Selesai makan, Adi menyulut sebatang rokok Diplomat favoritnya sambil mencoba memutar otaknya untuk mencari alasan agar besok pagi tidak perlu ke kantor CV Barata Konstruksi.
"Berapa semuanya Bu?", tanya Adi sambil merogoh uang di tas kecilnya.
"Nasi pecel lele 9 ribu, es teh nya 3 ribu jadi semuanya 12 ribu mas", jawab ibuk ibuk paruh baya itu sambil tersenyum ramah.
Adi menyodorkan duit 50 ribu pada perekonomian itu.
"Waduh mas, mbok yang kecil saja. Saya gak ada kembalian", tolak ibuk ibuk itu segera.
Adi kembali membuka tas kecilnya, mencari duit yang cukup untuk membayar makan siang nya usai memasukkan duit nya ke dalam tas kecilnya lagi. Dia akhirnya menemukan selembar uang kertas 10 ribu dan 5 ribuan di bawah bungkus rokok Diplomat nya. Adi buru buru mengambilnya dan memberikan pada ibuk ibuk pemilik warung makan itu.
"Nah gini kan enak", ujar ibuk ibuk paruh baya itu sambil membuka dompet untuk memberikan kembalian pada Adi.
Di meja warung, ada sebuah kotak amal bertuliskan amal jariyah Masjid A. Adi yang baru menerima uang kembalian langsung memasukkan kembalian itu ke kotak amal masjid dan keluar dari warung makan.
Segera Adi menstart motor Vixion nya menuju ke desa Durenan, untuk menemui Darsiman, tukang kepruk batu andalan nya. Motor Adi melaju pelan meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanan Adi terus memikirkan alasan yang bisa dia pergunakan untuk membolos dari pertemuan besok pagi.
15 menit kemudian, Adi sudah memasuki desa Durenan. Setelah melewati gang kecil yang berkelok-kelok, Adi akhirnya sampai di rumah Darsiman.
Di depan sebuah rumah kecil dengan kandang sapi di samping rumah nya, Adi memarkir kendaraan nya. 2 ekor anjing Darsiman langsung menggonggong melihat kedatangan Adi yang baru saja turun dari motornya.
Hauuugghhhh hukh...!!!
"Asssuuuuuuuu.....", teriak Adi yang segera melompat ke atas dipan kayu yang ada di depannya. Adi memang takut dengan anjing.
Gonggong anjing itu membuat si empunya rumah segera melangkah keluar dari rumah. Seorang wanita paruh baya segera berteriak.
"Kombang, Bagong..
Menengo koen ( Diam kalian ), ayo ngaleh (pergi)", ucap perempuan paruh baya yang bernama Marjanah itu dengan logat Mojokerto nya yang kental.
Dua ekor anjing itu segera berhenti menggonggong dan berlari menuju ke dekat kandang sapi.
"Loh arek ganteng ( pemuda tampan ), wes suwi ta ( sudah lama datang nya)?", tanya perempuan paruh baya yang biasa dipanggil Lik Janah itu dengan ramah.
Adi yang terlanjur ketakutan tolah-toleh mencari keberadaan dua ekor anjing besar itu.
"Sudah Lik,
Sejak kapan sih pelihara anjing itu?", tanya Adi yang masih belum mau turun dari atas dipan kayu nya.
"Gak usah takut. Mereka biasa seperti itu saat ada orang yang baru datang kemari.
Disini lagi rawan maling Le.. Makanya Lik mu melihara anjing itu", jawab Lik Janah sambil tersenyum tipis.
Adi tetap tidak mau turun dari dipan kayu.
"Lik Man kemana Lik?", tanya Adi kemudian.
"Lagi ngarit (mencari rumput). Sebentar lagi pasti juga pulang. Kau tunggu saja disitu", ujar Lik Janah sambil berlalu menuju ke dalam rumah.
Dan benar saja, dari arah timur Darsiman berjalan mendekati mereka sambil nyunggi (membawa barang diatas kepala) rumput yang dimasukkan dalam satu keranjang bambu besar.
Adi kembali menyulut sebatang rokok Diplomat untuk menghilangkan rasa kagetnya terhadap anjing itu tadi. Dia benar-benar trauma pada anjing akibat pernah jatuh karena menabrak hewan itu dulu di kecamatan Bina.
Darsiman langsung ke arah kandang sapi nya dan memberi makan kepada dua sapi yang berdiri sejak melihat kedatangan Darsiman.
