Renata langsung mendekati Adi yang masih sibuk mengirim foto lewat aplikasi WA pada Bu Rini. Bos besar itu membalas dengan foto bukti transfer duit sebesar 20 juta pada rekening bank Adi yang bersamaan masuknya notifikasi m-banking nya. Adi langsung tersenyum manis melihat notifikasi itu
Renata yang sudah berdiri di samping Adi, melirik hape Adi yang baru saja membaca notifikasi m-banking nya.
Mata perempuan itu langsung melebar melihat saldo rekening bank Adi.
'Wati ternyata benar. Orang proyek memang banyak duit nya", batin Renata yang melihat 6 angka nol di belakang angka 378 itu.
"Mas, minta foto material tadi dong", ucap Renata yang seketika membuat Adi kaget.
"Aihh kamu ini Ren, pintar banget membuat orang kaget", ujar Adi dengan sedikit keras.
"Hehehehe maaf mas..
Habis fokus banget lihat hape sampai gak sadar ada wanita cantik berdiri di samping mu dari tadi", Renata terkekeh kecil mendengar omelan Adi.
"Lha emang lagi kirim pesan ke Bu Bos.
Kalau sampai keliru, kan bahaya. Bu Rini orangnya teliti. Jadi kita juga mesti teliti kalau kerja sama dia", ujar Adi kemudian. Mereka berdua kemudian berjalan menuju Wandi yang sudah menyiapkan nota penerimaan barang. Adi kemudian menanda tangani nota, lantas merobek salinan nya kemudian memasukkan nota salinan itu ke dalam tas kecil nya.
"Ini nanti datang lagi jam berapa pak Wandi?", tanya Adi pada pria berusia 45 tahunan itu.
"Perjalanan PP 2 jam bos, ngisi batu sekitar satu jam. Jadi nanti jam 12 an nyampai disini", jawab Wandi yang segera melemparkan nota penerimaan itu ke dashboard truk nya.
"Sippp..
Kalau gitu, habis ini aku bisa lihat garapan ku di depan SMP satu Gandu", Adi mengacungkan jempol nya.
Wandi mengangguk, pria itu lalu menjalankan dump truk nya meninggalkan tempat itu.
Setelah Wandi pergi, Adi mengirimkan foto material tadi ke WA nya Renata. Sekdes Wanaraja itu tersenyum manis. Dia tidak pernah menyangka, bahwa Adi yang dulu dikenal nya telah jauh berubah.
Saat jadi anak band dulu, selalu semaunya sendiri. Saat memacari Renata, dia tidak pernah mau menjemput Renata untuk sekedar jalan-jalan. Pernah mereka ke Pantai Tambakrejo namun itupun setelah Renata ngambek karena tidak diajak jalan pas hari Valentine.
Kini Renata melihat Adi sebagai sosok yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan nya. Dia disiplin dan tepat waktu untuk semua urusannya. Renata semakin menyukai nya. Debar debar asmara kembali bergelora di dada nya.
Setelah urusan material pagi itu beres, Adi segera berpamitan pada Renata untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Ren, aku mau nengok orang ku dulu di kecamatan Gandu ya..
Nanti siang aku balik lagi kesini", ujar Adi sambil memakai jaket dan helm nya.
"Ya mas, nanti kalau sudah balik, Mas Adi WA Renata saja. Sekalian pengen makan siang bersama dengan Mas, itung-itung merayakan pertemuan kita setelah sekian tahun tidak bertemu", Renata memasang senyum manis nya.
Adi hanya mengangguk tanda mengiyakan. Kemudian ia men-start motor Vixion kesayangannya itu yang segera melaju meninggalkan lokasi proyek.
Renata terus memandangi punggung Adi sampai motor pria itu menghilang di tikungan jalan. Segera dia menjalankan motor matic nya menuju ke kantor desa Wanaraja untuk melakukan tugas nya sebagai sekretaris desa.
Sesampainya di kantor desa, Pak Kades Sudjiono sudah menunggu kedatangan Renata.
"Bu Sekdes,
Ada tamu dari BPS. Katanya ingin bertemu sama kamu", ujar Pak Kades Sudjiono segera. Pria sepuh itu benar-benar berwibawa.
"Oh iya Pak.
Sekarang orang nya ada dimana Pak?", jawab Renata dengan sopan.
"Tuh sudah menunggu di ruang tamu. Segera kamu temui mereka. Barangkali ada yang penting", ujar Kepala Desa Wanaraja itu sambil tersenyum tipis.
