Episode 4 Murid Baru

" Maaf, Pak. Saya memang tidak salah. Johan yang sudah mencari gara-gara duluan sama saya dan bapak sendiri tau kalau ini bukan yang pertama kalinya Johan seperti ini." Dhafa.

Ia berusaha membela dirinya dihadapan Bapak Kepala Sekolah yang tengah mengadili siapa yang benar. Johan juga ada disitu, ia duduk disamping Dhafa dengan bagian dagu dan tepat dibawah bibirnya yang lebam akibat pukulan keras Dhafa tadi.

" Pak, tapi dia sudah mukul saya. Bapak gak lihat? Ini bibir saya sampai berdarah." Johan ikut bicara membela diri karena dirinya takut dimarahi atau dihukum oleh Kepala Sekolah.

" Johan, apa yang dikatakan Dhafa itu benar. Sikap kamu yang terus mencari masalah, bukan hanya dengan Dhafa tapi dengan siswa lainnya juga. Banyak siswa yang lapor kepada bapak atas tingkah kamu ini." tegas bapak kepala sekolah.

Dhafa merasa sangat bersyukur karena bapak kepala sekolah bisa berlaku adil. Sementara Johan, ia malah memberikan tatapan tajam kepada Kepala Sekolah dan juga Dhafa yang tersenyum kecil kepada dirinya.

" Johan, saya mau kamu minta maaf kepada Dhafa. Ayo," perintah Kepala Sekolah.

Johan menatap sinis Dhafa, senakal-nakalnya siswa mereka pasti takut dengan sosok kepala sekolah yang tegas begitu juga dengan Johan. Tak ingin memperpanjang masalah ia memberikan jabatan tangannya walau dengan wajah tidak ikhlas.

" Gue minta maaf, " singkat Johan tanpa berlama-lama.

Dhafa menoleh dan melihat jabatan tangan yang diberikan Johan. Dhafa sempat terdiam sembari tersenyum kepada Johan yang sangat sinis tatapannya.

Setelahnya pandangan matanya bergilir menatap pak kepala sekolah lalu Johan. Dhafa mengangguk dan menerima jabatan tangan Johan.

" Oke, gue maafin, lo." Dhafa masih dengan tangannya yang berjabatan dengan Johan.

Tettttttttt....

Bel masuk sekolah berbunyi, semua siswa segera menuju kelas mereka masing-masing.

" Baik, masalah sudah selesai. Johan, saya tidak mau lagi mendengar keluhan siswa tentang tingkah kamu. Dan, untuk Dhafa kamu adalah siswa yang berbakat disini. Jadi, jangan buat kami kecewa." bapak kepala sekolah.

" Baik, Pak! " jawab Dhafa dengan tegas dan semangat.

" Kalau gitu kalian segera masuk kelas," perintah pak kepala sekolah.

Dhafa mengangguk dan Johan juga langsung berdiri, mereka pamit untuk masuk kelas dan keluar dari ruang Kepala Sekolah secara bergantian dengan Johan yang lebih dahulu keluar.

Tak langsung pergi dan masuk kelas, Johan masih saja menunggu Dhafa dan menghentikan langkahnya.

" Jangan merasa menang lo sekarang, lihat aja nanti. Gue akan balas apa yang udah lo lakuin ke gue!" ancam Johan dengan suara yang agak berbisik mengetahui mereka masih ada didekat ruang kepala sekolah.

Seolah tidak takut sama sekali dengan ancaman Johan. Dhafa malah tertawa kecil sembari menganggukkan kepalanya.

" Siapa yang nyari masalah duluan, Siapa yang kena mental duluan?! " Dhafa menatap sinis dengan tawa kecil licik yang ia berikan kepada Johan.

Melihat guru yang baru keluar dari ruang guru bersama Meisya yang berjalan bersamanya. Johan langsung pergi tanpa mengatakan apapun lagi kepada Dhafa.

" Lah, main pergi gitu aja, dia? Hmh, bilang aja takut!" Dhafa.

" Dhafa, kamu kenapa masih disini? Ayo, masuk! " ucap bu guru yang tak lain adalah wali kelasnya.

Mendengar ada suara guru, Dhafa langsung menoleh dan tersenyum kepada Guru itu.

" Eh, ibu. Ya, bu. Ini saya mau masuk." Dhafa tatapannya langsung mengarah kepada Meisya yang berdiri bersebelahan Bu Guru.

" Ya sudah, ayo." Bu Guru.

" I.. Iya, Bu." Dhafa.

Mereka berjalan bersama dengan ibu guru yang menengahi antara Dhafa dan Meisya. Wajah Meisya masih datar mengingat sikap Dhafa kepadanya. Dhafa sesekali mencuri pandangan untuk menatap Meisya dari belakang ibu guru.

Meisya yang merasa diawasi oleh Dhafa langsung menoleh dan saat itu juga Dhafa langsung memalingkan wajahnya.

Dikelas semuanya hening dan pandangan mereka lebih banyak mengarah kepada Dhafa mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

Kedua sahabat Dhafa yang bernama Dani dan Ridwan tersenyum kepadanya tapi Dhafa sudah malas menanggapi mereka dan langsung duduk dibangkunya yang terletak paling belakang tepatnya dibelakang Dani dan disebelah Ridwan.

