Indri hanya tersenyum saja mendengar ucapan Adi tentang melekan mereka lagi.
Dua jagoan kecil mereka sejak hari pertama dilahirkan selalu terjaga setelah jam 12 malam dan baru mau tidur mendekati subuh. Walhasil Indri hanya sempat tidur saat tidak ada tamu yang jagong atau di sela sela waktu dia tidak menyusui dua bayi kembar nya.
Adi pun hanya bisa tidur setelah putra putranya terlelap, itu pun hanya beberapa jam saja. Karena itu, saat di lokasi proyek setelah mengecek kebutuhan, sudah tiga hari Adi memilih tidur di lokasi proyek.
Malam ini Rendra dan Yaka benar benar membuat Adi dan Indri tidak bisa memejamkan mata lagi. Setiap Adi dan Indri terkantuk-kantuk, maka dua bayi itu kompak menangis bersamaan, membuat Adi dan Indri langsung terjaga dari tidurnya.
Suasana orang jagong bayi tinggal menyisakan 4 orang, Kang Min, Rio, Memet dan Kholik. Mereka masih asyik bermain kartu remi sampai nyaris subuh. Adi bersyukur karena ada yang menemani nya menjaga Rendra dan Yaka.
"Allahu Akbar Allahu Akbar..."
Terdengar suara adzan subuh menggema dari mushola Kyai Harun yang tak jauh dari rumah Adi.
Rendra yang ada di gendongan Adi terlihat menguap lebar beberapa kali kemudian tertidur pulas di gendongan ayahnya.
Sementara itu Yaka sudah pulas tidur di pelukan ibunya yang juga ikut tertidur di sendenan nya.
Perlahan, Adi menurunkan putra kecilnya itu ke samping sang istri. Usai menidurkan Rendra, Adi menjawil lengan Indri yang sedang ketiduran.
"Yaannkkk...
Bangun, turunin dulu Yaka", ujar Adi di telinga istri tercintanya itu.
Indri langsung membuka matanya dan melihat Yaka masih di gendongan nya.
"Maaf ya Mas, aku ketiduran", Indri tersenyum malu-malu.
"Iya gak papa, udah gih turunin Yaka. Nanti kamu bisa tidur lagi", jawab Adi sambil tersenyum simpul.
Indri menjajarkan Yaka di samping Rendra yang sudah lebih dulu ditidurkan Adi. Dua buah cinta mereka itu dengan anteng tidur berjajar dalam balutan bedong bayi masing-masing. Indri segera merebahkan tubuhnya di sendenan nya. Tak berapa lama kemudian dia kembali tidur dengan dengkur halus yang terdengar dari mulut nya.
Adi segera menata bantal tidur nya kemudian tidur di kasur lantai yang sudah di tata saat Indri menidurkan Yaka.
Tak berapa lama kemudian dia sudah terbang ke alam mimpi.
Jam menunjukkan angka 6.00 pagi.
Dhea yang baru saja bangun langsung menuju ke kamar Adi dan Indri. Semenjak kehadiran dua bayi itu, setiap pagi Dhea selalu mengunjungi kamar Adi setiap pagi.
Tanpa membangunkan Adi, Dhea naik ke atas ranjang untuk sekedar melihat Rendra dan Yaka. Namun gadis kecil itu justru menginjak betis kaki Indri yang sedang tertidur.
Terang saja Indri langsung terbangun dari tidurnya.
"Mbak sayang,
Mau apa?", tanya Indri sambil tersenyum tipis melihat tingkah Dhea yang terlihat sedang mengelus pipi Yaka.
"Lihat adik Buk In, kog adik tidur terus sih buk?", tanya Dhea dengan polosnya.
"Adik melek nya tadi pas mbak sayang tidur. Jadi sekarang giliran adik kecil yang tidur.
Dah jangan di ganggu. Mbak sayang sekarang mandi dulu ya, sebentar lagi waktunya sekolah", ujar Indri sambil tersenyum simpul.
Dhea mengangguk, gadis kecil itu segera turun dari ranjang tidur tempat adik adiknya tertidur. Kemudian keluar kamar tidur Adi dan Indri.
Indri tersenyum tipis melihat tingkah Dhea. Semenjak kehamilan nya, gadis kecil itu menjadi gadis kecil yang mandiri.
Indri perlahan menggeser posisi kaki yang terbungkus kain jarik batik berwarna kuning. Ada sedikit rasa sakit di bagian kewanitaan nya, maklum belum genap sepekan dia melahirkan.
Indri yang kesulitan untuk duduk, terpaksa menggoyangkan jempol kaki nya untuk membangunkan Adi yang masih terlelap.
"Mas, bangun mas..
Sudah jam 6 ini", ujar Indri sambil tersenyum tipis.
Adi menggeliat perlahan dari tidurnya dan menatap wajah Indri yang sedang berdiri di hadapannya.
"Jam berapa yank?", tanya Adi sambil mengucek matanya.
