Dalam hati Renata, cinta yang dulu begitu indah dengan Adi terasa mekar kembali di hati nya. Dia menatap layar ponsel pintar nya dengan tersenyum manis.
Wati yang mejanya berseberangan dengan Renata terus memperhatikan gerak-gerik Sekdes Wanaraja itu.
'Sepertinya Mbak Ren lagi jatuh cinta? Tapi sama siapa?', batin Wati penuh sejuta tanya berseliweran.
Sementara itu, Adi terus melajukan motornya menuju ke lokasi proyek drainase yang di kerjakan Antok.
20 menit kemudian, Adi sudah sampai di lokasi pekerjaan. Setelah memarkir motornya, dan melepas helm KYT putih nya, pria empat anak itu bergegas mendekati Antok yang masih asyik mengayunkan cetok nya di antara batu kali yang telah ditata sedemikian rupa.
Adi berdiri dekat molen beton yang masih menyala. 2 kuli bangunan yang bertugas jaga molen, sedikit sungkan pada Adi.
"Tolong panggilkan pak Antok", pinta Adi pada salah seorang dari mereka.
Si pemuda bertato itu segera berlari ke arah Antok sedang menata batu kali.
"Mas Antok di panggil bos tuh", ujar si pemuda bertato sambil menjawil lengan Antok.
Antok segera menoleh ke arah Adi. Pria itu segera melepas sarung tangan nya dan meninggalkan pekerjaan nya. Segera tempat nya diisi oleh Pak Yoso, salah seorang tukang sepuh yang belum lama ikut Adi.
"Ada apa bos? Tak kira gak kesini hari ini", tanya Antok dengan kepo nya.
"Gak ada apa apa, cuma mulai besok aku ngurusi proyek Bu Rini di Wanaraja.
Itu galian mu sudah selesai Tok?", tanya Adi sambil menunjuk ujung pekerjaan nya.
"Tinggal 5 meter bos,
Pak Parno yang biasa gali, gak masuk hari ini. Ada selamatan di rumah nya", jawab Antok segera.
"Oh iya gak papa lah.. Tinggal 5 meter kan aman.
Semen, batu gebal, pasir ada yang kurang?", ujar Adi sambil melirik tumpukan pasir yang tinggal separuh rit.
"Itu bos, pasirnya waktunya nambahin", tunjuk Antok yang segera mengeluarkan sebatang rokok yang sudah gepeng dari kantong bajunya.
"Aihh
Itu rokok apa keris Tok? Kog cuma sebatang yang keluar?", Adi memandang ke arah Antok sambil tersenyum tipis.
"Mode hemat bos,
Kebutuhan lagi banyak. Urusan rokok di tekan sampai batas minimal", ujar Antok sambil menyulut rokok gepeng nya.
"Guayamu Tok Tok..
Bilang aja lagi pelit sama anak buah.
Mas, tolong belikan saya rokok dong", pinta Adi sambil membuka tas kecilnya dan mengambil duit 50 ribu lalu diulurkan pada pemuda bertato yang bertugas pada molen beton itu.
"Rokok apa bos?", tanya si pemuda bertato itu dengan sopan.
"Diplomat sama Surya 16 ya", jawab Adi singkat.
Si pemuda bertato itu segera melangkah menuju ke motor nya dan meninggalkan tempat itu.
Sepuluh menit kemudian, si pemuda bertato itu sudah kembali. Setelah memarkir motornya, dia menuju ke arah Adi dan memberikan pesanan Adi yang dibungkus kantong plastik hitam.
Adi segera mematikan mesin molen, dan berteriak pada para pekerja yang sudah bermandi keringat di bawah sinar matahari siang yang menyengat.
"Istirahat dulu coy..
Sini rokokan dulu", ujar Adi sambil memandang kearah para pekerjanya.
Para pekerja langsung mendongak ke arah Adi. Mereka segera meletakkan pekerjaan nya dan bergerak ke arah Adi sambil tersenyum tipis.
Diantara mereka, ada pak Wito dan Bandi yang merupakan tetangga Pak Wito.
"Wah, mantu Yu Sarmi itu benar benar hebat ya kang. Punya proyek ratusan juta begini", ujar Bandi sambil mengikuti langkah Pak Wito yang sedang berjalan di pematang sawah.
"Ya begitulah Ndi, wong dia pintar cari duit. Ponakan ku beruntung punya suami seperti dia", Pak Wito tersenyum bangga.
Sesampainya di dekat molen beton, mereka berteduh di bawah pohon keres yang rindang.
Antok segera membagikan rokok Surya 16 itu pada mereka.
Para pekerja tersenyum simpul saat menerima sebatang rokok itu. Mereka segera menyulutnya.
