Selapanan

Agung memandang Adi dengan seksama. Mata bulat nya nyaris tak berkedip untuk beberapa saat.

"Serigala betina?

Dimana ada serigala mas?", tanya Agung yang menatap wajah Adi dengan penuh keheranan.

"Auk ah gelap..

Aku cabut dulu deh, mau ke lokasi proyek Gung", jawab Adi sambil mengenakan jaket kulit nya.

"Gak laporan sama bos Alex mas?", tanya Agung sambil menatap wajah Adi yang kusut.

"Ntar lewat WA aja deh", ujar Adi sambil melangkah menuju ke arah parkiran kantor CV Barata Konstruksi.

Mandor proyek itu segera menaiki motor Vixion kesayangannya dan meninggalkan kantor CV Barata Konstruksi menuju ke arah lokasi proyek di kecamatan Gandu.

Pria empat anak itu menuju ke arah pekerjaan jembatan di depan SMP satu Gandu yang di tunggu Didik. 20 menit kemudian dia sudah sampai di lokasi proyek.

Adi segera memarkir motornya di bawah pohon asem yang ada di dekat pekerjaan nya.

Muka kusut Adi menarik perhatian Didik.

"Datang datang kog kusut kayak cucian belum di setrika gitu bos,

Ada apa emang nya?", tanya Didik dengan penuh penasaran. Jarang sekali Adi menekuk wajahnya pagi-pagi setelah menikah lagi. Hampir tidak pernah malahan.

"Gak ada apa apa Dik,

Itu sayap sebelah Utara sudah finish belum?", tanya Adi berusaha mengalihkan pembicaraan dengan Didik.

"Yeh si bos malah ngeles kayak bajaj deh..

Urusan kerja beres bos, yang gak beres itu kenapa wajah bos besar datang datang kusut begitu? Ada masalah ya bos?", Didik melanjutkan interogasi nya pada Adi.

"Diem lu..

Aku lagi gak mood ngomong urusan pribadi. Kamu jangan mancing perkara. Awas kalau berani cari gara-gara, tak pecat kamu", ancam Adi tidak main-main.

"Yeh si bos, galak amat hari ini. Iya iya gak tanya lagi.

Urusan kerjaan beres bos, sayap Utara jembatan sudah beres. Tinggal nunggu kering saja. Yang selatan juga sudah mulai di garap", jawab Didik dengan cepat. Dia ngeri mendengar ancaman Adi barusan.

"Baguslah kalau begitu. Teruskan saja kerjaan mu, aku mau tenang disini sebentar", usir halus Adi yang membuat Didik langsung beranjak dari samping Adi.

Suami Indri itu segera mengambil sebatang rokok Diplomat dan segera menyulut nya. Asap rokok segera mengepul dari bibir Adi, seakan tahu bahwa si mandor proyek itu sedang kesal.

Saat Adi sedang asyik menikmati rokok nya, sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel pintar nya. Buru buru Adi membuka tas kecilnya.

Sebuah nomor telepon baru!

Adi ragu untuk mengangkat panggilan telepon itu. Nada dering telepon berhenti berbunyi. Saat Adi hendak memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil, ponselnya berbunyi lagi, dari nomor telepon yang sama.

Setelah mempertimbangkan sejenak, Adi mengangkat panggilan itu.

Ceklek...

📞

Adi : Hallo Assalamualaikum, siapa nih?

Terdengar suara berisik dari seberang panggilan.

Nomor baru : Waalaikumsalaam.. Ini benar mas Adi ya?

Suara seorang lelaki berumur.

Adi : Betul bapak, maaf ini siapa ya?

Nomor baru : Ini Pak Duwan mas, dari CV Sarana Pembangunan. Saya mau menawarkan pekerjaan untuk mas Adi. Saya dapat rekomendasi dari Pak Basuki CV Multi Guna, katanya mas Adi jago pekerjaan jalan.

Adi : Hehe terima kasih atas tawaran nya pak, insyaallah saya bisa mengerjakan pekerjaan jalan. Ngomong ngomong lokasi pekerjaan ada di wilayah mana Pak Duwan?

Nomor baru : Ada di kecamatan Daha, mas Adi. Untuk lebih jelasnya, biar nanti admin saya ke tempat mas Adi. Kalau masalah persen pekerjaan, saya ikut saja asal umum mas. Sekarang Mas Adi ada dimana? Biar admin saya kesitu.

Adi : Woh saya ada di depan SMP satu Gandu, di proyek jembatan. Silahkan admin Pak Duwan kemari.

