SULUNG
POV NADYA
/Ayah titip ibu dan adik kamu ya, Nad. Ayah yakin kamu sanggup membahagiakan mereka, kuliah kamu jangan putus ya kurang satu semester lagi, bahagiakan mereka insyaallah hidup kamu juga akan dibalas oleh Allah dengan segala kebaikan/
Tes
Air mata selalu menetes ketika pesan terakhir ayah terngiang, momen ini selalu hadir kala aku berangkat bekerja, dengan mengendarai motor matic sejuta umat. Menikmati udara pagi, beriringan dengan kendaraan para pengais rupiah lainnya. Pesan ayah serasa lagu merdu yang membuat aku termotivasi untuk bekerja giat.
Sampai di parkiran kantor, aku segera merapikan wajahku, jangan sampai mata merahku tampak. Menghirup nafas banyak-banyak untuk menghilangkan isakan tangis. Di depan orang, aku selalu menunjukkan wajah kuat dan tegar khas anak sulung. Padahal dalam kesendirian aku selalu menangis. Menjadi tulang punggung keluarga serta pengambil keputusan dalam kehidupan ibu dan adikku sangat berat. Bahkan aku harus merelakan kepentinganku.
Yah aku tidak boleh egois. Aku sudah berjanji dengan ayah untuk membahagiakan mereka. Aku di sekolahkan tinggi oleh ayah hingga sarjana. Maka aku juga akan menyekolahkan adikku hingga sarjana pula. Untuk itu, gaji sebagai staff keuangan di perusahan makanan bayi sebagian besar ku alokasikan pada kebutuhan hidup kami bertiga dan pendidikan, Naila, adikku.
Sekali lagi aku memastikan wajahku sebelum masuk lobi kantor. Aku tak mau teman kantorku tahu aku punya beban pikiran yang cukup rumit. Aku mengaca di spion mobil mewah, entah milik siapa, mungkin milik pak CEO yang sengaja di parkir di depan lobi. Dengan penuh percaya diri aku mengaca saja, merapikan jilbabku dan mengusap bawah mataku yang masih basah dengan tissu. Paling juga di dalam mobil mewah itu tak ada orang.
POV NADYA END
*******
POV ALAN
Pagi ini aku ada meeting di restoran hotel X, sengaja aku tidak mau menyetir mobil sendiri. Aku ingin duduk saja di bangku penumpang, memejamkan mata sejenak, sambil menunggu Rilo, asisten pribadiku yang sedang mengambil berkas di ruanganku untuk meeting kali ini.
Saat aku membuka mata, aku menatap jam tanganku, berdecak sebal karena Rilo terlalu lama mengambil berkasnya. Ketika aku menoleh ke arah lobi, aku dikejutkan dengan wajah seorang gadis, mungkin karyawan di kantorku, sedang mengaca di spion. Merapikan jilbabnya dan mengusap matanya. Kemasukan debu mungkin. Aku memperhatikan dengan seksama, dan aku sadar senyum kecilku muncul karena melihat tingkahnya, mengaca di spion mobil mewah. Tak pernah aku melihat ada perempuan yang begitu polosnya mengaca di mobil orang, bukannya kaca adalah benda wajib di tas perempuan.
Aku masih menatapnya, otakku merekam baju batik yang ia kenakan. Yah hari ini adalah hari Jum'at, hari batik di kantorku. Semua karyawan mengenakan batik, termasuk diriku.
Dia mulai masuk ke lobi dan kulihat dia mengangguk hormat dengan Rilo, mungkin menyapanya, dan mereka sempat berbincang sebentar, bahkan Rilo pun sempat tertawa padanya. Sepertinya mereka saling kenal.
"Dia siapa?" tanyaku ketika Rilo duduk di belakang kemudi setelah meletakkan beberapa map di bangku belakang..
"Siapa?" tanya Rilo dengan mengerutkan dahi, belum paham siapa yang dimaksud bosnya itu.
"Karyawan yang baru saja berpapasan dengan Lo, di lobi."
"Ouh Nadya."
"Staf apa?"
"Bawahannya si Erick."
Aku hanya mengangguk saja, berusaha menyembunyikan rasa penasaranku pada gadis itu. Aku juga heran kenapa bisa tertarik pada gadis itu, sederhana memang bahkan mengaca di spion pun ia lakoni.
"Kenapa bos tanya-tanya si Nadya?" mungkin Rilo heran juga aku bertanya tentang karyawan, maklumlah aku hanya tahu nama manajer setiap devisi saja. Selebihnya aku tak mengetahuinya.
"Kirain pacar Lo, kelihatan banget renyah banget tuh pas ketawa."
Rilo terkekeh, "Naksir sih, cuma kayaknya dia dekat dengan si Erick, males ah rebutan cewek sama si Erick."
"Ya iyalah, pasti Lo kalah,"
"Prett...jangankan saya, pesona bos juga kalah kali."
Dih...asisten lucknut si Rilo ini, meremehkan sekali pesonaku yang sudah di level atas. Apaan si Erick, jelas jauh lah sama aku. Dia hanya menang cakepnya aja lewat sorot mata abu-abunya, maklum keturunan bule Norwegia dari sang ayah. Lah aku, kaya iya, cakep tak diragukan, pekerja keras jangan ditanya, mantan gak punya. Menantu idaman kan?
Eh... astaghfirullah...kok jadi sombong gini sih.
