Rey bahagia akhirnya ia bisa memeluk erat tubuh wanita yang amat sangat dicintainya ini. Sudah lama sekali Rey ingin memeluk Rhea karena ia sangat merindukannya.
"Apa kau masih cemburu, Sayang? Aku kira, kau bukan tipikal wanita pencemburu, tetapi ternyata aku salah. Cemburumu jauh lebih besar dariku."
Rhea agak malu karena sifat cemburunya. Padahal ia tidak ingin memperlihatkannya pada Rey. "Ini pertama kalinya aku punya kekasih, awalnya aku tidak tahu perasaan apa ini? Rasanya sangat sakit hingga menusuk-nusuk dihati. Apalagi membayangkan betapa dekatnya wanita itu saat bersamamu di Swiss. Jika posisi kita ditukar, apa yang akan kau lakukan?"
"Tentu saja marah." Rey mengeratkan pelukannya. "Sebelum ingatanku kembali, aku sudah tertarik padamu. Aku juga cemburu saat ada pria lain menyatakan cihta padamu. Karena itu lah aku marah dan sengaja menyipratkan genangan air untuk mengotori pakaian kalian semua." Rey mulai membuat pengakuan.
"Apa?" Rhea terkejut dan langsung balik badan menghadap Rey. "Benar, kan? Kau memang sengaja membuatku kesal. Memang sih, banyak sekali laki-laki menyatakan cinta padaku, tapi aku langsung menolak mereka semua. Karena aku sama sekali tidak tertarik dengan mereka dan ingin fokus kuliah saja. Meskipun waktu itu kau tak merusak acara penembakan yang dilakukan Tomy, aku pasti sudah menolak cintanya mentah-mentah seperti yang biasa aku lakukan."
"Aku tahu, aku sudah dengar semua tentangmu." Rey memeluk membenamkan kepala Rhea di dada bidangnya.
Tentu saja jantung Rhea semakin berdetak dengan sangat kencang. Gadis itu mulai merasakan suatu gejolak wanita saat berada dipelukan Rey yang bertelanjang dada. Berkali-kali Rhea menelan salivanya untuk menahan gejolak aneh yang tiba-tiba saja muncul tanpa sebab.
Apa ini? Kenapa jantungku berdetak kencang sekali? ucap Rhea dalam hati.
"Ayo, aku antar kau pulang." Rey hendak melepas pelukannya tapi Rhea masih betah memeluknya.
"Tidak mau!"
"Kenapa? Kau ingin tinggal disini?"
"Bukan begitu, aku tidak mau kau pulang kerumah dengan bertelanjang dada seperti ini? Apa kata orang-orang kalau sampai mereka melihat kita. Pasti mereka berpikiran yang bukan-bukan."
"Biarkan saja, itu hak mereka. Mungkin yang akan mereka lakukan ketika melihat kita adalah menikahkan kita secepatnya. Dan aku tidak keberatan." Rey malah tersenyum senang.
"Aku sedang tidak ingin bercanda, Rey."
"Aku serius, Sayang. Aku siap menikah denganmu sekarang."
"Tapi aku yang belum siap."
"Kau tidak perlu menyiapkan apa-apa."
"Bukan itu maksudku. Pertama, ayahmu dan kedua orang tuaku masih belum kembali. Kedua, aku tidak bisa meninggalkan nenek dan kakakku sekarang ini. Tidak sebelum ia menikah dengan orang yang tepat. Ketiga, aku masih ingin melanjutkan kuliah."
"Kau masih bisa kuliah meski sudah menjadi istriku. Dan mengenai nenek, aku yakin beliau tidak keberatan. Kalau soal kakakmu, biarkan dia memilih jalan hidupnya sendiri. Kau tidak perlu menunda pernikahan kita hanya karena kakak angkatmu belum menikah."
Rhea terdiam, apa yang dikatakan kekasihnya ini memang benar. "Tapi tetap saja, aku tidak bisa menikah denganmu sekarang. Aku harus konsentrasi menyelesaikan ritual terakhirku dan aku tidak boleh gagal."
Rey tersenyum bangga pada Rhea yang berusaha keras menyelesaikan ritualnya. Sebentar lagi, ayah dan mertuanya akan kembali berkumpul bersama mereka lagi setelah Rhea benar-benar menyelesaikan ritual terakhirnya.
"Ada berapa ritual yang harus kau lakukan?" tanya Rey.