Sepanjang siang itu, Adi menunggui pekerjaan drainase itu sambil menghubungi beberapa leveransir langganan nya.
Dari perbandingan harga, Adi menjatuhkan pilihan pada Wandi. Harga nya paling rendah dan Adi tau kualitas dari barang bawaan Wandi.
Wandi menyanggupi mengirim batu gebal besok pagi.
Sedangkan pak Bakri yang sudah mengurusi dua tempat pekerjaan, tidak masuk dalam daftar rencana Adi. Dia tidak mau mengacaukan ritme pekerjaan yang sedang berjalan di jembatan dan saluran drainase.
Saat jam kerja selesai, Adi segera memakai helm KYT putih nya dan segera men-start motor nya menuju rumah nya di kecamatan Selo.
Saat di perjalanan, sebuah panggilan WA masuk ke ponselnya.
Adi segera menghentikan laju motornya dan menepi di tepi jalan. Dia segera membuka kunci layar ponsel nya.
Sebuah nomor telepon baru!
Setelah beberapa saat mempertimbangkan, Adi menggeser tombol hijau pada layar ponsel nya.
"Halo, Assalamualaikum..
Ini siapa ya?", tanya Adi segera.
Terdengar suara berisik sebentar kemudian suara seorang wanita terdengar dari seberang telepon.
"Walaikumsalaam..
Ini Renata mas. Besok ke Wanaraja jam berapa?", jawab si penelepon yang ternyata adalah Renata, Sekdes Wanaraja.
"Oh iya Ren. Besok pagi ya paling cepat jam 8 lah. Pagi harus ngantar anak sekolah dulu soalnya", Adi menjelaskan semuanya.
"Oh iya gak papa mas. Besok pagi Renata tunggu di lokasi ya.
Wassalamu'alaikum", ujar Renata dari seberang telepon.
"Walaikumsalaam", jawab salam dari Adi.
Adi menggeser tombol merah untuk menutup panggilan telepon dari mantan pacar nya itu.
Dengan menghela nafas panjang, Adi memasukkan kembali ponsel pintar nya ke dalam tas kecil nya itu. Pria empat anak itu kembali men-start motor Vixion kesayangannya dan kembali melaju meninggalkan tempat itu.
Di dekat lampu merah pasar kecamatan Selo, Adi berhenti pada penjual ayam goreng kentaki yang sedang sibuk melayani pelanggannya.
Usai memarkir motornya, Adi berjalan menuju ke stand penjual.
"Mau yang mana pak?
Dada, Paha atau Daging?", tanya si penjual ayam goreng kentaki itu dengan ramah.
"Aku suka kepala, istri suka sayap, anak pertama suka paha, anak kedua suka dada dan ibu suka daging. Bungkus masing-masing dua biji ya?", ujar Adi sambil tersenyum tipis dan mengulurkan duit 50 ribu pada si penjual ayam goreng kentaki itu.
Dengan cekatan, si penjual ayam goreng kentaki itu mengambilkan pesanan Adi. Lalu mengembalikan kembalian pada lelaki itu.
Adi meminta plastik dobel, kemudian memasukkan ayam goreng kentaki itu ke tas ransel punggungnya.
Kemudian Adi kembali menjalankan motor nya menuju rumah nya.
Di tikungan jalan, dia berpapasan dengan Heni yang hendak keluar dari lingkungan mereka. Perempuan itu langsung mengklakson 2 kali pada Adi sambil tersenyum penuh arti.
Adi hanya mengangguk sambil terus berlalu.
Sesampainya di rumah, Adi segera memasukkan motor nya karena tidak ada rencana keluar lagi.
"Assalamualaikum", salam Adi saat masuk ke dalam rumah.
"Walaikumsalaam", jawab sang istri yang segera bangkit dari duduknya di sofa.
Indri tersenyum manis sambil menggendong Rendra yang sedang menyusu pada ibunya itu saat Adi meletakkan tas punggungnya. Pria itu tidak segera mendekati istri dan putranya itu, tapi bergegas menuju ke arah dapur. Tak berapa lama kemudian dia kembali setelah mencuci muka dan tangan nya.
Adi segera mendekati Indri dan mencium pipi gemoy sang istri. Lalu mencium pipi Rendra yang tengah mengenyot ****** payudara Indri.
"Duh anak ayah,
Jangan di habiskan dong. Bagilah sedikit untuk ayahmu ini nak", gurau Adi yang segera mendapat cubitan mesra Indri di pinggang nya.
"Bercanda mu jelek mas..
Malu kalau di dengar ibuk", Indri melengos manja pada sang suami yang tengah menggoda nya.
"Lha habisnya, itu Rendra ngempeng nya asyik banget. Padahal itu kan jatah ku yank", jawab Adi dengan wajah tanpa dosa nya.