"Dia udah lama kerja di sini?" tanyaku lagi, masih penasaran.
"Baru dua tahun kayaknya, fresh graduate saat melamar dulu."
"Tahu banget si bapak?" sindirku pada Rilo.
Lagi-lagi Rilo tertawa, "Erick yang cerita, katanya dia lagi tobat mau pdkt sama Nadya, karyawan baru, eh....sampai sekarang jalan di tempat. Mana dia terlibat skandal dengan si Mira."
"Mira HRD?" Tanyaku memastikan.
"Iya."
"Cih.... orang-orang tuh kok suka sih cari pasangan dalam satu instansi. Apa gak bosen tiap hari ketemu." Gerutuku.
Rilo hanya tertawa bahkan sampai menutup mulutnya, "Bos sih gak pernah jatuh cinta, makanya gak pernah merasakan rindu."
"Rindu itu berat kata Bang Dilan, gue ma ogah mikirin anak orang, gak penting."
Rilo mencibirku, mungkin dalam hatinya sedang mengumpat kesal padaku, aku yakin hatinya sedang berkata 'awas Lo bos, kalau jatuh cinta gue pastiin bakal bucin sebucin bucinnya, dan nanti gue bakal nyaho' Lo kenal cinta.'
Dan aku pastikan tidak mungkin, masih belum ada perempuan yang membuat aku tersentuh, rata-rata gadis yang aku kenal baik teman maupun rekan kerja hanya menginginkan hartaku.
"Oh ya, bos. Erfina jadi cuti kapan?" tanya Rilo mengingingatkanku tentang pengajuan Erfina, sekertaris yang akan menikah minggu depan.
"Senin terakhir masuk," jawabku enteng.
Rilo menggelengkan kepala, "Tega Lo bos, dia mau merit aja cutinya Lo press, kasihan kali." Rupanya Rilo tak sepakat dengan keputusanku, tumben.
"Tumben, biasanya Lo yang paling menolak Erfina libur, karena gak mau handle tugas dia?"
"Bedalah, kalau urusan nikah gue menerima dia mau cuti lama, kasihan kali, peristiwa bersejarah menuju aaaah yang sah harus dibebani dengan pekerjaan."
"Omongan Lo, jijik gue."
"Bos gue heran deh, seumur Lo pernah gak sih menuntaskan hasrat Lo dengan tangan kek minimal."
"Pernah kah, Lo kira gue cowok belok?"
"Nah, cutinya Erfina jangan dipress, kasihan tau H-2 masih kerja."
"Hei Bambang, Lo gak tau main nyolot aja. Erfina tuh mau ambil cutinya setelah menikah. Nah puas-puasin tuh ah eh oh bareng suaminya, gue gak bakal ganggu."
"Ooooooo." Cicit Rilo dengan menganggukkan kepala, ternyata itu pilihan Erfina dalam pengambilan cuti. "Terus berapa lama dia cuti honeymoon."
"Tiga minggu."
Ciiiitttt
Rilo menginjak rem secara paksa, mungkin kaget juga mendengar jatah cuti Erfina melebihi jatah cuti menikah karyawan lainnya. "Apaaa?"
Tepat kan?? Rilo pasti kaget dengan cuti Erfina.
"Lama banget tuaaan!" rengeknya sambil menjambak rambut hitamnya. Gila aja, ada Erfina kerjaan gak selesai-selesai, apalagi bakal ditingga sekertaris cantik itu selama tiga minggu. Keterlaluan, sekalian saja bunuh gue, cicit Rilo dalam hati, kesal.
"Biarinlah, gue juga udah kasih paket bulan madu ke Lombok. Lagian cuma tiga minggu aja, gue yakin Lo sanggup."
"Gak bos, gila aja gue tiap hari lembur. Loyal juga gak gini-gini amat kali," Rilo masih protes. "Gue ambil Nadya aja buat mengcover kerjaan Erfina."
"Yakin Lo dia bisa?"
"Yakin. Lagian bos juga pasti hepi, didampingi gadis cantik nan Sholeha."
"Preettt." Aku masih memegang ego untuk tidak mengakui kalau aku tertarik dengan Nadya.
"Cih...prat...pret...prat...pret....liat aja, palingan cuma dua hari langsung klepek-klepek dengan pesona Nadya. Silahkan merasa tak butuh perempuan, Tuan!" tantang asisten yang tak punya rasa hormat itu.
"Sok tahu."
"Asal bos tahu, hari Jum'at itu hari yang mustajabah, siapa tahu omongan gue didengar Allah, dan menjadikannya sekertaris adalah jalan menuju cintanya pak bos."
"Ngomong Lo sama tangan!" protesku, padahal dalam hatiku aku setuju sekali menjadikan Nadya sebagai sekertaris. Ingin dekat dan mengenal kepribadiannya terlebih dulu, memastikan magnet apa yang dipakai Nadya untuk menghipnotis pikiran Alan.
"Jumat memang membawa berkah." Gumam Alan sebelum keluar dari mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Diandra Handayani
mau lanjut baca
2024-08-01
0
Fania kurnia Dewi
Mampir
2023-10-16
0
Dian Citra Utami
Novel ketigamu yg q baca thor.. setelah cinlok yg bikin ngakak,lanjut jodoh sebangku yg bikin q baper sampe mewek.. ceritanya sll asyik,bahasa dan penulisan nya jg ok bgt 🥰
2023-08-25
0