Foto

Adi segera menarik meteran nya bersama Agus, sementara Bu Rini mulai menghitung jumlah material yang dia butuhkan untuk pekerjaan ini sedang Renata hanya menyaksikan pekerjaan mereka sambil mengambil beberapa foto untuk dokumentasi kantor desa.

Terik matahari yang menyengat membuat semua orang kepanasan.

Renata kemudian menelepon seseorang yang merupakan ketua RT di lokasi proyek yang akan di bangun jalan baru itu.

Tutttttt

Tutttttt

Renata : Assalamualaikum Pak Totok.

Totok : Oh enggeh, Walaikumsalaam Bu Carik.

Wonten dawuh ( Ada perintah)?".

Renata : Mboten Pak Tok, ini loh saya kan sedang menemani para juragan proyek yang mau garap jalan di wilayah RT njenengan, di depan Madin Al Ikhlas. Minta tolong nggeh saya di belikan minuman dingin gitu. Mau saya tinggal juga ndak enak sama mereka. Nanti kalau sudah sampai di sini uangnya tak ganti. Minta tolong nggeh.

Totok : Wo enggeh Bu Carik. Siap laksanakan perintah.

Renata : Enggeh Pak Tok. Terimakasih sebelumnya. Wassalamu'alaikum.

Totok : Walaikumsalaam.

Ceklek

Renata kemudian menutup telponnya dan menaruhnya di dalam tas kecil nya.

Tak berapa lama kemudian, seorang lelaki paruh baya datang. Dengan penuh semangat, dia membawa sekantong teh botol plastik dan beberapa roti dalam sekantong plastik. Laki laki paruh baya itu segera mendekati Renata yang sedang berteduh di bawah pohon rindang di pinggir jalan.

"Ini Bu Carik, pesenan nya", ujar Pak Totok yang merupakan ketua RT di wilayah itu.

"Matur nuwun Pak Tok,

Berapa semuanya?", tanya Renata sambil membetulkan letak kacamatanya.

Pak Totok segera menyerahkan nota pembelian pada Renata. Perempuan cantik itu langsung membuka tasnya dan menyerahkan sejumlah uang pengganti pembelian teh botol plastik itu pada pria paruh baya itu segera.

Renata kemudian membawa kantong plastik itu kearah Adi, Bu Rini dan Agus yang sedang menghitung pekerjaan mereka.

"Mas Adi,

Minum dulu mas. Maaf jika hanya bisa membelikan minum teh", ujar Renata sambil mengulurkan kantong plastik itu pada Adi.

Bu Rini dan Agus langsung menoleh ke arah Adi. Dengan senyum aneh, Bu Rini menatap wajah Adi.

"Terimakasih ya Ren", ujar Adi sambil menerima kantong plastik itu dan segera membuka kantong plastik lalu mengambil 2 botol minuman kemudian menyerahkan pada Bu Rini dan Agus.

Glek glek glek...

Adi segera menenggak minuman dingin itu. Benar benar membuat nya lega. Renata tersenyum tipis melihat Adi yang baru menghabiskan sebotol minuman dingin itu dengan cepat.

'Ih kenapa sih dia masih tetap mempesona seperti dulu?', batin Renata dalam hati.

Bu Rini terus memperhatikan gerak-gerik Renata yang terlihat begitu mengagumi Adi.

Usai mengukur panjang pekerjaan dan menghitung jumlah bahan, mereka berteduh di teras rumah salah seorang warga di sebelah pekerjaan.

Wanita paruh baya yang menjadi tuan rumah buru buru menata kursi plastik untuk duduk mereka. Jarang sekali ada perangkat desa yang datang ke rumah nya kecuali Kamituwo Jodin yang sebentar lagi purna tugas.

"Ngapunten loh Bu merepotkan", ujar Renata sambil menata kursi plastik nya.

"Alah Bu Carik bisa saja. Saya yang bersyukur karena ada perangkat yang mau beristirahat di rumah saya.

Ini jalan mau di bangun ya Bu?", tanya si wanita paruh baya itu segera.

"Enggeh Bu,

Lha ini juragan proyek yang mau bangun. Saya tadi cuma di suruh Pak Kades menemani mereka", ujar Renata dengan sopan.

"Mulai kapan ini di bangun Bu?", Si wanita paruh baya itu kembali bertanya.

"Sebentar ya Bu, coba tak tanya.

Mas Adi, ini kapan dimulai pekerjaan nya?", tanya Renata sambil menatap wajah Adi yang sedang asyik menghisap rokok nya.