"Wes suwi (Sudah lama) Le?", tanya Darsiman yang duduk di sebelah Adi usai memberi makan sapi sapi nya. Pria paruh baya berbadan gempal itu mengambil sebatang rokok dari Adi yang di taruh di dekat kakinya.
"Wes Lik..
Nganggur gak Lik?", tanya Adi sambil mengepulkan asap rokok dari bibirnya.
"Nganggur Le..
Awakmu enek gawean ye ( Kamu punya pekerjaan ya)?", tanya Darsiman sambil menyulut rokok.
"Ada Lik..
Dekat kog, di Wanaraja. Kalau mau besok Lik bisa mulai", jawab Adi sambil tersenyum.
Dari dalam rumah, Lik Janah keluar sambil membawa nampan berisi dua gelas kopi tubruk.
"Ombenen sek Le (Minumlah dulu Le)", ujar Lik Janah sambil berbalik masuk ke dalam rumah.
"Weh kebetulan pas nganggur,
Pasnya di mana Le garapan mu?", tanya Darsiman yang mulai menyeruput kopi tubruk.
"SD negeri satu ke barat Lik..
Mulai aja dari ujung barat, sambil nunggu material nya full dulu", jawab Adi segera.
"Oke, besok aku berangkat sama Darsiyo Le.. Biar cepat rampung nya", ujar Darsiman yang langsung mencari hape jadulnya untuk menelpon adik nya, Darsiyo.
Setelah dirasa cukup lama, Adi pamit pulang pada Darsiman. Segera dia menstart motor Vixion nya dan meninggalkan rumah Darsiman usai menghabiskan kopi tubruk nya. Motor Adi melaju kencang kearah kecamatan Selo.
15 menit kemudian Adi telah sampai di rumah nya padahal jam baru mencapai angka 15.40
Indri yang tengah menyusui Yaka di teras langsung tersenyum manis melihat kedatangan suami tercintanya itu.
"Tumben pulang cepat mas", ujar Indri sembari berjalan mendekati suaminya yang baru memarkir motornya di teras.
"Gak pa pa yank, lagi pengen pulang cepat aja supaya nanti malam dapat jatah lagi", seloroh Adi yang membuat wajah Indri langsung merona. Perempuan cantik itu segera menyalami Adi sambil mencium punggung tangan sang suami.
"Ih itu mulut kalau ngomong suka asal ya..
Liat sikon dong mas ah", Indri pura-pura bersungut-sungut.
"Hehehe iya yank..
Aku tau kog. Lagian aku juga liat kamu cuma dengan Yaka. Pasti Yaka juga gak akan protes kog", gurau Adi sambil berjalan masuk ke dalam rumah diikuti oleh Indri.
Indri hanya tersenyum simpul mendengar jawaban Adi.
Setelah itu Adi melepas helm dan jaket nya sementara Indri melangkah menuju ke dapur untuk membuatkan kopi tubruk kegemaran suaminya seperti kebiasaan sang suami yang selalu ngopi di sore hari.
Indri kembali ke ruang tamu sambil menenteng segelas kopi sambil menggendong Yaka yang sudah tertidur pulas di gendongan Indri sementara Adi sudah berganti kaos oblong dan celana kolor nya.
Segera Adi menyeruput kopi tubruk kegemaran nya. Sementara Indri menidurkan bayi nya di dalam kamar.
Tak lama kemudian dia menyusul sang suami yang masih asyik dengan kopi dan rokoknya.
"Hari ini kelihatannya capek banget mas,
Perlu pijit gak?", tanya Indri sambil tersenyum tipis.
"Ah ogah kalau di pijit Pak Marno lagi. Bisa bisa aku malah tambah gak enak badan.
Kalau kamu yang mijit aku mau yank, habis kamu mijit nanti ganti kamu yang aku pijit", ujar Adi sambil tersenyum mesum.
"Aduh gak nyangka deh..
Suami ku ternyata mesum banget ya", ucap Indri sembari mencebikkan bibir mungilnya.
"Biarin, lebih baik mesum sama istri sendiri daripada sama orang lain", sahut Adi yang asyik menyeruput kopi tubruk nya.
"Berani mesum sama orang lain, tak potong anumu mas", ancam Indri sambil mendelik ke arah Adi.
"Lha makanya kalau suami butuh, istri itu harus melayani. Menolak suami itu dosa loh yank", Adi tersenyum simpul.
Obrolan mereka terhenti saat Yu Sih yang di upah Adi untuk membantu memandikan bayi mereka datang. Perempuan paruh baya itu segera masuk ke rumah. Indri menggendong Rendra sedangkan Yu Sih menggendong Yaka.
Dua bocah kembar itu dimandikan bersamaan.