Nomor baru : Wah bisa garap jembatan juga nggeh? Mantap kalau begitu. Ya sudah biar admin saya, namanya Joko, biar kesitu ya mas.

Semoga bisa bekerja sama terus ya Mas.

Adi : Nggeh Pak Duwan. Saya tunggu di depan SMP satu Gandu.

Nomor baru : Nggeh. Saya tutup nggeh Mas. Wassalamualaikum.

Adi : Waalaikumsalaam.

📞

Adi langsung tersenyum simpul. Mood nya yang berantakan langsung balik ke posisi normal setelah menerima telepon itu. Buru-buru dia menyimpan kontak Pak Duwan, bos CV Sarana Pembangunan.

Didik yang melihat senyum Adi menarik nafas lega.

Siang itu, Joko admin Pak Duwan datang ke depan SMP satu Gandu. Pria kurus berkacamata itu memberikan RAB pekerjaan rehabilitasi jalan di Desa Suruh kecamatan Daha.

Adi dengan cepat menghitung barang dan lama pekerjaan yang akan di kerjakan nya. Lumayan lah, pekerjaan senilai 270 juta itu bisa menjadi lahan mengais rezeki untuk Pak Warno dan kawan-kawannya.

"Ini maunya di mulai kapan, Mas Joko?", tanya Adi sambil menatap wajah kurus Joko.

"Kata pengawasnya, Minggu ini diminta untuk actionnya mas. Kira kira Mas Adi bisa atau tidak?", Joko balik bertanya.

"Besok pun bisa asal material dan aspalnya sudah ada, Mas..

Ini Pak Duwan punya langganan leveransir bahan aspal tidak?", Adi mengepulkan asap rokok dari bibirnya.

"Kalau leveransir biasanya tergantung mandor nya mas, soalnya cocok tidaknya bahan kan tergantung yang mengerjakan", ujar Joko sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Oh begitu, iya juga sih.

Kalau aku biasanya langganan sama dua orang saja. Wandi dan Pak Bakri. Mereka selalu tau selera bahan yang aku butuhkan", ucap Adi sambil tersenyum tipis.

"Nah, benar bukan?

Terserah mas Adi mau pakai siapa, asal pekerjaan lancar. Kalau bisa mulai besok dropping material mas", saran Joko admin Pak Duwan itu segera.

"Oke, yang bagian pelaksana proyek siapa mas Joko? Soalnya aku tidak bisa menunggu di lokasi karena aku banyak punya pekerjaan", tanya Adi kemudian.

"Oh nanti saya mas yang ada di lokasi. Mas tenang saja", ujar Joko dengan sopan.

Setelah sepakat, Joko undur diri untuk kembali ke kantor CV Sarana Pembangunan, sedang Adi menuju ke lokasi proyek pembangunan drainase yang di tunggu Antok.

Sementara itu di rumah Adi, semua orang sedang sibuk mempersiapkan upacara selapanan untuk Rendra dan Yaka.

Bu Siti nampak kompak dengan Bu Sarmi begitu pulang dari belanja di pasar kecamatan Selo. Setelah hampir setengah hari belanja, dua nenek nenek itu pulang dengan membawa berbagai macam barang yang mereka butuhkan untuk upacara selapanan.

Ada tujuh jenis buah yang mereka beli di pasar kecamatan Selo, antara lain : jeruk, pisang raja, apel, tomat, kelengkeng, alpukat, dan sawo. Juga tujuh jenis sayuran seperti bayam, kacang panjang, keluwih, kangkung, daun ketela pohon, sawi pahit dan daun pepaya.

Mereka mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara selapanan itu.

Di dapur, ada Yu Sih dan Narsih yang membantu merebus telur ayam dan memarut kelapa. Sementara itu, Nita yang baru belanja daging ayam segera mencuci ayam untuk di olah.

"Buk, selapanan kog pakai ayam sih? Biasanya cuma pakai telur doang", tanya Indri yang sedang menggendong Rendra.

Bu Siti hanya tersenyum saja mendengar pertanyaan Indri.

"Nduk, sebenarnya pakai telur pun sudah sah, cuma jaman sekarang kalau cuma pakai telur sepertinya kurang etis.

Ya anggap saja itu untuk tambahan lauk mereka di rumah", jawab Bu Siti sambil tersenyum.

"Eh Jeng, saudara mu ada berapa orang?

Aku pengen ater-ater untuk mereka. Sekedar berbagi rejeki loh jeng", timpal Bu Siti sambil menatap ke arah Bu Sarmi.

"Saudara ku cuma Jarno dan Wito saja loh jeng, kalau sama anak anaknya ya banyak hehehe", jawab Bu Sarmi seraya tersenyum tipis.

