajah Adi yang terlihat lelah.

"Sendiri yank, tak usahakan sebelum jam 8 malam dah beres urusan nya yank", ucap Adi sambil menurunkan tas ransel nya.

"Hemmmm ya sudah gak pa pa, yang penting jaga kesehatan mas..

Mas mau mandi dulu atau mau makan dulu?", tanya Indri yang mengikuti langkah sang suami ke arah kamar tidur mereka sambil menggendong Rendra.

"Mandi dulu yank,

Tolong buatkan kopi ya yank", ujar Adi sambil melepaskan jaket kulit dan celana jeans nya. Sehabis itu, dia menyambar handuk dan bergegas menuju ke arah kamar mandi. Sementara Indri sambil menggendong bayi nya, membuatkan kopi tubruk kegemaran Adi.

Cinta dan Dhea yang baru saja pulang dari tempat ngaji nya, langsung ke depan TV. Dua gadis kecil itu ingin menonton film kartun dari negeri Jiran Malaysia.

Sore itu keluarga Adi begitu ramai dengan segala aktivitas mereka masing-masing.

Adzan magrib berkumandang dengan keras dari toa mushola Kyai Harun. Suara lantunan panggilan sholat itu terdengar merdu, menyambut kedatangan sang malam yang mulai turun di Desa Mande.

Adi segera menjalankan ibadah sholat magrib berjamaah dengan Indri. Mereka berdua terlihat khusyuk beribadah.

Usai sholat magrib, Adi segera berganti baju. Dengan mengenakan hem kotak kotak warna putih dan coklat lengan panjang di padu celana Edwin jeans warna hitam membuat lelaki itu terlihat tampan. Sebuah jam tangan merk Ca*** menghiasi pergelangan tangan kiri sang mandor proyek. Tak lupa sedikit pomade membuat penampilan Adi semakin ngejreng. Dengan memakai sepatu sandal merk Ca*** warna hitam, pria itu mematut diri di depan cermin. Indri tersenyum simpul melihat itu. Di dandani macam apa pun, suaminya itu memang tetap saja tampan.

Indri kemudian mengulurkan jaket kulit Adi sebagai pelindung dari udara malam yang dingin.

Usai berdandan, Adi segera keluar dari kamar tidur nya diikuti oleh Indri. Cinta yang melihat sang ayah hendak pergi, langsung berlari mendekati nya.

"Ayah mau kemana?", tanya Cinta segera.

"Ada urusan penting. Kenapa nak?", jawab Adi sambil memakai helm KYT putih nya.

"Kalau pulang, belikan martabak dong yah. Yang banyak ya", pinta Cinta sambil tersenyum.

"Iya nanti ayah belikan.

Kamu mau apa yank? Sekalian juga gitu", tanya Adi pada Indri yang ada di dekat nya.

"Aku mau mas pulang jangan terlalu malam. Itu saja", jawab Indri sambil mengedipkan sebelah matanya pada Adi.

"Assiaapp sayang...", ujar Adi sambil tersenyum simpul. Dia paham kode yang di berikan oleh istrinya itu.

Adi segera mengeluarkan motornya dari dalam ruang tamu dan segera menstart motor Vixion kesayangannya itu segera.

"Hati hati di jalan mas,

Assalamualaikum", ucap Indri sembari berdiri di depan pintu rumah.

"Waalaikumsalaam.

Berangkat dulu yank", balas Adi yang segera melajukan motornya menuju ke arah Desa Wanaraja. Motor sport itu terus melaju kencang menembus kegelapan malam yang menyelimuti desa Mande.

Setelah melewati perbatasan desa, motor Adi melaju kencang kearah jalan raya provinsi yang merupakan akses menuju ke Desa Wanaraja.

Sepanjang perjalanan, para pedagang makanan yang menggantungkan hidupnya dari para penyuka kuliner malam, nampak ramai dikunjungi di kanan dan kiri jalan provinsi itu. Adi terus menggeber motornya.

15 menit kemudian, Adi sudah sampai di desa Wanaraja setelah melewati pertigaan lampu merah Durenan. Pria itu memacu motornya ke arah rumah Renata yang terletak di dusun Kangkung, di wilayah barat Desa Wanaraja.

Di depan sebuah rumah bergaya klasik dengan halaman luas, Adi menghentikan laju motor nya. Di halaman rumah itu, nampak puluhan motor terparkir rapi di halaman.

Adi tentu saja mengenali rumah itu, karena dulu dia pernah beberapa kali mengantar pulang Renata saat menjadi pacarnya. Adi segera memasukkan motor nya ke halaman rumah.