Selepas adzan magrib, Pak RT datang ke rumah Adi. Pria sepuh itu membawa tas.
Tok tok tok
"Assalamualaikum mas Adi", ucap salam dari Pak RT yang membuat Adi segera menoleh ke arah pintu rumah. Perlahan dia bangkit meninggalkan Dhea dan Cinta yang asyik menonton televisi.
"Waalaikumsalaam Pak RT,
Mari mari silahkan masuk", ujar Adi sambil membuka pintu rumah yang tidak dikunci.
"Gak mas, saya gak lama kog..
Ini di suruh Pak Kades Bejo untuk mengantar surat undangan di kantor desa. Katanya pembentukan panitia perangkat desa yang baru gitu", Pak RT menyerahkan sepucuk surat yang ditujukan untuk Adi.
"Oh iya Pak, matur nuwun nggeh", ucap Adi segera.
Setelah itu pak RT segera pamit untuk melanjutkan tugasnya. Adi menimang-nimang surat itu sambil tersenyum simpul.
'Yess, ada alasan untuk bolos ke kantor CV besok', batin Adi dengan girang.
"Ada apa mas Pak RT kemari?", tanya Indri yang menyusul Adi ke ruang tamu.
"Ini Yank, nganterin surat undangan dari kantor desa. Besok pagi aku di suruh kesana untuk rapat pembentukan panitia perangkat desa yang baru", jawab Adi sambil tersenyum simpul.
"Oh, kirain ada apa...
Emang kerjaan mas bisa di tinggal?", tanya Indri segera.
"Kau tenang saja Yank,
Itu bisa diatur", jawab Adi menirukan gaya Warkop DKI.
Indri hanya tersenyum saja mendengar jawaban Adi. Perempuan cantik itu segera berlalu menuju ke depan TV tempat anak-anak nya dan Bu Siti sedang asyik menonton sinetron.
Malam semakin larut.
Suara adzan subuh berkumandang dengan keras dari mushola Kyai Harun membangunkan Adi yang sedang memeluk tubuh Indri. Perlahan dia menatap wajah istrinya yang tampak nyenyak setelah semalam bercinta dengan nya sebanyak dua kali.
Perlahan Adi beringsut menuju ke arah kamar mandi untuk mandi besar dan berwudlu. Pagi itu dia begitu senang.
Setelah mengantar kedua putrinya ke sekolah, Adi kembali ke rumah nya. Tadi dia sudah sempat memberi tahu Antok dan Didik bahwa dia sedikit siang baru bisa ke lokasi proyek via aplikasi WA di ponselnya.
Pagi itu mandor proyek itu sarapan pagi di temani oleh Indri yang khusus menggoreng kan telur ceplok setengah matang. Indri dengan senyum manisnya berkata bila itu untuk menambah stamina tubuh Adi. Tentu saja Adi langsung melahap masakan Indri setelah mendengar ucapan sang istri.
Saat jam menunjukkan pukul 8 pagi tepat, Adi menstart motor Vixion nya menuju ke arah kantor desa Mande.
Saat sampai di sana, Lurah Bejo, Kamituwo Slamet dan Bayan Wardi menyalami Adi.
Sedangkan di kantor CV Barata, Bu Tiara yang baru datang celingukan mencari Adi. Tapi perempuan cantik itu tidak melihat sosok Adi disana.
Segera dia mendekati Alex yang tampak rapi dengan jas nya.
"Lex,
Mandor mu kemana? Kog tidak kelihatan?", tanya Bu Tiara sambil melirik kanan kiri nya.
"Adi gak bisa datang Bu,
Ada urusan di kantor desa Mande. Dia adalah ketua pembangunan LPMD Desa Mande, makanya dia harus hadir. Ibu cek story' WA nya saja", jawab Alex dengan santainya.
Buru buru Bu Tiara merogoh ponselnya dan membuka aplikasi WA. Benar kata Alex, terlihat Adi sedang di kantor desa. Bu Tiara segera cemberut bibirnya.
'Lain waktu, kau tidak akan bisa lolos mandor ganteng'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikuti terus kisah selanjutnya 😁
Jangan lupa dukung author dengan like 👍, vote ☝️, favorit 💙 dan komentar 🗣️ nya yah
Selamat membaca 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Suyatno Galih
houughghhh houggghhh, asuuuu Jan kekel tenan, Eneng wae idene othor/Facepalm/
2024-01-16
1
adi dwi
bro author....kangen ni ama goyangannya indri.....mana ni up nya....
2021-08-29
1
Anne Paendong
mana lanjutannya...
2021-08-29
1