"Ih gak ada jatah jatahan sebelum Rendra dan Yaka berumur 7 bulan", Indri tersenyum licik pada Adi.
"Mana tahan yank", ujar Adi dengan memelas.
"Bodo amat..
Mas gak ngerasain sih gimana sakit nya melahirkan, mau enaknya aja. Pokoknya mas mesti puasa dulu sampai anak-anak umur 7 bulan. Titik!", ujar Indri dengan tegas.
"Yahhh kog gitu yank..
Kalau pengen gimana coba? Masak self service sih yank", Adi mencoba menawar keputusan Indri.
"Pokoknya mas harus tahan. Aku gak mau ya anak-anak jadi lemes karena menuruti mesumnya Mas", Indri melangkah menuju ke kamar tidur karena Rendra terlihat sudah ketiduran setelah puas menyusu.
Usai menidurkan Rendra, Indri segera menuju dapur untuk membuatkan suaminya kopi tubruk.
Adi tersenyum tipis melihat istri nya dengan langkah yang masih sedikit aneh itu datang kepadanya dengan secangkir kopi tubruk kesukaan nya.
Malam itu, Adi menemani Cinta dan Dhea menonton TV sementara Indri sudah tertidur pulas di sendenan nya.
Setelah Dhea dan Cinta beranjak ke kamar tidur masing-masing, Adi kemudian menuju ke kamar tidur nya. Dilihatnya Indri tengah pulas tidur. Pria itu segera memakaikan selimut untuk menutupi tubuh Indri.
Kemudian dia menata kasur lantai yang menjadi tempat tidur nya selama Indri nifas.
Segera Adi tertidur. Namun seperti biasa Rendra dan Yaka kembali membuka mata mereka saat jam 12 malam.
Alhasil Indri dan Adi melekan lagi hingga hampir subuh.
Lepas sholat subuh, Adi ngorok lagi sampai di bangunkan Indri pada jam 6.30.
Pagi itu, Adi berangkat mengantar dua putri nya ke sekolah seusai berpamitan pada Indri. Perempuan cantik itu mencium punggung tangan Adi yang sudah jadi kebiasaan nya selama ini.
Adi melajukan motornya menuju ke sekolah Dhea dan segera menurunkan bocah cilik itu kemudian kembali men-start motor nya menuju ke arah sekolah Cinta.
Tadi pagi, Wandi sudah mengirim pesan singkat yang mengatakan bahwa pagi itu dia akan mengirim material jadi Adi harus ke Desa Wanaraja di kecamatan Talang untuk mengecek kubikasi batu gebal yang Wandi kirimkan.
Saat Adi sampai di lokasi proyek, dump truk Wandi sudah berjajar rapi siap menurunkan material batu gebal.
"Wah langsung dua truk Mas Wandi?", tanya Adi sambil melepas helm nya.
"Iya bos, katanya suruh cepat. Ya langsung dua truk to", jawab Wandi sambil mengebulkan asap rokok dari bibirnya.
"Ok, sebentar ya Mas. Aku cek kubikasi nya lebih dulu. Ini perintah bos besar, aku cuma menjalankan perintah", Adi mengeluarkan meteran nya dan mulai memanjat bak truk untuk memfoto nya. Kemudian pria itu mengukur dimensi nya. Setelah menghitung dengan kalkulator hape nya, Adi memerintahkan kepada Wandi untuk menurunkan muatannya.
Tak lupa foto penurunan material langsung dia lakukan dengan aplikasi WA ke Bu Rini.
Saat Adi sedang asyik memfoto, dari arah timur Renata datang dengan berdandan cantik dan wangi.
Adi langsung menatap perempuan itu dan berkata dalam hati,
'Mau apa dia kemari?'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikuti terus kisah selanjutnya kak 😁
Yang suka silahkan tinggalkan jejak kalian dengan like 👍, vote ☝️, favorit ❤️ dan komentar 🗣️ nya agar author terus semangat menulis yah 😁
Selamat hari raya Idul adha kepada segenap umat Islam di Indonesia 🙏🙏🙏
Selamat membaca 😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Suyatno Galih
ngomong2 itu rokok si antok yg gepeng ky keris Krn mode krisis bos Adi jd beli ketengan trus di jepit di dompet/Facepalm//Facepalm/, sp yg pernah ngalamin
2024-01-15
1
Safa Haura Chumairoh
sang mantan hadir bukan untuk menjadi sahabat atau rekan
melainkan ada perasaan yang kembali di saat pertemuan itu bersambut
eling anak istri nggeh pak mandor
dia hanya mantan bukan masa depanmu
2022-10-08
0
Efrida
nih perempuan2 dinovel ini gk ada malu ya smua th laki dah punya istri punya ank msh pd gatelan...n byk bgt janda gt
2021-10-23
0