Mata Renata terus menatap ke leher Adi. Ada rasa panas yang menyengat hati janda muda yang bekerja sebagai Sekdes Wanaraja itu.
"Mas Adi semalam habis di gigit drakula ya?", tanya Renata yang berusaha menyembunyikan perasaan cemburu nya.
"Drakula?
Maksudnya kamu apa Ren?", Adi menatap wajah cantik perempuan berkacamata itu.
"Itu leher merah semua.
Mas, lain kali kalau nyonya bikin stempel kepemilikan suruh satu aja biar gampang nutupin nya. Kalau sebanyak itu pasti di olok olok orang sampean mas", jawab Renata sambil melengos kesal.
Adi yang tidak sadar bahwa di lehernya ada tanda merah buru buru berkaca pada spion motor nya. Benar saja, lima tanda merah nampak ramai menghiasi lehernya.
Muka Adi langsung merah.
'Ah Indri pinter juga ternyata bikin stempel kepemilikan ini', batin Adi sambil senyum-senyum sendiri.
Melihat Adi yang tidak merasa malu, Renata justru kesal setengah mati. Terlihat dia kesal dari mukanya yang merah padam.
Dump truk Wandi yang mulai mendekat, membuat Adi mengalihkan pandangannya dari kaca spion motor nya. Pria itu segera melangkah ke arah tengah jalan dan menghentikan laju dump truk yang berisi batu gebal.
Melihat kedatangan Adi, Wandi segera mengerem laju dump truk nya. Dari dalam kursi sopir, pria 45 tahun itu melongok keluar dari jendela truk nya.
"Dimana bos?", tanya Wandi sambil menatap ke arah Adi.
"Tuh di bawah pohon nangka", jawab Adi yang menunjuk ke bawah pohon nangka besar yang ada di samping jalan.
Wandi mengacungkan jempol nya dan segera mencari jalan memutar. Perlahan dump truk berisi batu gebal itu mundur dan berhenti tepat di tempat yang di tunjukkan Adi. Wandi segera turun dari kursi sopir dan membawa sebuah palu besar untuk membuka kunci bak dump truk nya.
Dong..dong..
Grudukkk...
Batu kali sebesar kepala kerbau berjatuhan saat pintu dump truk terbuka. Wandi segera kembali ke kursi sopir nya dan menurunkan semua batu gebal nya. Adi memotretnya beberapa kali. Renata juga ikut memotretnya.
"Mas Adi,
Ini proyek mau di mulai kapan? Ada warga Wanaraja yang ingin ikut bekerja disini kalau boleh", tanya Renata yang berdiri di samping Adi.
"Ini kan udah dapat separuh batu gebal nya, rencana ku besok sudah mulai di kepruk ini batu gebal.
Habis ini akan ku hubungi tukang kepruk ku, Ren", jawab Adi dengan pandangan pada ponsel pintar nya yang sedang mengirim gambar penurunan material itu pada Bu Rini, sang juragan proyek.
"Berarti baru bisa ikut kerja kalau sudah di kepruk ya mas?", tanya Renata kemudian.
"Ya kalau ada yang bisa kepruk batu, suruh masuk besok juga boleh kog", jawab Adi dengan tersenyum simpul melihat Bu Rini membalas kiriman pesan WA nya dengan emoticon jempol.
"Coba nanti tak tanyakan ya Mas, nanti tak kabari kalau ada yang mau ikut kepruk.
Kasihan mas, disini banyak pengangguran yang butuh penghasilan", ujar Renata sambil tersenyum manis.
"Ya nanti kalau ada yang mau ikut kerja sama aku, boleh kog ikut di pekerjaan sabo dam sungai Lesa kalau mau.. Itu proyek butuh tenaga kerja banyak Ren", Adi mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus nya dan menyulutnya.
"Memang proyek mas Adi dimana saja?", tanya Renata penasaran.
"Saat ini yang jalan ada saluran drainase dan jembatan di kecamatan Gandu, disini, Sabo dam, juga pekerjaan jalan di kecamatan Daha" jawab Adi sambil mengepulkan asap rokok dari bibirnya.
Wandi yang datang dengan membawa nota penerimaan langsung mendekati Adi.
"Wahhh banyak juga proyek mu mas..
Kagum aku", sahut Renata sambil membetulkan posisi kacamata nya.
Adi segera menandatangani nota penerimaan material itu, Wandi merobek salinan nya dan menyerahkan pada Mandor proyek itu.
"Selain disini, ada proyek lain lagi gak bos?", tanya Wandi yang sempat mendengar pembicaraan antara Adi dan Renata.