Usai melepaskan helm KYT putih nya, Adi segera menuju ke dalam rumah. Wajah cantik Renata yang berdiri di teras langsung cerah saat melihat kedatangan Adi. Janda muda itu terlihat begitu gembira. Lain halnya dengan Suparno, ayah Renata. Pria tua itu tampak mencoba untuk mengingat Adi karena wajah pria itu nampak familiar di ingatan nya.

"Assalamualaikum...", salam Adi saat dia sudah di depan Renata dan Pak Suparno yang menjadi penyambut tamu. Ayah empat anak itu segera mengulurkan tangannya untuk bersalaman pada Renata dan Pak Suparno.

"Waalaikumsalaam", jawab Renata dan Pak Suparno bersamaan.

Dua orang itu segera menyambut uluran tangan dari Adi.

"Selamat datang di rumah saya mas Adi. Mari silahkan masuk", ujar Renata dengan sopan. Senyum manis tercetak jelas di wajah cantiknya.

Adi mengangguk mendengar ucapan Renata. Pria itu segera masuk ke dalam rumah yang sudah berisi 4 perangkat desa dan beberapa anggota TPK desa Wanaraja. Dia segera menyalami mereka.

"Ren,

Siapa nama orang itu tadi?", tanya Pak Suparno sambil menatap ke arah Renata.

"Mas Adi pak.. Kenapa memangnya?", Renata tersenyum tipis melihat kebingungan ayahnya itu.

"Adi ya.. Wajahnya kog ndak asing ya.. Kayaknya pernah lihat di mana gitu", Pak Suparno menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Memang bapak lupa sama mas Adi?

Dia itu mantan pacar Renata saat SMA dulu", ujar Renata yang membuat Pak Suparno terkaget beberapa saat.

"Dia? Mantan pacar mu?

Adi yang dulu itu bukannya dekil dan norak banget dengan dandanan mirip gembel 'kan?

Kog yang itu tadi, rapi, klimis, wangi lagi. Kamu pasti bohong ya Ren?", sergah Pak Suparno setengah tidak percaya dengan ucapan Renata.

"Duh bapak ini,

Itu beneran Adi mantan pacar ku pak. Semakin dewasa orang kan bisa berubah. Entah itu lebih buruk atau lebih baik", potong Renata dengan sedikit kesal. Bapaknya benar benar membuatnya ilfil banget.

"Melihat ngeyel mu, bapak percaya kalau dia mantan pacar mu yang dekil itu.

Kerja dimana dia Ren? Kog dia bisa ikut di acara desa Wanaraja ini?", cecar Pak Suparno pada Renata.

"Dia itu Mandor proyek, Pak..

Kebetulan dia punya pekerjaan di Wanaraja, itu yang di barat SD 1. Nah, berhubung Dana Desa kita mau di pakai buat mengaspal jalan di dusun Kembang, makanya dia diminta pak Kades Sudjiono untuk menggarap nya sekalian", terang Renata sambil melirik ke arah Adi yang tampak bercakap dengan salah satu anggota TPK desa Wanaraja.

"Oh cuma mandor proyek to?

Tak kira pejabat apa gitu, ternyata cuma mandor proyek. Lulusan STM memang cocok kerja kasar begitu", cibir Pak Suparno dengan nada menghina.

"Bapak ini kalau ngomong bisa tidak untuk menjaga perasaan orang?

Apa salahnya lulusan STM? Apa yang salah dengan mandiri proyek?

Asal bapak tau ya, Pendidikan itu tidak menjamin keberhasilan hidup seseorang. Setinggi apapun sekolah seseorang, kalau dia tidak pintar memutar otak, pasti hidup nya pas-pasan juga. Juga asal bapak tau, penghasilan mas Adi pertahun itu sepuluh kali lipat dari seorang perangkat desa seperti aku" omel Renata yang seketika membuat Pak Suparno terdiam.

Saat Renata hendak meneruskan ceramah nya, Pak Kades Sudjiono datang. Buru buru Renata menyambut kedatangan kepala desa Wanaraja itu.

Mereka berdua segera masuk ke dalam rumah Renata, karena sudah di tunggu oleh para perangkat desa dan anggota TPK desa Wanaraja.

Sesaat sebelum acara dimulai, Renata mencuri pandang ke arah Adi.

'Kau ganteng sekali mas'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ikuti terus kisah selanjutnya 😁

Mohon maaf jika update episode selanjutnya lambat, author benar benar sibuk dengan pekerjaan di Real Life 🙏🙏

Selamat membaca 😁😁

Terpopuler

Comments

Tri Soen

Tri Soen

Klepek2 dengan kegantengan Adi gak masalah tapi kalau ingin memiliki jangan yaaa...

2021-12-12

1

Nonita Ayou

Nonita Ayou

semangat

2021-09-12

2

Rafa Avriano

Rafa Avriano

Tak santet online bu carik kalau macem - macem 😈😈😈😈😈

2021-09-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!