"Segera Ren, tadi Bu Bos sudah bilang secepatnya gitu", jawab Adi sambil menoleh ke arah Bu Rini.

"Iya Bu Sekdes, segera dilaksanakan. Cuma tinggal nunggu kesiapan mas Mandor Proyek yang ganteng ini loh kapan mau mulai", ujar Bu Rini sambil tersenyum penuh arti.

Mendengar ucapan Bu Rini, Adi mendelik ke arah Bu Rini tapi perempuan itu malah terkekeh geli.

"Tuh sudah di jawab Bu, segera dimulai Bu", sambung Renata sambil tersenyum.

"Eh mas Mandor ganteng,

Kalau suami ku ingin ikut kerja bisa gak? Daripada nganggur dan adu jago terus bikin sumpek melihat nya. Soalnya sawah sudah rampung ini", tanya si wanita paruh baya pada Adi.

"Boleh kog Bu, tapi kuota nya terbatas ya untuk penduduk sekitar soalnya aspal itu butuh keterampilan khusus dalam pengerjaan nya", jawab Adi sambil mengebulkan asap rokok dari bibirnya.

Wanita paruh baya itu segera mengacungkan jempol nya pada Adi.

"Emang mau kamu mulai kapan mas?", tanya Bu Rini yang duduk di kursi sebelah Adi.

"Manut bos e wae.. Mau kapan saya ikut", jawab Adi santai.

"Eeeeee gak bisa gitu, kali ini mas urusi semua nya mulai material sampai pekerjaan.

Hendra (pelaksana proyek Bu Rini) sedang sibuk ngurusin jembatan dan saluran di kecamatan Bakung. Gak tega kalau nyuruh Hendra buat ngurusi sini juga", sergah Bu Rini sambil menggoyangkan tangan nya.

"Lha terus gimana dong Bu,

Belanja material harus ada duit", Adi menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.

"Soal finansial Mas Adi tenang saja. Nanti aku transfer 20 juta untuk awal belanja bahan.

Beres kan?", ujar Bu Rini sambil tersenyum simpul.

Adi tersenyum tipis mendengar jawaban itu. Memang dia pegang duit, tapi itu sama juga dengan dia harus bolak-balik ke Desa Wanaraja tiap hari.

Rasanya sama seperti sub kontraktor saja.

"Oh iya Bu Sekdes,

Kalau ada apa-apa dengan pekerjaan atau lainnya, silahkan Bu Sekdes hubungi mas Adi nggeh", Bu Rini tersenyum tipis ke arah Renata.

"Saya ndak punya kontak nya Bu", jawab Renata sambil menatap ke arah Adi.

"Oh masalah itu Bu Sekdes tenang saja. Ini Bu Sekdes simpan.

081357xxxxxx", Bu Rini memberikan nomor telepon Adi pada Renata yang segera menyimpan di daftar kontak WA nya.

Setelah ngobrol sebentar, Bu Rini akhirnya pamitan pada Adi dan Renata karena ada urusan ke lain tempat.

Mobil Fortuner putih itu segera melaju meninggalkan tempat itu.

Melihat bos nya pergi, Adi segera berpamitan pada Renata.

"Ren,

Aku balik kerja dulu ya", ujar Adi sambil mengenakan jaket kulit nya.

"Oh iya mas. Eh sebentar mas, mulai kirim material kapan mas? Aku butuh foto dokumentasi soalnya", tanya Renata kemudian.

"Ya besok aku kabari Ren, soalnya aku ada dua pekerjaan yang sedang jalan.

Nanti coba tak hubungi pak Bakri, leveransir langganan ku. Kalau dia besok bisa kirim ya besok pasti kirim", ujar Adi kemudian. Pria itu segera mengenakan helm KYT putih nya dan naik ke motor Vixion kesayangannya.

"Wasalamualaikum", salam Adi sambil mulai men-start motor nya.

"Walaikumsalaam", jawab Renata segera. Motor Vixion Adi segera meluncur meninggalkan tempat itu menuju ke proyek drainase yang di kerjakan Antok.

Renata memandang kearah perginya Adi sambil tersenyum penuh arti.

Renata Suparno, seorang janda muda menjadi sekretaris desa Wanaraja setelah sebelumnya bekerja sebagai tenaga profesional di Balai Pusat Statistik kota Patria. Setelah putus dengan Adi, dia meneruskan kuliah di Malang. Bapaknya yang ambisius, ingin putri nya itu mendapatkan seorang suami yang berpendidikan tinggi.