"Jam 6 mas, buruan bangun. Nanti kesiangan", jawab Indri sambil berjalan keluar kamar tidur dengan membawa handuk dan jarik baru yang sudah di siapkan sebelumnya. Perempuan itu bergegas menuju kamar mandi.
Bukannya bangun, setelah Indri pergi, Adi malah molor lagi.
Saat Indri kembali, dengan jarik kotor bekas nifas nya, dia taruh pada ember. Tak lupa bekas popok Yaka dan Rendra sudah di taruh disana.
Melihat Adi yang tidur lagi, Indri kembali membangunkan suaminya itu.
"Ya ampun mas, malah tidur lagi.
Bangun mas, nanti kesiangan", omel Indri sambil cemberut wajahnya.
Adi bangun tidur kemudian cengar-cengir sendiri seakan tak berdosa. Tanpa ba-bi-bu, dia langsung mencium pipi istri nya yang sedang masam mukanya itu kemudian setengah berlari menuju ke belakang.
Indri yang semula marah, langsung meleleh mendapatkan ciuman mesra penuh cinta dari sang suami.
Popok sekali pakai langsung di pisahkan dari kain jarik bekas nifas nya Indri. Adi sudah menyiapkan lobang besar di tanah pekarangan rumah untuk menampung popok bayi sekali pakai itu. Segera dia memasukkan popok bayi sekali pakai itu ke lobang besar.
Kemudian pria itu menuju kamar mandi untuk mencuci kopohan (kain yang dipakai selama nifas) Indri. Itu pun harus pakai tangan kanan.
Setengah jam kemudian Adi sudah selesai mencuci kopohan Indri sekaligus mandi. Segera dia menjemur kain kopohan itu di tali kawat jemuran yang ada di belakang rumah.
Jam 7 kurang seperempat, Adi mengantar Dhea dan Cinta ke sekolah masing-masing. Lantas menuju ke kecamatan Gandu tempat proyek irigasi yang baru seminggu dikerjakan nya.
Motor Adi melaju dengan kecepatan sedang.
20 menit kemudian, Adi sudah sampai di lokasi proyek irigasi pertanian itu. Nampak Antok sedang sibuk menata batu pondasi di ujung pekerjaan, sedangkan disisi lain 4 orang pekerja sibuk menggali tanah untuk saluran air.
Adi segera memarkir motornya di ujung selatan proyek itu. Dia melihat molen beton nya masih belum menyala. Pria empat anak itu langsung mendekati Antok.
"Itu sudah pel Tok?", tanya Adi sambil berjongkok menunjuk lantai pondasi saluran airnya.
"Sudah bos, itu yang tengah malah terlalu dalam galiannya", jawab Antok sambil menunjuk ke arah pondasi tengah yang memang sedikit lebih dalam dari lainnya.
"Urug lagi yang terlalu dalam. Kita bekerja ikut orang. Jangan sampai merugikan bos kita", perintah Adi pada Antok. Pria itu kemudian segera mengeluarkan sebungkus rokok dari tas kecilnya dan mengambil sebatang kemudian menyulut nya.
"Assiaapp boskuh", jawab Antok yang kumat lebaynya.
"Bos Alex gak kesini Tok?" tanya Adi sambil menatap ke arah papan nama yang terpasang di sebelah lokasi proyek ini.
"Kemarin sore kesini bos, kasih rokok sama suruh pasang papan nama itu", jawab Antok sambil tersenyum tipis.
"Sama siapa kesini bos Alex?", tanya Adi kemudian.
"Sama si kriwil itu loh bos, gak tau aku namanya", ujar Antok sambil menggaruk kepalanya.
Adi segera berdiri, dan berjalan menuju ke arah motor Vixion kesayangannya. Antok mengekor di belakang nya.
"Tok usahakan untuk hari ini sudah pasang pondasi. Tolong kirim foto lewat WA saja.
Aku mau ke proyek jembatan di depan SMP satu Gandu. Hari ini aku mau sepasaran anak ku jadi tidak bisa berlama-lama di proyek", ujar Adi sambil memakai helm KYT putih nya.
"Oke siap boskuh", jawab Antok segera.
Motor Vixion Adi meluncur meninggalkan tempat itu menuju proyek jembatan di depan SMP satu Gandu.
Sementara itu di rumah Adi ada kesibukan yang lumayan ramai.
Hari ini acara sepasaran anak kembar Adi.
Bu Sarmi datang ke rumah Adi sambil membawa kelapa dan beras ketan. Bersama Nanik, dia berangkat ke rumah cucunya itu dengan gembira.
Selain menyiapkan aneka jajan pasar untuk acara selamatan sepasaran nanti malam, mereka juga menyiapkan hidangan untuk para jagong bayi yang pasti akan tumpah ruah seperti biasanya.
Nita yang baru saja keluar mencari buah pisang raja sajen langsung masuk ke rumah.
"Dapat Nit pisang raja sajen nya?", tanya Bu Siti sambil menatap tas plastik warna merah yang di pegang menantunya itu.