"Satu, dan itu harus aku lakukan tepat dimalam bulan purnama di danau tempat tinggalku sekarang. Ritual itu adalah ritual terakhirku dan paling berat diantara ritual-ritual yang lain. Aku hanya punya 1 kali kesempatan dan tidak boleh gagal. Kau mengerti maksudku, kan?"
"Ehm, aku mengerti. Seandainya ada yang bisa kulakukan untukmu, aku bersedia membantumu supaya kau tidak gagal."
"Setiap hari aku sudah latihan, dan aku akan berusaha lebih giat lagi sekarang. Saat ini, aku jadi lebih bersemangat lagi karena ada kau di sisiku. Aku juga sudah mengerti semua kenapa nenek Haida menyuruhku ini dan itu. Kini aku tahu dan paham semuanya. Dan itu berkat kehadiranmu kemari. Jika kau tidak datang kesini, mungkin sampai detik ini aku tidak tahu siapa jati diriku sebenarnya."
"Maafkan aku, Sayang. Harusnya aku datang lebih cepat. Aku bisa merasakan kau banyak mengalami kesulitan disini. Dan itu membuatku sedih juga."
"Tidak juga, aku bahagia. Aku seperti terlahir kembali. Dan semua orang yang ada disini juga sangat baik padaku. Aku tidak mengalami kesulitan apapun. Yang membuatku sedih adalah saat aku tak ingat apa-apa tentang kita. Aku merasa jiwaku kosong dan hampa. Hanya itu yang kurasakan selama 3 tahun terakhir berada ditempat indah ini."
"Syukurlah kalau begitu. Sekarang, kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi. Mulai hari ini, aku akan selalu ada untukmu. Dan aku juga tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Kita akan segera menikah saat Ayahku dan seluruh pasukannya kembali. Ini keputusanku dan kau tidak bisa menolaknya."
"Tapi, kan ...."
"Tidak ada tapi-tapian, yang ada hanyalah kata 'iya'. Kau mengerti Sayang?"
"Kau curang!" Rhea memang wajah mrengut.
"Deal, aku anggap ini perjanjian kita!" Rey menggendong tubuh Rhea tanpa izin. "Sekarang, ayo kita pulang."
"Tunggu! Pakaian kita belum kering, aku ...."
Rey langsung mendaratkan bibirnya dibibir Rhea. "Kau lupa? Kalau suamimu ini adalah seorang putra raja. Tak ada seorangpun yang bisa melihatku bertelanjang dada kecuali dirimu seorang. Lagian aku juga tidak terima jika ada orang lain melihatmu memakai baju transparan seperti ini. Karena hanya aku saja yang boleh melihatnya." Rey mengedipkan salah satu matanya menggoda Rhea. Dan dalam sekejap keduanya sudah langsung ada di dalam kamar Rhea.
"Bagaimana bisa kita ada disini?" ujar Rhea takjub karena tiba-tiba saja ia sudah berada didalam kamarnya sendiri bersama dengan Rey.
"Sudah kubilang, aku adalah putra raja. Kekuatan ayahku mengalir dalam darahku." Rey tersenyum menatap wajah shock Rhea.
"Rhea? Kaukah itu?" tanya seseorang yang tidak lain adalah Rara. "Kapan kau pulang? Kau bicara pada siapa?" tanya Rara lagi. Ia berjalan mendekat ke kamar Rhea.
"Gawat, itu kakak! Cepat pergi dari sini? Aku tidak ingin ada kerusuhan."
"Apa maksudmu?"
"Penjelasannya sangat panjang. Nanti saja aku jelaskan. Aku akan menemuimu lagi nanti. Sekarang pergilah!" usir Rhea.
"Haruskah aku menyapanya?" goda Rey.
Rara semakin dekat dengan pintu kamar Rhea dan itu membuat Rhea jadi cemas bukan kepalang. Ia memohon tanpa suara agar Rey mau pergi sementara ini.
"Sepertinya lain kali saja, aku menunggumu nanti." Rey pun menghilang tepat saat pintu kamar Rhea terbuka dan wajah gadis itu menjadi tegang.
"Sedang apa kau?" tanya Rara langsung.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
botak
iisshh rara dewa hujan ini ngad2 kau
2022-10-06
0
Aqiyu
upacara terakhir ....
2022-09-23
0
clararine
Rara ganggu aja orang lagi kangen"nan
2021-11-26
0