"Memang kenapa Pak Pong?", tanya balik Adi sambil tersenyum tipis.
"Ya kalau ada lagi, mbok aku di ajak to bos", jawab Wandi yang biasa dipanggil Lompong itu dengan muka meminta.
"Nanti kalau batu disini sudah 80 persen, tak kasih lagi pekerjaan buat kamu pak Pong..
Makanya cepat rampungkan yang disini. Masalah duit beres deh", ujar Adi sambil tersenyum simpul.
Wajah Wandi langsung semangat 45 mendengar jawaban Adi. Pria berkulit hitam itu segera menelpon truk nya yang di kemudikan oleh putranya yang bernama Reza.
Wandi segera pamit pada Adi untuk berangkat ke kali lagi. Semangat nya benar benar membara. Dump truk nya segera meluncur meninggalkan tempat itu. Adi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Lompong .
"Mas, kalau satu proyek gitu biasanya dapat berapa? Hayo ngaku", tanya Renata sambil tersenyum manis.
"Rahasia perusahaan. Kalau mau tahu, jadilah istri mandor proyek dulu", ujar Adi seraya nyengir kuda.
"Ihhh jahatnya.. Ayo dong mas kasih tau dikit lah", paksa Renata sambil mengerucutkan bibirnya yang merah muda.
"No way, ogah.. Rahasia perusahaan.. Yang penting cukup untuk kasih makan anak istri di rumah", ujar Adi sambil berjalan menuju ke arah motor Vixion kesayangannya.
"Ihhh orang ini ya.. Tetep aja suka bikin penasaran orang.
Ya sudah, aku mau jadi istri mandor proyek asal mandor proyek nya Mas Adi", jawab Renata segera.
Mendengar jawaban itu, Adi langsung menghentikan langkahnya. Pria itu tertegun sejenak. Segera dia menoleh ke arah Renata.
"Kamu itu kalau ngomong suka asal deh..
Aku ini sudah punya istri, anak ku empat. Masih mau kau sama aku?", tanya Adi sambil menjulurkan lidahnya ke arah Renata.
"Gak masalah, asal bisa adil", Adi langsung melongo mendengar jawaban dari Renata. Pria itu tidak mampu berkata-kata beberapa saat.
"Tapi aku yang ogah", ujar Adi sambil tersenyum simpul. Pria itu segera memakai helm KYT putih nya.
Adi segera menstart motor Vixion nya, dia melambaikan tangannya pada Renata yang masih menatap ke arah kepergian Adi.
'Akan kudapatkan kembali cinta mu mas', gumam Renata sambil tersenyum penuh arti. Sekdes Wanaraja itu segera menstart motor matic nya dan menuju ke arah kantor desa Wanaraja.
Adi terus mengegas motor nya menuju ke arah proyek drainase di kecamatan Gandu. 15 menit kemudian Adi sampai disana. Segera pria ganteng suami Indri Hapsari itu memarkir motornya di bawah pohon nangka.
Setelah melepas helm nya, Adi melangkah menuju ke arah para pekerja yang hampir menyelesaikan pekerjaan utama mereka. Tinggal 15 meter lagi dan mereka sudah tembus ke finish pekerjaan.
Antok tampak mengusap peluh yang membasahi keningnya.
"Lur, rokok an dulu.. Ojo manut (Jangan patuh) sama Kepala tukang", ujar Adi yang membuat para pekerja segera menoleh kearah nya. Adi mengeluarkan sebungkus rokok dari tas kecilnya. Para pekerja segera menuju ke arah Adi yang duduk di gubug sawah yang kebetulan ada di sebelah pekerjaan.
Para pekerja langsung mengambil air minum pada galon dan duduk berteduh di bawah gubug. Segera mereka mengambil rokok dari Adi dan menyulutnya.
Ya, beginilah nasib para pekerja kasar di dunia konstruksi. Sebatang rokok dan segelas air putih sangat berharga bagi mereka yang menggantungkan hidupnya dari tenaga yang mereka jual.
"Aku mau tanya sama kalian nih, sedulur..
Sebentar lagi pekerjaan ini selesai. Masih ada yang ingin bekerja lagi atau berhenti?", tanya Adi seperti memberikan kuis berhadiah menarik pada mereka.
"Ya kalau bisa jangan berhenti to bos,
Kalau saya nganggur, dapur gak ngebul bos", ujar Pak Slamet, salah satu pekerja yang berusia paruh baya.
Para pekerja yang lain juga ikut berbicara tentang harapan mereka untuk terus bekerja.