"Alhamdulillah dapat buk, genap setangkep (dua sisir). Duh harus ke pasar induk nyari nya. Mana mahal lagi", jawab Nita sambil mengeluarkan dua sisir pisang raja sajen dari tas plastik berwarna merah.
"Berapa ini sesisir Nit?", tanya Bu Siti sambil menimang-nimang pisang itu.
"Lumayan buk, sesisir 25 ribu. Setangkep jadi 50 ribu", ujar Nita sambil mengulurkan sisa kembalian uang pada Bu Siti.
Perempuan paruh baya itu hanya tersenyum tipis saja.
Menjelang tengah hari, Adi pulang dari kerjaannya. Dia lantas sibuk membantu menyiapkan segala keperluan untuk acara sepasaran anak kembar nya.
Di tembok, Adi memasang dua daun nanas yang di pasang bersilang dengan hiasan hitam putih sebagai tanda perlindungan dari sarap-sawan atau gangguan roh jahat. Tak lupa ublik atau lampu penerang dia nyalakan diatas pendeman ( timbunan tanah) diatas ari-ari bayi kembar nya. Di dalam kamar tepatnya di bawah kaki sendenan Indri, berbagai benda seperti dlingo bawang, cabai merah, bawang merah, bawang putih dan beberapa benda lain di tusuk lidi dan di tancapkan pada gedebog (batang pisang) sebagai tombak sewu yang berfungsi sebagai senjata penolak bala.
Sore itu persiapan acara sepasaran bayi Adi dan Indri sudah komplit. Para kerabat semua sudah berkumpul di rumah Adi.
Selepas adzan magrib berkumandang, para tamu mulai berdatangan tak terkecuali Mbah Sunar dan Kyai Harun. Dua tokoh masyarakat yang berbeda aliran tapi menyatu dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah Adi.
Setelah semua hadir, para muda segera mengeluarkan bahan slametan sepasaran yang sudah disiapkan.
Ada buceng kembar dengan nasi golong sebanyak tujuh buah. Ingkung ayam kampung dua ekor, aneka jajan pasar juga ada. Setangkep pisang raja sajen, urap sayur dan iwel-iwel. Urap Keluwih, mie goreng, sambel goreng kentang dan tahu, juga nasi brok sebanyak 4 panci. Tak lupa jenang merah putih pun turut serta dalam upacara sepasaran anak kembar Adi itu.
Usai semua tertata rapi di ruang tamu, Adi menyerahkan secarik kertas yang berisi nama dua putranya kepada Mbah Sunar.
"Nuwun sewu sedoyo mawon..
Sampun nglempak anggenipun ngaturi poro pisepah sederek sedoyo Dateng dalemipun mas Adi sak kulowargo, Mas Adi kagungan kajat niatipun nggeh meniko buceng kembar sekalian sekul suci ulam sari meniko caos dumateng Kanjeng Nabi Muhammad sohabat sekawan Abu Bakar Umar Usman Sayidina Ali.
Milo sedoyo dipun pengeti meniko, nuju sepasaran jabang bayi kembar ingkang pinaringan asmo Narendra Putra Prasetyo kalian Nayaka Putra Prasetyo.
Mugi Mugi jabang bayi kekalih meniko saget migunani tumprat bongso kaliyan agama, ngabekti kaliyan tiyang sepahipun ugi mas Adi sak kulowargo saget jejek langgeng ayem tentrem wiwit dinten meniko ngantos selaminipun angsal paseksen panjenengan sedoyo...", ujar Mbah Sunar membacakan hajat niat secara adat Jawa.
Setelah selesai, Kyai Harun segera memimpin doa setelah membaca surat An Nas, surat Al Qadr, dan sholawat nabi 7 kali.
Usai berdoa, mereka segera membagi kenduri selamatan sepasaran bayi itu dengan kompak.
Di dalam kamar tidur, Indri tersenyum bahagia mendengar ucapan penyebutan nama dua putra kembar nya yang tengah tertidur pulas.
Dengan penuh haru, dia menatap wajah mereka berdua sambil berkata,
"Sekarang kalian resmi memiliki nama putra-putra ku"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikuti terus kisah selanjutnya kak 😁
Yang suka silahkan tinggalkan jejak kalian dengan like 👍, vote ☝️, favorit ❤️ dan komentar 🗣️ nya agar author terus semangat menulis yah 😁
Selamat membaca 😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
neng ade
selamat datang Rendra dan Yaka ..
semoga menjadi anak2 yg sholeh dan berbakti kepada ortu nya ..
2024-05-16
0
Safa Haura Chumairoh
semoga jadi anak yang Sholeh
yaka - Rendra
Boleh juga iwel-iwelnya ( birul walidaini birusulilllah) semoga jadi putra kebanggaan ortu, Agama dan negara
Aamiin
2022-10-07
1
himawatidewi satyawira
ini novel beda..membumi bngt...sy suka
2022-07-03
0