Renata segera bergegas menuju ke ruangan nya, kemudian meletakkan tasnya. Perempuan berkacamata itu segera melangkah menuju ke ruang tamu kantor desa untuk menemui orang BPS.
"Selamat pagi Bu Carik,
Gimana kabar nya?", ucap seorang wanita seusia Renata sambil tersenyum simpul.
"Ya Allah mbak Dian. Alhamdulillah baik. Woh ada angin apa kog kesini?", tanya Renata yang kaget melihat melihat sahabatnya semasa di BPS itu.
"Ya pengen dengar kabar nya Bu Carik. Secara semenjak menjadi Sekdes, Bu Carik tidak pernah nongol di BPS. Aku loh kangen Bu", jawab Dian dengan senyum khasnya.
"Ya mohon di maklumi Mbak. Kerepotan di kantor desa malah lebih ribet dibandingkan di BPS dulu. Apalagi dengan siskeudes yang baru. Sampai mesti lembur sampai pagi garap nya.
Eh gimana kabarnya Mbak Dian? Dan mas nya ini siapa?", tanya Renata kemudian.
"Alhamdulillah baik Bu Carik.
Perkenalkan ini mas Indra, orang yang menggantikan posisi sampean di BPS. Ini sekalian minta tolong untuk diajari sistem operasi nya sensus pertanian. Aku kan yang paling mumet kalau masalah sensus pertanian, jadi mohon bantuannya ya Bu", jawab Dian dengan cepat.
"Wo enggeh Mbak, tapi sebentar nggeh. Saya minta ijin ke Pak Kades dulu. Soalnya ini jam kerja saya, gak enak kalau ditinggal. Permisi sebentar nggeh", ujar Renata sambil berdiri dan berjalan menuju ruang kepala desa.
Siang itu, Renata mengajari mereka sistem operasi sensus pertanian setelah mendapat ijin dari Kades Sudjiono.
Sementara itu Adi yang baru dari desa Wanaraja langsung menuju pekerjaan nya di depan SMP satu Gandu.
Setelah memarkir motornya, Adi mendekat ke arah para pekerja yang tengah sibuk memasang batu kali untuk menjadi sayap jembatan yang dibangun nya.
Didik sedang sibuk memastikan penyiapan penyangga jembatan di sebelah barat. Pria itu terlihat serius memperhatikan pekerjaan mereka sambil sesekali memberikan petunjuk kepada orang-orang nya.
Seorang tukang menjawil Didik dan mengatakan kalau Adi datang. Didik menoleh dan mendapati Adi sedang asyik merokok sambil memperhatikan situasi mereka.
Saat yang bersamaan, dari arah timur sebuah mobil Avanza mendekat dan berhenti.
Seorang lelaki paruh baya yang berbaju coklat coklat turun dari mobil di sertai seorang lelaki muda yang memakai hem kotak kotak.
Dia adalah pengawas pekerjaan dari dinas pekerjaan umum. Namanya Pak Sugeng Riyono. Sedangkan lelaki muda yang bersamanya adalah David, konsultan pengawas untuk wilayah kecamatan Gandu.
Mereka segera bergegas mendekati Adi yang masih asyik menikmati rokok sambil memandang kearah para pekerjanya.
"Nah mbok gitu, pekerja nya di kontrol", ucap tiba tiba Pak Sugeng Riyono langsung membuat Adi terkaget bukan main.
"Masya Allah kira kira dong pak.. Saya hampir kena serangan jantung karena kaget..
Hadehhh", gerutu Adi sambil berdiri memandang kearah Pak Sugeng Riyono.
Hehehehe
"Sekali kali sport jantung to mas", sahut David yang terkekeh geli melihat kekagetan Adi.
"Haeshhh model mu Vid,
Seneng banget lihat orang kaget", gerutu Adi sambil berdiri.
"Itu sayapnya agak di panjangkan ya mas. Nanti potong saja sayap yang di timur", ujar Pak Sugeng Riyono yang langsung menunjuk ke arah sayap Utara di sisi barat sungai kecil itu.
"Nanti CCO gambar dong pak?", Adi menatap ke arah Pak Sugeng, sang pengawas.
"Gak usah, biar nanti tak ngomong ke PPTK di kantor soal ini.
Yang jelas sayap barat yang utara itu lebih berfungsi dari pada sayap sebelah timur ini", ujar pak Sugeng Riyono meyakinkan Adi.
"Siap pak kalau begitu. Saya ikut apa kata Pak Sugeng saja", jawab Adi sambil tersenyum.
Selepas itu mereka berbincang hangat. Didik yang mendekat lalu mendapat beberapa pengarahan dari pak Sugeng Riyono.