Setelah lulus dari sebuah Universitas negeri ternama di Malang, Renata berkenalan dengan seorang tentara. Mereka kemudian menikah. Saat Renata sedang mengandung, suaminya ditugaskan ke daerah konflik di Indonesia timur. Dia gugur saat menjalankan tugas sebagai prajurit.

Renata dalam keadaan hati hancur, melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Antoni. Butuh bertahun tahun bagi Renata untuk sembuh dari kehancuran hatinya. Wanita itu kemudian bekerja di BPS selama bertahun-tahun sampai akhir nya mengikuti ujian perangkat desa atas dukungan dari bapaknya yang ambisius.

Meski banyak isu yang beredar karena putra Renata yang yatim, tapi itu tidak menyurutkan semangat Renata untuk maju. Setahun sudah Renata menjadi Sekdes Wanaraja. Dia menjalani kehidupan nya dengan semangat untuk bekerja. Berulang kali dia dijodohkan dengan orang, namun hati Renata sudah beku sulit menerima kehadiran orang lain di hatinya.

Namun, pertemuan kembali dengan Adi mencairkan suasana beku dan dingin di hati Renata. Ada yang hangat saat melihat senyum pria itu. Memori kenangan bersama Adi kembali terusik setelah sekian lama terpendam di lubuk hati nya.

Renata kemudian bergegas menjalankan motor nya ke kantor desa Wanaraja.

Setelah dia memarkir motor matic nya di area parkir perangkat, perempuan berkacamata itu segera menuju meja nya. Tak terasa, ada sebuah senyuman manis di bibir Renata saat memasuki mejanya. Dan itu terlihat oleh seorang teman kerjanya yang bekerja sebagai Kaur Pelayanan Umum Desa Wanaraja.

"Mbak Ren,

Kog senyum senyum sendiri? Ada yang lucu ya Bu?", tanya Kaur Pelayanan Umum yang bernama Wati itu.

"Ah eh nggak mbak..

Tadi nonton film kartun Tom and Jerry. Jadi keinget sama kelucuan mereka", ujar Renata ngeles kayak bajaj.

"Eleh alasan doang.

Wong barusan bukan nya ikut meninjau lokasi yang mau dibangun. Kapan lihat YouTube nya?

Apa jangan jangan orang proyek nya ganteng ya?", selidik Wati sambil tersenyum tipis.

"Ehh anak gadis dilarang ya ngomongin orang. Lebih aman ngomongin tentang RPJMDes saja", Renata mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

"Lah Mbak Ren gak seru deh, sekali kali ngegibhah kan boleh. Jangan ngomongin kerjaan melulu.

Gimana Mbak Ren? Beneran ada orang proyek yang ganteng tadi?", Wati kepo sambil memandang wajah cantik Renata.

"Ya ada sih, tapi sudah bapak bapak. Kamu mau?", canda Renata seraya menggerakkan mouse di tangan kanan nya.

"Kalau ganteng mau mbak. Kan orang proyek banyak duit nya Mbak Hehehehe", Wati terkekeh kecil.

"Huhhh..

Masih kecil sudah mata duitan", ujar Renata seraya tersenyum tipis.

"Hidup itu harus realistis Mbak Ren, buat apa punya suami muda, ganteng tapi gak kerja? Mending sedikit tua, tapi pintar cari duit? Kalau ganteng, itu bonus terbaik yang kita dapatkan", Wati menyeruput teh yang ada di mejanya.

Renata termenung sejenak setelah mendengar ucapan Wati.

'Benar juga kata si Wati', batin Renata dalam hati.

Segera dia membuka ponsel pintar nya. Tangan nya langsung mengetuk galeri foto yang ada di sudut atas. Mata Renata nanar menatap sebuah foto yang tadi diambil nya saat survey lokasi proyek.

Pandangan mata nya tertuju pada sesosok laki-laki yang pernah mengisi hati nya beberapa tahun yang lalu.

Adi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ikuti terus kisah selanjutnya kak 😁

Yang suka silahkan tinggalkan jejak kalian dengan like 👍, vote ☝️, favorit ❤️ dan komentar 🗣️ nya agar author terus semangat menulis yah 😁

Selamat membaca 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

o ternyata Renata janda 1 anak toh .. apa mungkin bisa clbk (cinta lama bersemu kembali) ???

2024-05-16

0

Fatur Rohman

Fatur Rohman

kapan aku jadi seperti Adi Prasetyo ya...hehehe

2022-11-02

1

Safa Haura Chumairoh

Safa Haura Chumairoh

mulai ada aroma kasmaran kembali

semoga jabatan tetap terjaga

menjaga Marwah mu dengan baik

2022-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!