" Dhaf, lo, gak papa, kan?" bisik Ridwan.

Dhafa tidak menjawab dan sama sekali enggan menoleh ke arah Ridwan.

" Sory, Dhaf. Tadi kita gak tau kejadian itu." bisik Dani menolehkan kepala dan tubuhnya sedikit kebelakang agar bisa bicara pada Dhafa.

Dhafa lagi-lagi hanya diam dan malah memasang wajah malasnya sekilas ia memalingkan wajahnya.

" Dani, hadap ke depan!" perintah bu guru dengan nada agak keras yang membuat Dani kaget dan segera membalikkan tubuh juga kepalanya kedepan.

" Perhatian semuanya, ada siswi baru disekolah kita. Silakan perkenalkan nama kamu," bu guru.

Meisya mengangguk, pandangannya mulai fokus kepada teman-temannya yang semuanya memandang dirinya.

" Hai, semuanya. Nama saya Meisya, saya pindahan dari pesantren dan saya ingin kalian semua menjadi teman baik saya." ucap Meisya dengan suaranya yang lembut.

" Anak pesantren, ngapain pindah kesini?!" sorak Johan.

" Paling gak betah ya, dipesantren?" Siska ikut-ikutan mengejek Meisya.

Membuat para siswa lainnya tertawa membuat kelas ramai. Sementara Dhafa hanya tersenyum. Mereka terus tertawa padahal ada bu guru yang duduk dimejanya.

Bu guru langsung memukul meja meminta semua siswanya untuk berhenti mentertawai Meisya.

" Apa-apaan kalian? Meisya siswi baru, harusnya kalian menghargai dia!" sentak bu guru.

Tidak ada yang berani berkutik mereka semua terdiam karena takut dengan tatapan bu guru berbadan gemuk itu.

" Meisya, silakan kamu duduk. Kamu tidak perlu mendengarkan ucapan mereka." bu guru.

Meisya mengangguk.

" Baik, Bu." Meisya melangkah menuju bangku kosong yang hanya ada di paling belakang tepat dibelakang Ridwan dan disebelah Dhafa.

" Hai, Meisya. Lo cantik banget, Masya Allah. Soleha lagi, aduh, lo itu idaman gue banget dah, " Ridwan.

" Sadar, sadar." Dani langsung mengusap wajah Ridwan yang membuat Ridwan kaget dan menampakkan wajah kesalnya kepada Dani.

Meisya tertawa dan geleng-geleng kepala melihat tingkah dua cowok yang ada dihadapannya.

***

Setelah pelajaran selesai, bu guru keluar kelas. Semua siswa langsung ramai.

" Eh, Meisya. Kita belum kenalan nama gue, Ridwan." Ridwan memberikan jabatan tangan sembari mengedipkan mata kepada Meisya.

Cewek berkaca mata yang duduk disebelah Meisya langsung menjabat tangan dengan Meisya.

" Hai Meisya. Kenalin aku Tania, sekarang kita jadi bestie, oke. Tenang aja, aku gak kayak anak-anak lain kok, aku orangnya baik, pintar dan perhatian." Tania.

" Heh! Main nyambet aja, nenek lampir." Ridwan.

" Biarin, wekk! Lagian Meisya gak akan mau jabatan tangan sama kamu!" Tania mengejek Ridwan sambil menjulurkan lidahnya.

Perdebatan dimulai antara Tania dan Ridwan yang sama-sama cerewet membuat Meisya tertawa dibuat mereka.

Dani menggelengkan kepalanya akan tingkah Ridwan.

" Udah, udah. Gak usah ribut."

Kalimat itu sama-sama diucapkan oleh Dhafa dan Meisya secara bersamaan.

Meisya dan Dhafa saling pandang dan mulai salting dan sama-sama memalingkan wajah mereka.

" Kok kalian bisa bareng, jangan-jangan jodoh lagi." Dani.

" Ciee.. Meisya beruntung banget kalau kamu jodoh sama Dhafa. Dia ini, kan idola kelas." Tania.

" Ih, apaan, sih? Enggak!" Meisya.

" Gue juga ogah banget, lagian kalian apaan, sih? Baru ngomongnya samaan dibilang jodoh. Gue juga sering barengan ngomongnya sama Dani, terus kita jodoh gitu? " Dhafa.

Semua terdiam.

" Ya, gak gitu juga kali, Dhaf." jawab Dani.

" Hey, Meisya. Kenalin gue Dani. Semoga lo betah ya, disini." Dani.

Meisya mengangguk dan tersenyum kepada Dani.

" Aamiin, pasti, Dani." Meisya.

" Oh, iya. Meisya, lo beneran anak pesantren?" tanya Ridwan.

" Iya, kenapa? " Meisya.

" Terus kenapa kamu pindah kesini?" tanya Tania.

" Apa lo gak betah di pesantren?" Dani.

Meisya langsung terdiam seolah sulit dan enggan menjawab pertanyaan itu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dekta Wita

Dekta Wita

ok thor gua mampir nih semagat up nya

2022-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!