"Hitung saja semuanya Jeng, jangan sampai ada yang terlewat. Nanti kalau kurang lauk nya, kita masak lagi, hitung-hitung sebagai sedekah Jeng", ujar Bu Siti yang segera memanggil Nita untuk belanja daging ayam lagi.

Semua orang sibuk mempersiapkan acara selamatan selapanan.

Indri hanya bisa melihat kesibukan ibu mertua, ibunya dan saudaranya mempersiapkan semuanya, dua jagoan kecil nya tidak bisa ditinggal. Narsih dan Wawan bertugas ater-ater ke rumah saudara Bu Sarmi, sedangkan Diah dan Nita ater-ater ke rumah saudara Bu Siti.

Jam empat lebih 20, Adi tiba di rumahnya. Segera pria ganteng nan menawan itu masuk ke dalam rumah usai memarkir motor Vixion kesayangannya di teras.

"Buk, yang undang-undang kenduri siapa?", tanya Adi sambil melepas helm KYT putih nya.

"Aku sudah menyuruh Kang Min untuk undang undang Le..

Kamu buruan mandi dan istirahat dulu", jawab Bu Siti sambil tersenyum.

Adi segera bergegas menuju ke kamar tidur nya. Indri yang tengah menggendong Yaka, segera menyambut kedatangan suami nya dengan mencium punggung tangan Adi.

"Baru sampai mas?", tanya Indri dengan senyum manisnya.

"Iya yank, capek banget wira wiri terus dari tadi pagi. Cinta dan Dhea sudah pulang dari TPQ yank?" , Adi melepas jaket kulit kegemaran nya.

"Sudah mas, tadi mereka naik sepeda kog", jawab Indri segera.

Adi segera bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus mengambil air wudhu untuk sholat ashar.

Malam itu, usai magrib, para tamu undangan sudah memenuhi ruang tamu rumah Adi termasuk Kyai Harun dan Mbah Sunar. Tak kurang 25 orang hadir sebagai tamu undangan acara selamatan selapanan Rendra dan Yaka.

Setelah para tamu lengkap, dari belakang makanan kenduri di hidangkan. Ada tumpeng selapanan sebanyak dua buah, nasi brok, urap sayuran 7 jenis, telur ayam rebus yang sudah di kupas satu baskom, buah-buahan 7 jenis, jajan pasar 7 jenis, jenang merah putih dengan aneka macam bentuk sebanyak 6 piring plus satu jenang baro baro, mie goreng, sambel goreng tahu dan kentang, ayam bumbu kecap dan satu wadah kembang telon atau kembang tiga warna.

Usai Adi menyampaikan niatnya pada Mbah Sunar, lelaki sepuh yang biasa menjadi dukun manten itu segera memulai acara.

"Nuwun sewu sedoyo mawon,

Sampun nglempak anggenipun ngaturi poro pisepah dateng griyanipun Mas Adi, nggeh meniko mas Adi kagungan kajat niatipun meniko,

Buceng kembar meniko kagem mrengeti anggenipun Mas Adi sak kulowargo nampi pasiyanipun Pangeran ingkang keparingan asmo Rendra kaliyan Yaka Nunu selapan dintenipun..

Mugi Mugi, sedanten putro ingkang dipun pengeti buceng meniko saget dados putro ingkang soleh, ngabekti kelawan tiyang sepahipun, migunani tumrap Negoro, bongso kaliyan agomo lan Mas Adi sak kulowargo saget jejek langgeng ayem tentrem wiwit dinten meniko ngantos selaminipun angsal paseksen panjenengan sedoyo...."

Usai Mbah Sunar membacakan hajat niat selamatan selapanan secara adat Jawa, diteruskan oleh doa yang dipimpin oleh Kyai Harun.

Indri yang sedang menggendong Rendra, tersenyum simpul mendengar doa keselamatan untuk kedua putra kembar nya.

"Cepat besar ya Nak,

Dan jadilah kebanggaan bagi ayah dan ibu"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mohon maaf jika lambat up 🙏🙏

Author lagi sibuk mengerjakan proyek 😁😁

Terpopuler

Comments

Phi17

Phi17

pengen punya anak kembar jg pasti rame, kya' Adi & Indri udah lengkap cewe 2 cowo 2 kembar lg

2021-08-20

1

CipLiss

CipLiss

tak kiro kenek ppkm kang, suwe gk up 😁

2021-08-20

2

eza

eza

lama banget upnya kak author, lagi mikir masadepan negeri ini menghadapi pandemi ya?
😆

2021-08-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!