Adi tersenyum simpul mendengar jawaban mereka.
"Sekarang aku tanya, aku ditawari pekerjaan nih, bikin sabo dam di sungai Lesa.
Masih ada yang mau ikut kerja disana? Itu lumayan lama loh, 3 bulan belum tentu selesai", Adi menatap wajah para pekerjanya.
"Wes di manapun tempat nya, siap thok bos", ujar seorang pekerja yang biasa di panggil Kucing oleh teman-temannya.
"Iya bos, sing penting manjing (yang penting kerja)", timpal seorang pekerja paruh baya.
"Ya sudah, besok tanda tangan pekerjaan. Selesai dari sini, kalian bisa mulai kerja disana", jawab Adi kemudian.
Para pekerja langsung sumringah mendengar ucapan Adi. Mereka tidak perlu bingung lagi memikirkan cara menyambung hidup karena ada pekerjaan untuk mereka.
Antok tampak antusias mendengar penuturan Adi. Saat para pekerja kembali melakukan pekerjaan masing-masing, Antok segera mendekati Adi.
"Beneran bos kami mau di bawa kesana?", Antok penasaran dengan apa yang di ucapkan Adi.
"Lha kamu mau gak?", Adi balik bertanya.
"Ya mau lah bos, soalnya kita kan butuh penghasilan", jawab Antok segera.
"Nah, makanya cepat selesaikan ini biar kau cepat pindah kesana", Adi mengepulkan asap rokok nya.
Antok manggut-manggut gembira.
Usai dari tempat Antok, Adi berpindah ke tempat Didik di proyek pembangunan jembatan depan SMP satu Gandu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.45
Adi segera meninggalkan lokasi proyek jembatan. Perutnya mulai keroncongan. Pria itu memacu motornya sambil tolah-toleh mencari warung makan yang buka.
Akhirnya Adi menemukan sebuah warung makan di depan PJTKI di barat kantor kecamatan Gandu.
"Buk, makan ya..", ujar Adi pada ibuk ibuk paruh baya yang sedang membungkus nasi.
"Pakai lauk apa mas? Tinggal Lele sama ayam? Sayur nya juga sudah habis, tinggal pecel", jawab ibuk ibuk pemilik warung makan itu dengan menatap wajah Adi.
"Ya sudah apa aja buk, yang penting makan.
Pecel dikasih lauk lele. Minum nya es teh ya buk, jangan terlalu manis", ujar Adi sambil meletakkan bokong nya diatas kursi kayu warung makan itu.
"Silahkan duduk dulu mas", ujar ibuk ibuk paruh baya itu dengan ramah.
Tak berapa lama kemudian, pesanan Adi datang. Dengan cepat Adi segera menyantap makanan yang disajikan untuk nya.
Baru sepuluh sendok, terdengar ponsel pintar Adi berbunyi nyaring.
Adi segera mengeluarkan ponsel yang ditaruh pada tas kecilnya. Terlihat nomor telepon Bu Tiara yang masuk. Adi segera memencet tombol hijau.
📞
Adi : Halo selamat siang Bu Bos..
Bu Tiara : Selamat siang mandor ganteng. Lagi dimana ini?
Adi : Di lokasi proyek Bu. Ada apa Bu?
Bu Tiara : Besok pagi jangan lupa untuk langsung ke kantor CV Barata Konstruksi ya. Besok penandatanganan MoU konsorsium. Kamu harus hadir.
Adi : Jam berapa Bu Bos?
Bu Tiara : Jam 9 tepat. Jangan terlambat. Oke? Sampai ketemu besok mandor ganteng.
Ceklek..
📞
Adi mendengus kesal dan segera memasukkan ponsel ke tas kecilnya.
'Besok aku harus dapat alasan untuk tidak datang ke kantor', batin Adi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alasannya apa coba?🤔
Yang suka dengan cerita ini silahkan tinggalkan jejak kalian dengan like 👍, vote ☝️, favorit 💙 dan komentar 🗣️ nya yah 😁
Selamat membaca 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Tri Soen
Dasar Renata si janda gatel kepo banget sampai pingin tau gaji mandor berapa ngarep banget ya jadi istri nya Adi tapi sayang nya Adi gak mau ....malu gak tuch Bu Sekdes 😂😂😂
2021-12-11
1
Efrida
kuat iman mas adi biar si gatel2 itu minggat n cm iri aja sm keluargamu
2021-10-23
0
Yulia
waduh gawat thor pelakor di mana2...
thor jgn sampe adaperpisahan di antara indri dan adi
2021-08-25
2