Saat mereka berpamitan, tak lupa Adi menyalami mereka dengan amplop tertutup. Tanpa banyak bicara, dua orang pengawas itu langsung bergegas meninggalkan tempat itu menuju ke tempat lainnya.
Tiba-tiba ponsel pintar Adi berbunyi nyaring.
Sebuah pesan singkat dari Wandi yang mengatakan bahwa dia sebentar lagi sampai di lokasi proyek Wanaraja.
"Dik,
Aku tinggal dulu ya. Mau ke Wanaraja dulu", pamit Adi pada Didik. Kepala tukang nya itu segera mengangguk dan tak berapa lama kemudian Adi melajukan motornya menuju ke arah Desa Wanaraja.
15 menit kemudian, Adi sudah sampai. Pria empat anak ini segera melepas helm dan jaket nya usai memarkir motornya di bawah pohon nangka yang berdaun lebat di tepi jalan.
Renata yang melihat truk pembawa material itu lewat depan kantor desa, buru buru berpamitan pada rekan kerjanya. Petugas BPS sudah selesai dari tadi, dan ini waktunya makan siang.
Wati dan Dewi yang melihat tingkah Renata menatap Sekdesnya itu dengan penuh perasaan curiga.
Renata langsung memacu motornya menuju ke arah lokasi proyek Adi.
Adi yang sibuk mengarahkan Wandi pada jarak penurunan material, melihat Renata datang dari arah timur.
"Kamu ngapain kesini lagi Ren? Bukankah foto tadi sudah aku kirim?", tanya Adi sambil memandang heran ke arah Renata.
"Anu mas, pengen ngajak mas Adi makan siang bareng aja", jawab Renata sambil tersenyum malu-malu.
Hemmmm
"Ya udah tunggu saja sebentar lagi", ujar Adi sambil memotret penurunan material dari Wandi.
Setelah dua truk itu selesai menurunkan material, Adi segera menandatangani nota penerimaan barang. Wandi mengatakan bahwa hari ini mereka tidak akan kirim lagi, sisanya dilanjutkan besok. Adi mengangguk tanda mengerti.
Setelah dua dump truk itu pergi, Renata melajukan motornya menuju ke sebuah restoran lesehan yang lumayan terkenal di kecamatan Talang.
Setelah memarkir motornya, mereka segera duduk di private table nomor 8 yang kebetulan kosong.
"Mau pesan apa mas mbak?
Untuk pasangan couple seperti mbak dan mas ada menu spesial loh", tanya si pelayan wanita yang mendekati mereka.
"Hahhhhh?? Couple?", Adi dan Renata sama kaget mendengar ucapan si pelayan.
"Lha mas dan mbak ini bukan pasangan ya?", ganti si pelayan yang kebingungan.
"E-eh kami hanya teman biasa mbak, bukan pasangan", jawab Renata dengan malu-malu. Pelayan itu langsung paham kalau mereka rupanya masih pendekatan.
"Oh maaf kalau begitu.
Ya sudah mbak dan mas silahkan pilih menu yang ada di daftar makanan ini", ujar si pelayan yang segera mengulurkan daftar makanan yang di pegang nya dari tadi.
Renata memilih cah kangkung, bebek goreng, nasi putih dan es teler, sedangkan Adi lebih suka memilih ayam bumbu kuning, sambal terong, nasi putih dan es jeruk.
Tak berapa lama kemudian pesanan mereka sampai, dan ternyata sambal terong Adi sangat pedas. Baru satu suap, pria yang tidak suka pedas itu langsung mendesis kepedasan.
Huhah...
"Kog pedes banget gini ya?", ujar Adi sambil menyeruput es jeruk nya. Masih merasa kepedasan, Adi langsung menyambar es teler punya Renata yang masih berkurang beberapa sedotan.
Renata tersenyum manis melihat Adi yang menyeruput es teler bekas bibir nya.
'Dia masih seperti yang dulu'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikuti terus kisah selanjutnya kak 😁
Yang suka silahkan tinggalkan jejak kalian dengan like 👍, vote ☝️, favorit ❤️ dan komentar 🗣️ nya agar author terus semangat menulis yah 😁
Selamat membaca 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Fatur Rohman
aaah... Adi ini...cool nya ga ada lawan
2022-11-02
1
Safa Haura Chumairoh
ingat oak mandor
anak istri nunggu dirumah
jangan terjebak dengan kembalinya sang mantan..
2022-10-08
0
Efrida
kurang suka sifat adi, gk kapok2 jg sm cwe
2021-10-23
0